Kebudayaan kapak lonjong dari bangsa Proto Melayu menyebar melalui jalur

JAKARTA - Indonesia memiliki sejarah panjang mengenai peradabannya. Teori asal usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia adalah hal yang penting dipelajari.

Terdapat beberapa kepingan sejarah serta teori mengenai asal usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia.

Apa saja yang harus kita perhatikan mengenai topik ini?Simak pembahasannya seperti dikutip dari laman Kemendikbud.

Baca juga: Menyandang Tuna Netra, Mahasiswa UGM Ini Dirikan 6 Pondok Tahfis di Kampung Halaman

Baca juga: Bercita-cita Jadi Peneliti, Ini Cerita Mahasiswa ITB yang Asah Kemampuan di Kompetisi Fisika

Diperkirakan Berasal dari daerah Yunani

Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah Yunan disekitar hulu sungai Salwen dan sungai Mekhong yang tanahnya sangat subur diperkirakan karena bencana alam atau serangan dari suku bangsa lain. Nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kebudayaan kelautan yaitu sebagai penemu model asli perahu bercadik yang merupakan ciri khas kapal bangsa Indonesia.

Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan kemudian menetap disebut bangsa Melayu Indonesia. Mereka inilah yang menjadi nenek langsung bangsa Indonesia sekarang. Bangsa Melayu itu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa, yaitu Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua) dan Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda)

Proto Melayu

Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kali datang ke nusantara pada sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Melayu Tua memasuki wuilayah nusantara melalui 2 jalur, yaitu jalur barat melalui Malaysia-Sumatera dan jalur timur lewat Filipina-Sulawesi. 

Bangsa Melayu Tua memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dari pada manusia purba. Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut kebudayaan batu baru atau neolithikum, yang pembuatannya sudah dihaluskan.

Menurut penelitian Van Heekertn di Kalumpang ( Sulawesi Utara ) telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa oleh orang-orang Austranesia yang datang dari arah utara atau melalui Filipina dan Sulawesi. Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu adalah suku Dayak dan Suku Toraja.

Deutero Melayu

Pada kurun waktu tahun 400-300 SM ada gelombang ke-2 nenek moyang bangsa Indonesia datang ke nusantara. Bangsa melayu muda ( Deutero Melayu ) berhasil mendesak dan berasimilsasi dengan pendahulunya, bangsa proto melayu.

Bangsa deuteron Melayu memasuki wilayah nusantara melalui jalur Barat mereka menempuh rute dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietnam, semenanjung Malaysia, dan akhirnya sampai di Nusantara. Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu karena mereka sudah bisa membuat barang-barang dari perunggu dan besi, seperti kapak corong, kapak serpatu, dan nekara.

Selain kebudayaan logam, bangsa Deutro Melayu juga mengembangkan kebudayaan megalithikum, seperti menhir/tugu batu, dolmen/meja batu, sarkopagus/keranda mayat, kubur batu, dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk ketuirunan bangsa melayu muda adalah suku Jawa, Melayu dan Bugis.

Peta ini menunjukan lokasi penemuan tradisi zaman megalitikum di Indonesia. Benda-benda tradisi peninggalan masa megalitikum ini banyak ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Satu jenis peninggalan bisa ditemukan di lebih dari satu wilayah.

Bangsa Primitif

Sebelum kelompok bangsa melayu memasuki nusantara, sebenarnya telah ada kelompok manusia yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut. Mereka termasuk bangsa primitive dengan budaya yang sangat sederhana.

a. Manusia Pleistosin (Purba)

Kehidupan manusia purba ini selalu berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat terbatas. Demikian juga dengan kebudayaannnya sehingga corak kehidupan manusia purba ini tidak dapat diikuti kembali kecuali beberapa aspek saja, seperti teknologinya yang masih sangat sederhana (Teknologi Paleolitik).

b. Suku Wedoid

Sisa-sisa suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya suku Sakai di Siak serta suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Mereka hidup dari mengumpulkan hasil hutan dan berkebudayaan sederhana, sehingga sulit sekali menyesuaikan diri dengan masyarakat modern.

c. Suku Negroid

Di Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa kehidupan suku negroid. Akan tetapi, masih ada di pedalaman Malayasia dan Filipina keturunan suku negroid. Suku yang masuk suku negroid misalnya suku Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negrito di Filipina. 

Sebutkan dan jelaskan apa saja hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu? Jika sebelumnya kita telah membahas pengertian, ciri-ciri dan persebaran bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu di Indonesia, pada kesempatan kali ini kita akan mengulas hasil kebudayaannya secara lengkap dan jelas. Hasil kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih maju dibandingkan dengan bangsa Proto Melayu. Hal ini disebabkan karena waktu/perido dan asal dari dua bangsa ini berbeda.

Persebaran bangsa Proto Melayu di Indonesia diperkirakan berlangsung pada tahun 1500 SM hingga 500 SM. Daerah asal bangsa Proto Melayu yaitu dari China Selatan, tepatnya Yunan. Hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu adalah kebudayaan Neolitikum (batu muda). Kemudian bangsa Deutro Melayu mulai masuk ke wilayah Nusantara dimulai sejak 500 SM. Bangsa ini berasal dari daerah Indocina, sementara hasil kebudayaannya berupa logam.

Baca Juga : Persebaran Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu

1. Hasil Kebudayaan Bangsa Proto Melayu 

Seperti yang sudah disebutkan diatas, hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu sama dengan hasil kebudayaan zaman neolitikum atau zaman batu muda. Kebudayaan bangsa Proto Melayu bisa dikatakan satu tingkat lebih tinggi dari pada kebudayaan manusia prasejarah Homo Sapiens.

Contoh hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu yaitu Kapak Persegi dan Kapak Lonjong. Kedua hasil kebudayaan ini dibawa melalui jalur yang berbeda. Kapak persegi dibawa melalui jalur barat dari Yunan - Thailand - Semenanjung Malaya - Sumatera dan menyebar ke Nusantara. Sementara kapak lonjong dibawa melalui jalur timur dari Yunan - Filipina - Sulawesi hingga ke seluruh Nusantara.

Persebaran bangsa proto Melayu di Indonesia kemudian meninggalkan jejak sejarah yaitu berupa keturunan-keturunan yang ada hingga sekarang, contohnya seperti suku Dayak, Toraja, Batak dan suku yang terdapat di Papua.

Artikel Terkait : Ciri-Ciri Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu

2. Hasil Kebudayaan Zaman Deutro Melayu

Kebudayaan bangsa Deutro Melayu disebut juga sebagai kebudayaan Dongson. Alat-alat kebudayaan yang telah dihasilkan dibuat dengan menggunakan bahan logam, berupa perunggu dan besi. Maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih maju dibandingkan dengan bangsa Proto Melayu.

Beberapa contoh hasil kebudayaan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda), meliputi :

  1. Kapak Corong/Perunggu, ditemukan di daerah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali dan Papua. 
  2. Perhiasan dari bahan perunggu, seperti cincin, gelang, bandul kalung, dan gelang kaki.
  3. Nekara : Selengkapnya
  4. Bejana Perunggu
  5. Arca Perunggu
  6. Candrasa : Selengkapnya
Nekara

Selain hasil kebudayaannya sudah dibuat dengan bahan logam, bangsa Deutro Melayu juga telah memiliki pengetahuan tentang pengolahan tanah. Mereka mengenal teknik irigasi untuk lahan-lahan pertanian. Mereka membuka lahan pertanian dengan cara membabat lahan. Tanam pertanian yang sudah dikenal yaitu padi.

Bangsa Deutro Melayu juga telah mengenal pelayaran, hal ini dibuktikan dengan kedatangan mereka ke nusantara menggunakan perahu cadik. Setelah sampai ke wilayah nusantara, mereka tinggal menetap membentuk perkampungan.

Baca Juga :

Itulah sedikit rangkuman materi mengenai 8 Hasil Kebudayaan Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan sejarah kita. Baca juga artikel menarik dan informatif seputar sejarah zaman prasejarah di Indonesia. Terimakasih.

Share ke teman kamu:

Tags : Pra Aksara

Related : 8 Hasil Kebudayaan Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu

Johan Setiawan, Wahyu Ida Permatasari



Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses masuk dan persebaran peninggalan kebudayaan Proto-Deutero Melayu di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan langkah sebagai berikut: (1) heuristik, (2) kritik sumber, (3) interpretasi, (4) historiografi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Proto-Melayu berlayar dan menetap di Indonesia sekitar 3000 SM melalui dua jalur yaitu: Jalur barat dari Yunan melalui Selat Malaka kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau Jawa. Jalan utara (timur) yaitu dari Yunan berpindah melalui Formosa kemudian masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberang ke Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau Papua, sedangkan Deutero-Melayu masuk ke wilayah Indonesia tahun 200 SM melalui jalur Barat yaitu dari Yunan lalu Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia, (2) Proses Persebaran Budaya Proto-Melayu di Indonesia dengan bertempat tinggal menetap, bersawah atau menanam padi,  berternak, bermasyarakat, berperahu cadik, membuat kain dari kulit kayu, menggembangkan gaya seni tertentu dan membawa kebudayaan batu muda (Neolitikum) berupa gerabah, beliung persegi, kapak lonjong dan tembikar. Sedangkan peninggalan kebudayaan Deutero-Melayu di Indonesia terbuat dari perunggu dan logam, yaitu kapak corong, nekara, perhiasan dan manik-manik. Perhiasan dan manik-manik inilah yang nantinya semakin memperjelas status sosial yang berkembang di masyarakat Nusantara.



Proto-Melayu, Deutero-Melayu, Kebudayaan.



Aris, Daud Tanudirjo. 2011. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Cecep, R Eka Permana. 2012. “Tinggalan Budaya Proto-Melayu dan Deutero-Melayu di Indonesia dan Malaysia dan Dampaknya pada Penguatan Kebudayaan Melayu Kini†dalam Seminar Antarabangsa Perantauan Sumatera-Semanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak di Universiti Sains Malaysia.

Coedes, George. 2010. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Gede, I Pitana. 2011. Austonesia Melanesia di Nusantara: Mengungkap Asal-usul dan Jati Diri Temuan Arkeologis. Yogyakarta: Ombak

Heekeren, H.R. Van. 1958. The Bronze-Iron Age of Indonesia. s-Gravenhage: KITLV, Verhandelingen.

Idi, Adullah. 2011. Bangka: Sejarah Soial Cina-Melayu. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Michel, Paul Munoz. 2009. Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia: Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara Zaman Prasejarah-Abad XVI. Yogyakarta: Mitra Abadi.

Philippe, Bernard Groslier. 2002. Indocina Persilangan Kebudayaan, Jakarta: Gramedia.

Soekmono R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius.

Vlekke, Bernard H.M. 2010. Nusantara: Sejarah Indonesia, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.


DOI: //doi.org/10.29408/fhs.v3i1.667

  • There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan


This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA