Sifat koligatif yang dimiliki oleh larutan yang zat terlarutnya tidak terurai menjadi ion-ion adalah

tirto.id - Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan berdasarkan jumlah partikel zat terlarut, jadi tidak bergantung pada jenis maupun ukuran zat terlarut.

Seperti diketahui, larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih. Ada dua komponen utama dalam suatu larutan, yaitu zat pelarut dan zat terlarut.

Zat pelarut yang biasa digunakan adalah air, sedangkan zat terlarut bisa berupa apa saja dan selalu terdiri dari partikel dalam jumlah tertentu.

Jumlah partikel inilah yang akan menentukan sifat koligatif dari larutan tersebut. Mengutip buku Belajar Kimia Secara Menarik, sifat koligatif larutan meliputi:

1. Penurunan tekanan uap jenuh

Saat cairan pelarut dimasukkan ke dalam wadah tertutup dalam suhu tertentu, maka cairan akan menguap. Uapnya akan memenuhi wadah hingga ruangan dalam wadah tersebut menjadi jenuh.

Uap juga akan menimbulkan tekanan yang kemudian disebut sebagai tekanan uap jenuh. Tapi ketika pelarut ini dicampur dengan zat terlarut yang tidak mudah menguap, maka tekanan uap jenuhnya akan menurun.

Dalam larutan, terjadi ikatan antar molekul antara zat terlarut dan pelarut sehingga kedua zat akan bercampur secara homogen.

Hal ini menghalangi penguapan dari zat pelarut. Akibatnya, uap akan berkurang dan tekanan uap jenuh pun akan turun.

2. Kenaikan titik didih

Titik didih adalah suhu ketika tekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan udara luar. Titik didih larutan pasti akan lebih tinggi dibandingkan titik didih zat pelarut murninya.

Zat pelarut (misalnya air) yang sudah mendidih, ketika dicampur dengan zat terlarut tertentu, air tersebut tidak akan mendidih lagi. Hal ini disebabkan adanya kenaikan titik didih yang harus mencapai suhu/ titik didih zat terlarut.

3. Penurunan titik beku

Titik beku adalah suhu pada tekanan tertentu yang menyebabkan perubahan zat dari cair ke wujud padat. Jika zat pelarut (air) dicampur dengan zat terlarut dan didinginkan hingga 0⁰C, ternyata larutan tersebut tidak membeku.

Agar bisa beku, maka larutan harus didinginkan dengan suhu yang lebih rendah lagi. Hal ini menandakan bahwa titik beku larutan selalu lebih rendah dari titik beku zat pelarut murni (air).

4. Tekanan osmotik

Tekanan osmotik terjadi ketika ada dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda berada dalam satu wadah dan dipisahkan dengan membran semipermeabel.

Zat pelarut dari larutan konsentrasi rendah (encer) akan mengalir ke larutan konsentrasi tinggi (pekat). Perpindahan ini disebut dengan osmosis.

Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan agar pelarut tidak mengalir/ berpindah dari larutan encer ke pekat.

Setelah memahami sifat koligatif larutan, kita juga akan mengenal dua macam larutan, yaitu larutan elektrolit dan non-elektrolit. Kedua larutan ini memiliki sifat yang berbeda sehingga sifat koligatifnya pun akan berbeda pula.

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Mengutip dari e-Modul Kimia untuk Kelas XII, larutan elektrolit adalah larutan yang mengandung zat elektrolit. Zat elektrolit sendiri adalah senyawa kimia yang dapat terurai menjadi ion (ionisasi) saat berada dalam larutan.

Larutan elektrolit memiliki partikel bermuatan kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Hal ini membuat larutan elektrolit bisa menghasilkan reaksi listrik atau dapat menghantarkan arus listrik.

Saat dilarutkan dalam air, zat elektrolit akan mengalami ionisasi atau terurai menjadi beberapa partikel. Contoh larutan elektrolit adalah larutan NaCl.

Apabila NaCl dilarutkan ke dalam air, maka zat ini akan terurai menjadi ion penyusunnya, yaitu Na dan Cl-.

Penguraian tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah partikel dalam larutan.

Nilai dari sifat-sifat koligatif larutan dapat diketahui dengan persamaan rumus berikut ini:

Penurunan tekanan uap

ΔP = P⁰. X𝗍. 𝑖

Ket:

ΔP: penurunan tekanan uap larutan

P⁰: tekanan uap jenuh pelarut murni

X𝗍: fraksi mol zat terlarut

𝑖: faktor Van’t Hoff (penambahan partikel)

Rumus faktor Van’t Hoff adalah [1 (n-1)∝]

n: jumlah ion yang dihasilkan dari proses ionisasi dalam larutan elektrolit

∝: derajat ionisasi larutan elektrolit

Penurunan titik beku

ΔT𝖿 = m.K𝖿.𝑖

Ket:

ΔT𝖿: penurunan titik beku larutan (°C)

m: kemolalan (m)

K𝖿: tetapan atau konstanta penurunan titik beku molal pelarut (°C mol⁻¹)

𝑖: faktor Van’t Hoff

Kenaikan titik didih

ΔT𝖻 = m.K𝖻.𝑖

Ket:

ΔT𝖻: kenaikan titik didih larutan

m: kemolalan (m)

K𝖻: konstanta kenaikan titik didih molal pelarut (°C mol⁻¹)

𝑖: faktor Van’t Hoff

Tekanan osmotik

π = M.R.T.𝑖

Ket:

π: tekanan osmotik (atm)

M: kemolaran pelarut (mol L⁻¹)

R: tetapan gas (0,082 L atm mol⁻¹ K⁻¹)

T: suhu dalam satuan Kelvin (K)

𝑖: faktor Van’t Hoff

Sifat Koligatif Larutan Non-Elektrolit

Larutan non-elektrolit adalah larutan yang zat terlarutnya tidak mengalami penguraian atau ionisasi. Jadi, larutan elektrolit tidak bisa menghasilkan reaksi listrik atau tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Contoh sederhana dari larutan non-elektrolit adalah larutan gula atau larutan glukosa. Saat glukosa dilarutkan ke dalam air, tidak akan terjadi penguraian layaknya larutan elektrolit sehingga jumlah partikelnya tetap sama.

Jika dibandingkan, larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dengan konsentrasi yang sama akan memiliki jumlah partikel yang berbeda. Jumlah partikel larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan non-elektrolit sehingga sifat koligatifnya pun akan lebih besar.

Nilai dari sifat koligatif larutan non-elektrolit dapat diketahui dengan rumus-rumus berikut ini:

Penurunan tekanan uap

ΔP = P⁰. X𝗍

Ket:

ΔP: penurunan tekanan uap larutan

P⁰: tekanan uap jenuh pelarut murni

X𝗍: fraksi mol zat terlarut

Penurunan titik beku

ΔT𝖿 = m.K𝖿

Ket:

ΔT𝖿: penurunan titik beku larutan (°C)

m: kemolalan (m)

K𝖿: tetapan atau konstanta penurunan titik beku molal pelarut (°C mol⁻¹)

Kenaikan titik didih

ΔT𝖻 = m.K𝖻

Ket:

ΔT𝖻: kenaikan titik didih larutan

m: kemolalan (m)

K𝖻: konstanta kenaikan titik didih molal pelarut (°C mol⁻¹)

Tekanan osmotik

π = M.R.T

Ket:

π: tekanan osmotik (atm)

M: kemolaran pelarut (mol L⁻¹)

R: tetapan gas (0,082 L atm mol⁻¹ K⁻¹)

T: suhu dalam satuan Kelvin (K)

Jika diperhatikan, rumus sifat koligatif antara larutan elektrolit dan non-elektrolit hampir sama. Perbedaanya hanya terletak pada keberadaan simbol 𝑖 yang merupakan faktor Van’t Hoff.

Secara sederhana, faktor Van’t Hoff bisa diartikan sebagai pertambahan jumlah partikel yang terjadi akibat proses ionisasi pada suatu larutan elektrolit. Karena itu nilai sifat koligatif larutan elektrolit harus mempertimbangkan adanya faktor Van’t Hoff.

Baca juga artikel terkait LARUTAN ELEKTROLIT atau tulisan menarik lainnya Erika Erilia
(tirto.id - erk/dip)


Penulis: Erika Erilia
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Erika Erilia

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Sifat koligatif larutan adalah merupakan salah satu sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya bergantung pada banyak nya partikel partikel atau  konsentrasi pertikel zat terlarutnya ( kosentrasi zat terlarut). Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.1), maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:

  • Penurunan tekanan uap jenu
  • Kenaikan titik didih
  • Penurunan titik beku
  • Tekanan osmotik

Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun keduanya mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dapat dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion – ion nya. Maka Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung  tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotic

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut Van’t Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat

dituliskan:

i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan kosentrasi m

Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama dengan jumlah ion.

Sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh adanya :

1.Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Pada  setiap  suhu,  zat  cair  selalu  mempunyai  tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.

Gambaran penurunan tekanan uap

Menurut Roult :

p = po . XB

keterangan:

p     : tekanan uap jenuh larutan

po  : tekanan uap jenuh pelarut murni

XB  : fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :

P = Po (1 – XA)

P = Po – Po . XA

Po – P = Po . XA

Sehingga :

ΔP = po . XA

keterangan:

ΔP   : penuruman tekanan uap jenuh pelarut

po    : tekanan uap pelarut murni

XA   : fraksi mol zat terlarut

Contoh :

Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.

2.Kenaikan Titik Didih

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:

ΔTb = m . Kb

keterangan:

ΔTb = kenaikan titik didih (oC)

m      = molalitas larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didihmolal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinayatakan sebagai:

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :

Tb = (100 + ΔTb) oC

3.Penurunan Titik Beku

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:

ΔTf = penurunan titik beku

m     = molalitas larutan

Kf     = tetapan penurunan titik beku molal

W     = massa zat terlarut

Mr   = massa molekul relatif zat terlarut

p      = massa pelarut

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:

Tf = (O – ΔTf)oC

4.Tekanan Osmosis

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.

Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:

PV = nRT

Karena tekanan osmosis = Π , maka :

π° = tekanan osmosis (atmosfir) C   = konsentrasi larutan (M) R   = tetapan gas universal.  = 0,082 L.atm/mol K

T   = suhu mutlak (K)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA