Jakarta -
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak bagi bangsa Eropa hingga nusantara.
Jatuhnya Konstantinopel oleh Turki Usmani menyebabkan bangsa Eropa mengalami krisis dan kesulitan di bidang perdagangan rempah-rempah yang dikuasai pedagang Islam.
Bagaimana jatuhnya Konstantinopel berdampak pada nusantara?
Sejarah jatuhnya Konstantinopel bermula dari penyerangan Konstantinopel oleh Sultan Usmani Muhammad II pada 1453. Sultan Usmani Muhammad II bergelar Al-Fatih, seperti dikutip dari buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam hingga Kolonialisme oleh Ahmad Fakhri Hutauruk.
Konstantinopel adalah ibukota Kekaisaran Romawi Timur yang merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur. Konstantinopel juga merupakan pelabuhan transit perdagangan antara Asia dan Eropa.
Letak Konstantinopel yang strategis menyebabkan bangsa-bangsa di sekitarnya banyak yang ingin menguasai, termasuk umat Islam. Umat Islam termotivasi mengembangkan peradaban Islam dan mengambil wilayah strategis seperti Konstantinopel untuk mempermudah proses penyebaran Islam.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani atau Ottoman membuat riwayat Kekaisaran Romawi berakhir. Jatuhnya Konstantinopel juga membuat perdagangan dikuasai para pedagang Islam. Ibu kota berganti nama jadi Istanbul yang berarti "tahta Islam".
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak bagi bangsa-bangsa Eropa yang menjadi kesulitan terutama dalam bidang perdagangan.
Penyebab kesulitan bangsa Eropa setelah jatuhnya Konstantinopel yaitu:
1. Kedudukan perdagangan bangsa Italia di Konstantinopel dihancurkan2. Daerah Konstantinopel tertutup untuk perdagangan
3. Konstantinopel tidak boleh dijadikan sebagai lintas barang dagangan dari Asia. Kebijakan pemerintah Turki Usmani ini mengancam kehidupan ekonomi bangsa Eropa Barat dan Eropa Timur seperti saat perpindahan bangsa di Eropa akibat serangan pasukan Islam.
Dampak jatuhnya Konstantinopel
Jatuhnya Konstantinopel membuat bangsa-bangsa di Eropa mulai berpikir untuk mencari daerah penghasil barang-barang yang dibutuhkan, terutama rempah-rempah secara langsung dari pedagangnya.
Bangsa Eropa mencari rempah-rempah karena amat dibutuhkan dan digemari terutama saat musim dingin tiba. Salah satu rempah-rempah yang dicari adalah cengkih, lada, pala, dan lain-lain.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak pada penjelajahan samudra. Penjelajahan samudra bangsa Eropa didukung oleh penemuan kompas, teropong, dan peta.
Penjelajahan samudra dipelopori oleh bangsa Portugis karena rakyatnya terbiasa berperang dengan Moor dan punya pelabuhan yang baik seperti Lisabon, Porto. Angkatan laut Portugis modern dan punya hubungan dagang dengan pelabuhan-pelabuhan di Mediterania serta negara-negara di Eropa Utara.
Penjelajahan samudra bertujuan untuk menemukan dunia baru dan menguasainya dari sisi ekonomi, politik, dan agama. Dunia baru yang dimaksud adalah wilayah atau bagian dunia di sebelah timur Eropa. Daerah timur ini dikenal sebagai penghasil rempah-rempah.
Kedatangan bangsa Eropa di nusantara bertujuan untuk mencari rempah-rempah dan menguasai perdagangannya. Nusantara dikenal sebagai kepulauan penghasil rempah-rempah saat itu.
Jadi, jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak pada penjelajahan samudra. Selamat belajar, detikers!
Simak Video "Turki Tetap Dukung Palestina Meski Pulihkan Hubungan dengan Israel "
(twu/pal)
JEJAK PENDIDIKAN - KEMUNDURAN DAN KEJATUHAN TURKI USMANI
Proses kemunduran hingga kejatuhan kerajaan Turki Usmani berlangsung sangat lama kurang lebih tiga abad, yakni mulai berakhirnya masa Sulaiman II al-Qanuni (1520 M) hingga masa kejatuhannya (1924 M).
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Namun, kekalahan besar Turki Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata barat bahwa Turki Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah kerajaan Turki Usmani mendapat serangan-serangan besar dari barat.
Sejak kekalahan dalam pertempuran di Wina, Turki Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilakukan dengan cara mengirim duta-duta ke negara-negara Eropa terutama Prancis untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat. Seperti kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Hal itu mendorong Sultan Ahmad III (1703 M) untuk memulai pembaharuan di kerajaannya. Sebagai bentuk konkret pada masa kekuasaannya didatangkan ahli-ahli militer dari Eropa untuk tujuan pembaharuan militer dalam kerajaan Turki Usmani. Pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya Sekolah Teknik Militer dibuka.
Usaha
pembaharuan dilakukan tidak terbatas dalam bidang militer saja. Dalam
bidang-bidang yang lain juga dilaksanakan pembaharuan. Seperti pembukaan
percetakan di Istambul pada tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu
pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa
Turki.
Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan
kemunduran kerajaan Turki Usmani yang terus mengalami kemerosotan, tetapi juga
tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah
kelemahan raja-raja Turki Usmani karena wewenangnya sudah mulai menurun. Di
samping itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan sehingga tidak
mampu menunjang usaha pembaharuan. Faktor terpenting lainnya yaitu karena
ulama’ dan tentara Jenissary yang sejak abad 17 M menguasai suasana politik
kerajaan Turki Usmani menolak usaha pembaharuan itu. Dengan demikian, kerajaan
Turki Usmani terus saja mendekati jurang kehancurannya, sementara Barat yang menjadi
ancamannya semakin besar.
Usaha
Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang utama, yaitu tentara
Jenissary dibubarkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826 M. Struktur
kekuasaan kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan,
buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswi berbakat
dikirim ke Eropa untuk belajar, dan yang terpenting sekali adalah
sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan. Bidang militer
inilah yang utama dan pertama mendapat perhatian. Akan tetapi, meski banyak
mendatangkan kemajuan, hasil gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil
menghentikan gerak maju barat ke dunia Islam di abad ke 19 M. Selama abad ke 18
M barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur, wilayah
kekuasaan kerajaan Turki Usmani. Akhir dari serangan-serangan itu adalah
ditandatanganinya perjanjian San Stefano (Maret 1878 M) dan perjanjian Berlin
(Juni-Juli 1878 M) antara kerajaan Turki Usmani dan Rusia. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Turki di Eropa. Sementara kebanyakan daerah berpenduduk
mayoritas Muslim di Timur Tengah pada abad berikutnya mulai diduduki bangsa
Eropa.
Di samping itu, gerakan pembaharuan justru mengancam kekuasaan para Sultan yang
absolut, karena para pejuang Turki Usmani melihat bahwa kelemahan Turki
terletak pada keabsolutan Sultan itu. Mereka ingin membatasi kekuasaan Sultan
dengan membentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, Usmani Muda,
Turki Muda, dan partai persatuan dan kemajuan.
Ketika
perang Dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman dan kemudian
mengalami kekalahan. Akibatnya kekuasaan Turki Usmani semakin ambruk. Partai
persatuan dan kemajuan memberontak kepada sultan dan dapat menghapuskan
kekhalifahan Usmani pada tahun 1922 M, kemudian membentuk Turki Modern pada
tahun 1924 M. Dengan demikian, kesatuan politik dalam kerajaan Turki Usmani
sejak bergeloranya gerakan pembaharuan justru tidak stabil. Terutama karena
para sultan tidak mampu mengakomodasi pemikiran yang berkembang di kalangan
pemimpin bangsanya. Terkecuali itu, peperangan-peperangan melawan barat di
Eropa Timur terus berkecamuk, memakan, dan menguras tenaga serta berakhir
dengan kekalahan di pihak Turki Usmani.
Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang sebelumnya
dikuasai Turki Usmani, melepaskan diri dari Konstantinopel.
Selain
itu, periode kemunduran Turki Usmani di mulai saat terjadinya perjanjian
Carltouiz (26 Januari 1699 M) antara Turki Usmani Australia, Rusia, Polandia,
Vanesia, dan Inggris. Yang mana isi perjanjian tersebut diantaranya adalah
Australia dan Turki Usmani terikat perjanjian selama 25 tahun dan mengatakan
seluruh Honigaria (merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani) kecuali Traslvonia
dan kota barat diserahkan sepenuhnya pada Australia. Sementara wilayah Camanik
dan Podolia diserahkan kepada Polandia. Sedangkan Rusia memperoleh
wilayah-wilayah di sekitar Laut Azov. Sementara itu, Venesia dengan
diserahkannya Athena kepada Turki Usmani menjadi penguasa di seluruh Valmartia
dan Maria. Dengan demikian perjanjian Carltouiz ini melumpuhkan Turki Usmani,
sehingga menjadi negara yang kecil.
Kerajaan Turki Usmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923
M presiden yang diangkat adalah Musthafa Kemal At-Tatuk. Kemunduran kerajaan
Turki Usmani diantaranya ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut:
A. Melemahnya semangat prajurit Turki Usmani hingga menyebabkan berbagai serangan yang dilancarkan musuh untuk merebut wilayah kekuasaan Turki Usmani. Misalnya, pasukan Turki Usmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, Bandulia, dan armada Sri Paus pada tahun 1663 M.
B. Dengan menyadari akan kelemahan-kelemahan Turki Usmani, mulailah sebagian wilayah di timur mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekhilafahan Usmani. Misal, di Mesir Yenissary bersekutu dengan dinasti Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak 1772 M dinasti Mamalik berhasil menguasai Mesir hingga datangnya Napoleon pada 1789 M.
Adapun kemunduran Turki Usmani tersebut di atas disebabkan oleh beberapa factor sebagai berikut:
1. Luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani yang akhirnya tidak mampu dikendalikan dari pusat, karena sistem pemerintahan tidak lagi efektif seperti masa-masa sebelumnya.
2. Pemberontakan berkali-kali yang dilakukan oleh pasukan Jenissary.
3. Penguasa yang tidak cakap setelah khalifah Sulaiman II al-Qanuni, menimbulkan perselisihan dan pembunuhan di lingkungan istana.
4. Akibat kekalahan yang diderita Turki Usmani dalam sejumlah peperangan mengakibatkan perekonomian semakin terpuruk dari waktu ke waktu.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan perkembangan militer tidak terlalu berkembang.
6. Tumbuhnya gerakan Nasionalisme.
Meski pada akhirnya Turki Usmani jatuh, akan tetapi yang jelas telah banyak memberikan sumbangan kepada dunia termasuk perjuangan Islam. Turki Usmani merupakan kekhilafahan Islam yang paling berhasil menjaga politik Islam dan paling bertahan dari serangan peradaban Barat ke dunia Islam. Di kalangan negara-negara Eropa kekuatan Islam pernah dikenal dan disegani karena andil Turki Usmani di masa kejayaannya.