Jika dalam membaca buku berarti membacanya secara fisik

Lihat Foto

Shutterstock

ilustrasi

SALAH satu agenda rutin setiap bulan keluarga kecil saya adalah bertamu ke toko buku. Ada hal yang terkadang saya dan suami obrolkan ketika sepulang dari toko buku, yaitu semakin 'mundur' rak yang berisi buku dan tergantikan dengan barang lain seperti tas, aksesori sampai alat musik.

Akhirnya, terlontarlah kelakar 'buku semakin tertindas'.

Awalnya, rak buku pindah ke belakang, lama-lama satu lantai habis oleh barang yang bukan buku. Musababnya, barangkali karena menurunnya minat membeli buku.

Kekhawatiran pun muncul: kalau sekarang saja rak buku semakin bergeser ke belakang, bagaimana nanti saat anak saya tumbuh dewasa? Semoga tidak hanya menyisakan satu lantai.

Dunia perbukuan memang tak akan tergantikan oleh teknologi, karena teknologi tidak akan bisa menggantikan penulis. Namun, persoalan buku yang dicetak lain cerita.

Sekarang, melalui mesin pencari, informasi apa pun dapat diperoleh asalkan dengan kata kunci yang tepat. Buku, artikel, jurnal penelitian, bahkan video pembelajaran dapat diakses dengan mudah.

Pandemi menjadi salah satu faktor yang mengakselerasi lesunya minat membeli buku.

Salah satu teman yang bekerja di penerbit buku bercerita bahwa penjualan buku di perusahaannya terus menurun sehingga efisiensi karyawan tidak dapat dihindari.

Selain itu, sejak pandemi saya sering melihat status whatsApp teman yang menawarkan e-book novel, buku Islami, dan lain-lain. Tak ada buku, e-book pun jadi, begitulah kira-kira.

Sebetulnya, bila bahan bacaan beralih ke media digital tidaklah menjadi soal. Apalagi, teknologi memang ada untuk mempermudah kehidupan kita. Yang terpenting budaya literasi tetap berlangsung.

Di zaman yang serba canggih dan hanya dalam satu genggaman saja kita bisa melihat dunia, namun masih ada saja yang bertahan dengan kebiasaan kebiasaan yang tradisional dan memakai barang-barang yang lama, salah satunya adalah buku fisk. Padahal sekarang sudah banyak e-book yang gratis dan bisa langsung kita baca di ponseltanpa harus pergi ke toko dan membelinya, hanya bermodalkan kuota saja untuk membacanya. Jadi mengapa buku fisik masih diminati oleh beberapa orang? Ini adalah beberapa kelebihan buku fisik ketimbang ebook:

Advertisement

1. Membaca buku fisik menjadikan kita mudah untuk fokus

Photo de Min An provenant de Pexels via //www.pexels.com

Saat membaca buku fisik kita lebih fokus pada satu tujuan yaitu membaca dan mengerti alur cerita yang kita baca. Itu yang membuat kita untuk bisa fokus secara lebih, ketimbang dengan ebook yang saat kita membaca terkadang ada notifikasi yang masuk atau malahan kita membuka aplikasi yang lain, yang lebih menggoda sehingga fokus kita hilang.

2. Bau kertas buku yang menenangkan

Photo de Lisa Fotios provenant de Pexels via //www.pexels.com

Bagi pecinta buku, ini adalah nikmatnya membeli buku fisik, juga ketika kita punya buku lama, kita juga bisa merasakan aroma kertas dari buku lama yang tidak bisa tergambarkan. Bagi yang gemar membaca buku pasti mengerti mengapa menyukai aroma kertas buku. Penyuka aroma buku juga disebut sebagai bibliosmia. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang artinya aroma buku

Advertisement

3. Mata kita tidak cepat lelah

Photo de Andrea Piacquadio provenant de Pexels via //www.pexels.com

Menatap layar ponsel berlama-lama membuat mata kita lelah dan membuat konsentrasi kita berkurang hingga akhirnya malas untuk membaca dan malas melihat tulisan yang panjang. Berbeda dengan buku fisik yang membuat kita betah berlama-lama dengan buku karena tidak ada gangguan, sehingga kita bisa tetap fokus. Walau sekarang ada device seperti Kindle, namun harganya masih tergolong mahal bagi kebanyakan orang.

4. Bisa menjadi barang koleksi

Photo by Florencia Viadana on Unsplash via //unsplash.com

Bagi pecinta buku pastinya telah banyak membeli buku dan untuk dikoleksi atau hanya penasaran dari setiap partnya yang terus berlanjut hingga akhinrya menjadi koleksi. Lalu menjadi daya tarik tersendiri untuk terus membaca. Salah satu koleksi buku yang sering dikoleksi adalah komik.

5. Bisa menjadi barang untuk disumbangkan

Photo by John Weinhardt on Unsplash via //unsplash.com

Selain untuk kita baca sendiri. Namun saat kita sudah selesai membacanya kita bisa manjadi pribadi yang baik, yaitu membagikan bacaan atau ilmu kepada orang lain. Salah satunya membagikan buku ke daerah-daerah dan setidaknya membantu literasi Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi dalam minat baca masyarakat.

Advertisement

##tips

#Buku

#editor's pick

#perpustakaan

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Dimas Tyo

Mahasiwa Jakarta, Menulis adalah kegigihan yang terus digali dalam diri.

Editor

Floriberta Novia

une femme libre

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA