Kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mencerminkan tentang gaya hidup

Foto: Pixabay

Sosok Nabi Muhammad SAW adalah suri teladan bagi setiap manusia. Beliau memiliki akhlak dan karakter yang baik sehingga pantas dijadikan panutan bagi umat Islam. Jatuh bangun kehidupan pernah dirasakannya. Mulai dari merasakan hidup miskin, lalu berkecukupan. Meski demikian, hidup yang dipilih Nabi Muhammad sangatlah bersahaja.

Di balik banyaknya gelar yang disandang oleh Nabi Muhammad SAW, tidak membuatnya untuk hidup sombong. Beliau tetap menjalani hidup dengan sederhana. Makanya, tak salah kalau dirinya bisa dijadikan suri tauladan bagi semua umat.

Lalu, apa bukti kesederhanaan Nabi Muhammad SAW?

Berbicara tentang bentuk kesederhanaan Nabi Muhammad SAW, rupanya sampai akhir hayatnya, beliau tak pernah menikmati roti sampai kenyang.

Dari Abu Hurairah RA, beliau berulang kali mengarahkan jarinya ke mulut, sembari mengatakan, "Rasulullah SAW dan keluarganya tidak pernah merasa kenyang dalam tiga hari berturut-turut karena memakan roti gandum. (Keadaan tersebut terus berlangsung) hingga beliau berpisah dengan dunia.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Bukan hanya itu, keluarga Nabi Muhammad SAW juga pernah tidak memasak apa pun selama sebulan dan hanya mengonsumsi kurma dan air putih.

Aisyah RA mengatakan, "Sesungguhnya kami, keluarga Muhammad pernah selama sebulan tidak menyalakan api (tidak memasak apapun) kecuali kurma dan air." (HR. Muslim dan at-Tirmidzi)

Kesederhanaan Nabi Muhammad SAW juga ditunjukkan ketika dirinya tak berat hati memberikan apa pun yang masih dimilikinya kepada orang lain.

Pada saat itu, ada seorang anak laki-laki yang mengunjungi rumah Nabi Muhammad dan berkata, "Wahai Nabi, aku datang kemari membawa pesan dari ibuku yang meminta ini dan itu."

Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab, "Maaf, hari ini aku tidak memiliki apa pun."

"Kata ibuku, pakaian yang sedang engkau kenakan juga boleh," ujar anak laki-laki tersebut.

Tanpa menolak, Rasulullah SAW pun memberikan pakaian yang dia kenakan satu-satunya dan menyerahkannya kepada anak tersebut. Lantas, anak laki-laki tersebut pun tersenyum puas dan pulang tanpa tangan kosong.

Selain kisah tersebut, Nabi Muhammad SAW juga pernah tidur beralas tikar yang dilihat langsung oleh sahabatnya, Umar Ibnu Khatab.

Bentuk kesederhanaan lainnya adalah ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Aisyah dan melihat potongan kue lalu mengambilnya, mengusapnya, dan memakannya.

Beliau pun bersabda, "Berlaku baiklah kalian kepada serpihan nikmat-nikmat Allah. Jangan kalian menyia-nyiakannya. Jika ia hampir hilang dari suatu kaum, ia kembali kepada mereka.'' (HR al-Baihaqi dari Anas bin Malik)

Dari hal itu, kita memetik pelajaran bahwa kita harus selalu mensyukuri nikmat sekecil apa pun yang diberikan Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 7 yang artinya:

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Dari semua bentuk kesederhanaan Nabi Muhammad SAW, beliau jelas mengajarkan kita semua untuk selalu merasa cukup dengan apa yang telah kita miliki dan selalu bersyukur untuk semuanya. Beliau juga memberitahu kita semua untuk tidak melupakan kehidupan akhirat ketika sibuk mengejar duniawi.

Nabi Muhammad SAW pernah berkata kepada para sahabatnya, "Demi Allah, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada pendapat kalian tentang anak kambing ini." (HR. Muslim dan Ahmad)

Begitulah sedikit bentuk kesederhanaan yang hidup Nabi Muhammad SAW yang selalu merasa cukup akan apa yang yang telah dimilikinya. Ingatlah, bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara.

Rep: Yusuf Assidiq Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --

Rasulullah SAW adalah  sosok manusia sempurna: pemimpin umat, penguasa jazirah Arab, bahkan Allah SWT telah menjamin surganya untuknya.  Dengan status yang sedemikin tinggi dan terhormat, sesungguhnya apa yang diinginkan Rasulullah, tentu tak sulit untuk dikabulkan, baik oleh Allah SWT maupun umatnya. Bahkan, dalam sebuah riwayat, Allah SWT pernah menawarkan emas sebanyak butiran pasir di gurun kota Makkah kepada Rasulullah. Nabi Muhammad SAW bisa  saja merengkuh segala kesenangan dunia itu; harta, dan kekayaan materi. Namun, Rasulullah adalah sosok teladan yang mulia. Ia tak pernah silau dengan  kenikmatan duniawi. Nabi SAW lebih memilih kehidupan yang sederhana. Hal itu tecermin dari jawaban Rasulullah atas buiran emas yang ditawarkan Sang Khalik kepadanya. ''Tidak, ya Tuhanku, lebih baik aku lapar sehari, dan kenyang sehari. Bila kenyang, aku bersyukur memuji dan memuja-Mu, dan jika lapar aku akan meratap berdoa kepada-Mu.'' Maka tak heran, kehidupan pribadi dan rumah tangga Rasulullah banyak diisi dengan kisah kesederhanaan. Sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim menggambarkan secara jelas sifat zuhud serta kesederhanaan Nabi. Pada suatu hari, sahabat Umar bin Khatthab menemui Rasulullah di kamarnya. Di sana, Umar melihat Rasul sedang berbaring di atas sebuah tikar kasar, dan hanya berselimutkan kain sarung. Kemudian, terlihatlah guratan tikar yang membekas di tubuh Rasulullah SAW. Umar pun melayangkan pandang ke sekeliling kamar. Dilihatnya segenggam gandum seberat kira-kira satu sha', daun penyamak kulit, dan sehelai kulit binatang. Menyaksikan kesederhanaan Rasulullah SAW,  Umar pun tak kuasa menahan air matanya. ''Apa yang membuatmu menangis, ya putra Khattab?'' ujar Rasulullah bertanya kepada Umar. Umar pun menjawab, ''Bagaimana aku tak menangis, ya Rasul, di pinggangmu tampak bekas guratan tikar, dan di kamar ini aku tidak melihat apa-apa, selain yang telah aku lihat. Sementara raja Romawi dan Persia bergelimang buah-buahan dan harta, sedang engkau utusan Allah SWT.'' Rasulullah pun bersabda, ''Wahai putra Khattab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka?'' Rasulullah dan keluarganya menerapkan hidup sederhana. Sebagai pemimpin umat, Rasulullah mengajarkan umatnya untuk senantiasa mensyukuri setiap rezeki halal yang dianugerahkan Sang Pencipta. Saat wafatnya pun, Nabi tidak meninggalkan warisan berupa harta benda. Hanya dua hal yang ia wariskan untuk umatnya, yakni Alquran dan sunah. Dalam banyak kesempatan, Rasulullah kerap mengingatkan agar umatnya takmenjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan hidup. Nabi SAW mengumpamakan kehidupan dunia bagaikan berjalan di hari panas, lalu berhenti sejenak sekadar beristirahat, dan tidak lama lagi tempat itu akan ditinggalkan. Jadi, dengan kata lain, Islam adalah agama yang berlandaskan nilai kesederhanaan yang tinggi, seperti dicontohkan Rasulullah tadi. Dari pengertian ini, sederhana adalah sikap yang mengedepankan kebijaksanaan dalam memenuhi kebutuhan hidup, tidak berlebihan, atau menghamba materi. Dengan itu, seseorang dapat memilah mana yang harus menjadi prioritas, baik perhatian, tenaga maupun harta.

Sebaliknya, jika tidakmemiliki kebijaksanaan, seseorang cenderung mengikuti hawa nafsu yang justru dapat menjerumuskannya dalam kesengsaraan dunia dan akhirat.

  • akhlak rasulullah
  • kesederhanaan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA