Peristiwa yang terdapat pada teks tersebut adalah tradisi

Tulislah peristiwa pada teks /buku.kemendikbud.go.id

KabarLumajang.com – Ayo lebih giat belajar ya adik-adik SD dan MI semuanya! Pada kali ini kita akan belajar materi berikut.

Pada buku Tema 8 kelas 5 SD dan MI halaman 44, kalian tulislah peristiwa pada teks “Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak”.

Sebelum kalian mengerjakan bacalah dulu teks “Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak” yang ada pada halaman 43.

Baca Juga: Tulislah Kembali Cerita Bunga Paling Berharga dengan Bahasamu Sendiri, Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 SD

Kerjakan sesuai dengan teks tersebut, silahkan juga baca artikel ini untuk membantu kalian menyelesaikan materinya.

Berasal dari Buku Tematik Tema 8 kelas 5 SD dan MI tentang Lingkungan Sahabat Kita Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 terbitan dari Kemendikbud.

Adapun pembahasan dikutip dari alumnus Universitas Negeri Jember Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Faisma Isnaini R.A., S.Pd.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 SD MI Halaman 40 dan 41 Ayo Berdiskusi Cerita 'Bunga Paling Berharga'

Ilustrasi - Alat tulis untuk siswa belajar

TRIBUNBANTEN.COM - Peristiwa apa yang terjadi pada teks "Uniknya Keragaman Indonesia dalam Festival Kuwung 2016"?

Pertanyaan di atas merupakan materi kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135.

Simak pembahasan kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135 tersebut dalam artikel ini.

Ilustrasi - Siswa sedang belajar kelompok. (Freepik.com/gpointstudio)

Kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135 ini ditujukan bagi orangtua untuk membimbing proses belajar anak.

Diharapkan orangtua bisa membimbing kegiatan belajar anak di rumah dengan semangat.

Rangkuman kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135 ini hanya sebagai panduan, jawaban dari setiap soal tidak terpaku dari kunci jawaban ini.

Diharapkan siswa bisa mencari jawaban sendiri dari setiap soal yang disajikan.

Pada materi kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135 siswa diminta mendiskusikan.

Simak pembahasan kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135 selengkapnya berikut ini.

Kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI halaman 134 - 135

Baca juga: KUNCI JAWABAN Halaman 109 110 111, Banyak Piala Juara 1 dari Seluruh Piala Menunjukkan Pecahan?

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 2 Halaman 63 64, Lakukanlah Gerakan Kupu-kupu yang Sedang Terbang dengan Cepat!

Baca juga: KUNCI JAWABAN IPA Kelas 8 SMP Halaman 224 - 225, Sifat Bayangan yang Dibentuk oleh Cermin Cekung

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 7 Halaman 36, Ceritakan Ringkasan yang Telah Kamu Buat di Hadapan Teman-temanmu!

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribunnews

Sejak zaman dahulu hampir semua kebudayaan di dunia memiliki ritual ‘memanggil’ hujan. Begitu juga dengan masyarakat di Indonesia. Inilah delapan ritual ‘memanggil’ hujan di beberapa daerah di Nusantara hingga saat ini masih lestarikan.

1. Tradisi Cambuk Badan Tiban, Tulungagung

Ritual ini merupakan tradisi warisan raja Kediri yang terus dilestarikan oleh warga desa Trajak, Boyolali, Tulungagung, Jawa Timur, hingga saat ini. Ketika kemarau panjang melanda dan warga mulai kesulitan untuk mendapatkan air, maka tradisi cambuk badan tiban yang dilakukan oleh pria dewasa ini diselenggarakan.

Para pria dengan bertelanjang dada, satu lawan satu, saling cambuk tubuh mereka di tengah lapang. Makna di balik darah yang keluar akibat cambukan dipercaya bakal mendatangkan hujan. Selain di Tulungagung, tradisi yang sama juga bisa ditemui di Trenggalek yang dinamai Cambuk Badan Ojung.

2. Tradisi Ujungan, Purbalingga  

Jika tradisi tiban di Tulungagung menggunakan ranting pohon aren, tradisi unjungan yang terdapat di Purbalingga dan Banjarnegara, Jawa Tengah, ini menggunakan sebilah rotan. Ritual memanggil hujan ini dilakukan oleh para pria di tengah lapangan. Namun ritual ini bisa dibilang cukup ekstrem, pasalnya unjungan dilakukan dengan hitungan ganjil. Artinya jika dalam tiga kali pukulan pada lawan hujan belum juga turun, maka akan dilanjutkan dengan tujuh kali pukulan dan seterusnya.

3. Tari Sintren, Cirebon

Tari Sintren atau Lais adalah tarian yang beraroma magis, bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. Tarian ini hanya disajikan saat masyarakat mengalami kemarau panjang. Biasanya ritual tari sintren ini diadakan selama 40 malam berturut-turut. Namun doa dan harapan tetap dipanjatkan pada Yang Maha Kuasa agar hujan cepat turun yang dilakukan oleh seorang pawang sintren.

Penari sintren adalah seorang perempuan yang harus benar-benar masih gadis suci (perawan). Sedangkan pemain lais yang perankan oleh pria, harus benar-benar bujang (masih perjaka).  Tarian ini dilakukan oleh sang penari dalam keadaan tidak sadar atau kesurupan.

4. Tari Gundala-Gundala, Karo

Tari gundala-gundala dikenal juga dengan sebutan tari Gundala Karo merupakan tari berasal dari Kabupaten Karo yang terletak di kawasan Bukit Barisan, Sumatera Utara. Tarian gundala-gundala disajikan saat warga Karo mengalami kemarau panjang dan ritual ini dilakukan warga untuk memanggil hujan atau dalam bahasa batak di sebut Ndilo Wari Udan. Para penari Gundala menggunakan kostum dengan pakaian seperti jubah dan topeng yang terbuat dari kayu.

5. Tradisi Gebug Ende, Karangasem

Ritual memanggil hujan di Bali ini dilakukan secara turun temurun sejak peperangan kerajaan Karangasem dengan kerajaan Seleparang di Lombok. Dilakukan oleh dua kelompok pria dewasa yang saling pukul dengan rotan yang dilengkapi tameng sebagai pelindung. Sebagai penengah, pertarungan ini dipimpin oleh wasit yang disebut Saye. Oleh warga Karangasem, darah yang ditimbulkan dari pertarungan gebug ende ini diyakini dapat mendatangkan hujan.

6. Tradisi Ojung, Bondowoso

Di setiap akhir musim kemarau yang panjang, Desa Tapen, Kecamatan Bondowoso, Jawa Timur, warga berkumpul untuk menyaksikan ritual Ojung. Ritual ini dilakukan sebagai permohonan untuk memanggil hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ritual ojung, dua orang pria berhadapan dengan bertelanjang dada sambil menggenggam erat sebatang rotan. Pertarungan ini akan dipimpin oleh seorang wasit.

7. Tradisi Cowongan, Banyumas

Ritual memanggil hujan ini lumayan unik, karena hanya boleh ditarikan oleh 10 perempuan di Desa Plana, Kec. Somagede Kab. Banyumas, Jawa Tengah. Para pelaku cowongan memaknai cowongan sebagai simbol permohonan dan bukti pengabdian mereka terhadap peninggalan budaya para leluhur. Mereka menjalani ritual cowongan dengan ikhlas, niat yang tulus dan tanpa paksaan karena cowongan merupakan hal yang keramat.

Cowongan memiliki arti blepotan pada wajah, dengan media boneka yang dirasuki bidadari yang dipercaya dapat memanggil hujan. Boneka cowongan hanya boleh dipegang oleh kaum lelaki. Cowongan hanya dilakukan pada musim kemarau yang sangat panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir massa kapat (hitungan dalam kalender jawa) atau sekitar bulan September. 

8. Tarian Suling Dewa, Bayan

Suling dewa merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum tarian berlangsung, masyarakat Bayan akan menentukan hari, waktu, dan tempat yang dinilai baik untuk melaksanakan ritual tersebut. Selain itu, masyarakat Bayan juga menyiapkan sesaji berupa kembang, makanan dan kapur sirih. Kapur sirih ini menjadi komponen yang paling penting dan dipercaya dapat mendatangkan hujan.

Keunikan lain yaitu suling yang digunakan, ada filosofis yang begitu mendasar dan mulia. Alat musik seruling ini menggambarkan wujud manusia, apabila seruling ini tidak diberikan hembusan nafas, maka tidak akan menghasilkan nada-nada indah. Begitu juga dengan manusia, bila raga tanpa atma atau roh, tentu tidak akan ada kehidupan.

Persatuan dan kesatuan diwujudkan dalam bentuk kegiatan sehari-hari di kalangan masyarakat Bali. (pixabay)

adjar.id - Pada buku tematik kelas 6, tema 9 halaman 104, terdapat teks bacaan yang berjudul, "Tradisi Ngayah di Masyarakat Bali".

Teks bacaan tersebut menceritakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Bali yang masih menjujung tinggi kebersamaan.

Tradisi ngayah ini merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan hingga sampai saat ini.

Masyarakat Bali menganggap tradisi ini penting untuk dijaga dan dipelihara karena dalam tradisi ngayah terkandung nilai persatuan dan kesatuan.

Persatuan dan kesatuan adalah upaya menerima segala keragaman dan mewujudkan kehidupan rukun di masyarakat.

Persatuan dan kesatuan ada dan terhubung dengan dasar negara Pancasila.

Setelah membaca teks "Tradisi Ngayah di Masyarakat Bali", siswa diminta untuk menentukan peristiwa persatuan dan kesatuan yang ada di tradisi ngayah.

Setelah itu, siswa diminta menghubungkan peristiwa tersebut dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila.

Lalu, apa saja peristiwa dalam tradisi ngayah yang menggambarkan persatuan dan kesatuan? Sebelum menjawabnya, kita baca teks berikut, yuk!

Baca Juga: Jawab Soal Berdasarkan Teks 'Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia', Kelas 6 Tema 9

Page 2

Persatuan dan kesatuan diwujudkan dalam bentuk kegiatan sehari-hari di kalangan masyarakat Bali. (pixabay)

Tradisi Ngayah di Masyarakat Bali

Kehidupan masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi kebersamaan telah menjadi norma yang diturunkan dari para nenek moyang.

Salah satunya adalah tradisi ngayah yang dilakukan masyarakat Bali. Ngayah berarti mengerjakan sesuatu secara sukarela untuk kebaikan bersama.

Tidak hanya pada saat mempersiapkan kegiatan keagamaan, ngayah juga dilakukan masyarakat dalam kehidupan keseharian.

Saling berbincang dan menyapa di pagi hari sebelum masyarakat mulai bekerja, merupakan salah satu kegiatan ngayah yang sering dilakukan.

Ngayah dilakukan untuk saling berbagi, tolong menolong dan bermasyarakat. Ngayah juga berarti menyumbang.

Tidak hanya menyumbang secara materi, ngayah juga berarti menyumbang dalam bentuk jasa dan kebersamaan.

Di setiap acara keagamaan yang dilakukan bersama-sama, setiap anggota masyarakat akan melibatkan dirinya, baik dengan materi maupun tenaga untuk menyukseskan acara tersebut.

Baca Juga: Jawab Soal Berdasarkan Teks 'Dampak Modernisasi terhadap Budaya Masyarakat', Kelas 6 Tema 9

Jawab Soal

Page 3

Persatuan dan kesatuan diwujudkan dalam bentuk kegiatan sehari-hari di kalangan masyarakat Bali. (pixabay)

Berdasarkan teks yang berjudul "Tradisi Ngayah di Masyarakat Bali," kita diminta menjawab soal sebagai berikut.

1. Apa saja peristiwa yang menunjukkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam teks tersebut?

Jawab: Peristiwa yang menunjukkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam teks bacaan, "Tradisi Ngayah di Masyarakat Bali" di antaranya:

  • Melaksanakan acara keagamaan bersama.
  • Mengerjakan sesuatu secara sukarela untuk kebaikan bersama.
  • Berbagi, tolong menolong dan bermasyarakat.
  • Menyumbang dalam bentuk jasa dan kebersamaan
  • Setiap anggota masyarakat akan melibatkan dirinya.

Baca Juga: Jawab Soal 'Dampak Persatuan dan Kesatuan terhadap Diri Sendiri'

2. Bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut berhubungan dengan sila-sila dalam Pancasila?

Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa"

Melaksanakan acara keagamaan bersama adalah peristiwa yang berhubungan juga berkaitan dengan sila pertama. Hal ini dikarenakan masyarakat percaya terhadap tuhan dan melakukan kegiatan sesuai agama.

Sila Kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"

Setiap anggota masyarakat akan melibatkan dirinya adalah peristiwa yang berhubungan dengan sila kedua.

Dengan masyarakat mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban tanpa membedakan kedudukan.

Sila Ketiga "Persatuan Indonesia"

Berbagi, tolong-menolong, serta bermasyarakat adalah peristiwa yang berhubungan dengan sila ketiga.

Dengan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan memajukan pergaulan adalah makna dari sila ketiga.

Baca Juga: Jawab Soal Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Kelas 6 Tema 9

Sila Keempat "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan"

Mengerjakan sesuatu secara sukarela untuk kebaikan bersama adalah kegiatan yang berhubungan sila keempat. 

Dengan melakukan sesuatu tanpa paksaan dari orang lain atau tidak memaksakan kehendak kepada orang lain merupakan makna dari sila keempat.

Sila Kelima "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia"

Menyumbang dalam bentuk jasa dan kebersamaan adalah peristiwa yang berhubungan dengan sila kelima.

O iya, suka memberi pertolongan atau melakukan kegiatan untuk mewujudkan kemajuan bersama adalah salah cerminan dari makna sila kelima.

Nah Adjarian, itulah peristiwa-peristiwa tradisi ngayah di masyarakat Bali yang menunjukkan persatuan dan kesatuan.

Tonton video ini, yuk!

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA