Jelaskan tentang kewajiban beribadah dan bersyukur kepada Allah swt

Assalamualaikum Wr Wb Kewajiban Beribadah Dan Bersyukur Kepada Allah Serta Berbuat Baik Kepada Sesama Manusia

KELOMPOK 1 – Aang Irfan – Bayu Abdul Aziz – Jujun Junaedi – M.Ilyas – Romli Hasanudin – Sopiyan M S

– Berdo’alah terlebih dahulu sebelum belajar. بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ (Ya Alloh Tambahkanlah aku ilmu, Dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, Dan jadikanlah aku termasuk golongannya orang-orang yang shoolih. Ya Alloh kabulkanlah do’aku ini.)

Perintah Berlaku Ihsan Dari sisi kebahasaan, kata ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu-Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, ihsan pada umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat Jibril ketika beliau menjelaskan makna ihsan, yaitu: Artinya: “… Rasulullah saw bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu.’…”

Macam macam ihsan 1. ihsan kepada Allah Swt. Yaitu berlaku ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah(murni, ritual),seperti salat, puasa, dan sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut dengan ibadah gairu madah (ibadah sosial), seperti belajar-mengajar,berdagang, makan, tidur, dan semua perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang ihsan diatas, ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini. a. Beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan melihat-Nya. Keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. b. Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya. Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takutakan hukuman. Kedua jenis ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepadapuncak keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Swt., jauh dari motif riya’.

2. Ihsan kepada sesama makhluk ciptaan Allah Swt. Dalam Q.S al-Qasash/28:77 Allah berfirman: “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Dari berbagai ayat dan hadis, berbuat kebajikan (ihsan) kepada sesama makhluk Allah Swt. meliputi seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut: a. Ihsan kepada kedua Orangtua Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmizi, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda (artinya): “Keridhoan Allah berada pada keridhoan orangtua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan orangtua.” (HR.at-Tirmizi). Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi,memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Mereka telah berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil dengan perhatian penuh dan belas kasihan. Allah Swt. telah menegaskan dalam firman-Nya, “Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar-Rahman/55:60).

b. Ihsan kepada Kerabat Karib. Menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk ihsan kepada mereka, bahkan Allah Swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Swt. berfirman: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22). Silaturahmi merupakan kunci mendapatkan keridhoan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfirman: “Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubunganKu dengannya.” (HR. at-Tirmizi). c. Ihsan kepada Anak Yatim. Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya adalah sabda Rasulullah saw.: “Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).” (HR. al-Bukhari,Abu D±wud, dan at-Tirmizi).

d. Ihsan kepada Fakir Miskin. Berbuat Ihsan kepada orang miskin ialah dengan memberikan bantuan kepada mereka terutama pada saat mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda,”Orang- orang yang menolong janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah). e. Ihsan Kepada Tetangga. Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah. Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam kategori tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim, dan sebagai kerabat. Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (HR. al-Syaikhani). Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. at-tabrani).

f. Ihsan kepada Tamu Ihsan kepada tamu, secara umum adalah dengan menghormati dan menjamunya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali Nasa’i). Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan jauh). Cara berbuat Ihsan terhadap ibnu sabil dengan memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta. g. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja Kepada karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum keringat mereka kering (segera), tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup melakukannya. Secara umum kita juga harus menghormati dan menghargai profesi mereka. h. ihsan kepada Sesama Manusia Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” ( ¦R. Al-Bukhari dan Muslim ). Wahai manusia, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai satu sama lain dalam pergaulan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Menunjuki jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.

i. Ihsan kepada Binatang Berbuat Ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam. “…Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”. (¦R. Muslim). j. Ihsan kepada Alam Sekitar Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan kelestarian hidup alam dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Allah Swt. berfirman: “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al- Qasash/28:77).

Hikmah dan Manfaat ihsan “Kebaikan akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah dalam al-Qur‘an. Berbuat ihsan adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka Allah menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. Membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik.

Jazakumullah Anu Atos Merhatoskeun Wassalamu’alaikum Wr Wb

Tegaknya prinsip “Amar ma’ruf nahi munkar” yaitu perintah atau seruan/ajakan melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dan saling menasihati untuk berbuat Hikmah dan manfaat yang kita dapatkan dari sikap bersyukur dan ketulusan beribadah. Hal itu di antaranya sebagai berikut.

1. Mendapatkan keberkahan dari setiap rizki yang kita terima, sebagaimana janji-Nya dalam firman-Nya; “... jika kalian bersyukur, niscaya akan Kami tambah nikmat baginya, dan jika kalian kufur (mengingkari nikmat-Ku) maka sesungguhnya siksa-Ku itu teramat pedih” (Q.S. Ibrahim/14:7).

2. Menemukan ketenangan batin dan kedamaian hati dalam menjalani semua aktivitas sehari-hari karena kerelaannya dalam menyikapi pemberian Allah Swt.

3. Terhindar dari siksa api neraka, karena telah menjadi hamba yang tahu diri dengan selalu bersyukur atas karunia Allah Swt. sebagaimana yang dijanjikan- Nya dalam Q.S. Ibrahim/14:7 di atas.

Aktivitas Siswa

Carilah hikmah dan manfaat ibadah dan bersyukur dengan menganalisis berbagai ayat dan hadis lain yang terkait!

Pemimpin yang Haus Nasihat

Suatu saat, Umar r.a. seorang diri tengah pulang dari kunjungannya ke Syam Syiria menuju Madinah untuk melihat kehidupan rakyatnya dari dekat. Ia bertemu dengan seorang nenek tengah beristirahat di gubuknya, lalu Umar bertanya kepada nenek itu,

“Apa yang dilakukan oleh Umar sekarang?”

Nenek itu menjawab, “Ia telah pulang dari kunjungan ke Syam dengan selamat.”

“Bagaimana menurutmu tentang pemerintahannya?” tanya Umar r.a. lagi. “Tentang ini, aku berharap semoga Allah Swt. tidak membalasnya dengan kebaikan,” Jawab nenek itu.

“Mengapa begitu?” selidik Umar.

“Karena aku tidak mendapatkan satu dinar atau satu dirham pun darinya sejak ia menjabat sebagai Amirul Mu’minin”, Ujar nenek itu lagi.

Umar segera menimpali, “bagaimana kalau Umar tidak tahu keadaanmu karena kamu berada di tempat seperti ini?”

Nenek itu balas menjawabnya, “Subhanallah! demi Allah, aku tidak pernah mengira bahwa ada seseorang yang bertanggung jawab atas urusan orang lain sedang ia tidak tahu keadaan mereka semua”.

Setelah mendengar jawaban nenek itu, maka Umar seketika itu juga menangis seraya berkata, “hai Umar! semua orang lebih pintar darimu hingga nenek-nenek ini sekali pun”. Akhirnya sang nenek pun tahu bahwa yang di hadapannya adalah Umar, Sang Khalifah, dan nenek segera minta maaf karena merasa telah lancang. Tapi Umar justru bersyukur dan kemudian memberikan bantuan secukupnya.

Sumber: Subkhi Ridho (ed ), Belajar dari Kisah Kearifan Sahabat

Aktivitas Siswa

1. Deskripsikan sifat dan kepribadian Umar bin Khattab berdasarkan sepenggal kisah di atas terkait dengan tema saling menasihati!

2. Bacakan deskripsimu di hadapan kelompok lain untuk mendapat tanggapan!

Menerapkan Perilaku Mulia

Sikap dan perilaku mulia yang dapat dikembangkan dari tema ibadah dan bersyukur di antaranya ialah sebagai berikut.

1. Bersikap qana’ah, yaitu menerima semua jenis kenikmatan yang dianugerahkan Allah Swt., baik yang dianggap kecil maupun besar, dengan ikhlas dan penuh kerelaan. Tanpa qana’ah, tidak mungkin kita dapat bersyukur.

2. Berusaha mengesakan Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.

3. Berusaha mentaati Allah Swt. dalam segala keadaan dan menjauhi larangan- Nya sebagai bentuk syukur kepada Allah Swt.

4. Berbakti kepada kedua orang tua sebagai bentuk terimakasih kepada mereka atas semua perjuangan dan pengorbanannya dari sejak dalam kandungan hingga saat ini.

5. Memperbanyak amal salih / perbuatan yang bermanfaat bagi sesama sebagai bentuk nyata dari ungkapan rasa syukur kepada Allah swt.

Tugas Kelompok

1. Carilah kisah teladan tentang seseorang yang qana’ah dalam kehidupan! 2. Lakukan analisis terhadap kisah tersebut untuk mendapatkan nilai-nilai

keteladanannya!

3. Presentasikan hasil temuanmu di depan kelas kalian!

Rangkuman

1. Perintah menyembah Allah Swt.Yang Maha Esa dan larangan menyekutukan- Nya dengan sesuatu apapun.

2. Kewajiban berbuat Ihsan kepada kedua orang tua atas segala jasa mereka. 3. Kemuliaan seorang ibu dibandingkan dengan ayah karena kasih sayangnya

yang tercurah sejak dalam kandungan, saat dilahirkan, saat dalam buaian, hingga disapih.

4. Berbuat baik kepada semua orang sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt.

6. Rasulullah saw. sangat rajin beribadah meskipun dosa-dosanya sudah diampuni. Karena semua ibadah dan kebaikan yang dilakukan beliau adalah wujud kesyukuran kepada Allah Swt. atas segala karunia yang Allah Swt. anugerahkan.

Evaluasi

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap sebagai jawaban yang paling tepat!

1. Perhatikan penggalan ayat berikut!

Penggalan ayat di atas mengandung hukum bacaan mad . . . a. °±bi’i

b. ‘Iwad

c. Sil±h Qa£³rah

d. ‘²rid lissukµn

e. Izh±r

2. Perhatikan potongan ayat berikut!

Potongan ayat di atas mengandung informasi bahwa . . . . a. Syirik adalah dilarang.

b. Syirik adalah menyekutukan Allah Swt. c. Kezaliman dan kemusyrikan itu sama. d. Menyekutukan Allah Swt. adalah dosa besar. e. Kemusyrikan adalah kezaliman yang besar.

3. Dalam surat Luqmān ayat 14, Allah Swt. menginformasikan bahwa ibu menyapih anaknya pada usia . . . .

a. Satu tahun b. Dua tahun c. Tiga tahun d. Empat tahun

4. Berdasarkan informasi dari Aisyah radiAllahu anha dalam hadis di atas, Rasulullah saw. sangat rajin beribadah karena beliau ingin menjadi …

a. Hamba yang masuk surga b. Hamba terkasih

c. Hamba yang diampuni dosanya d. Hamba yang bersyukur

e. Hamba pemberi syafaat bagi umatnya

5. Berikut ini yang bukan kandungan dari hadis Aisyah radiAllahu anha (hadis no. 4460) di atas ialah …

a. Rasulullah saw. sangat rajin beribadah

b. Rasulullah saw. adalah orang yang suka bersyukur c. Dosa-dosa Rasulullah saw. telah diampuni oleh Allah Swt. d. Rasulullah saw. adalah pemberi syafaat bagi umatnya

e. Rasulullah saw. jika shalat malam terkadang sampai tumitnya bengkak

II. Kerjakan soal berikut dengan benar dan tepat!

1. Jelaskan isi kandungan Q.S. Luqm±n/31:13!

2. Jelaskan jasa-jasa ibu yang termuat dalam Q.S. Luqm±n/31:14!

3. Rasulullah saw. menyuruh agar kita berbicara sesuai dengan kadar intelektual lawan bicara kita, jelaskan maksudnya!

4. Jelaskan pentingnya penguasa yang adil bagi tegaknya amar ma’ruf nahi munkar!

5. Jelaskan kaitan antara ibadah dan bersyukur berdasarkan hadits dari Aisyah di atas!

III. Berilah tanda checklist () pada kolom di bawah ini sesuai kemampuanmu dalam membaca dan menghafal ayat dan hadis berikut dengan tartil!

Kemampuan membaca Q.S. Luqm±n/31:13-14

Sangat

lancar Lancar Sedang

Kurang

lancar Tidak lancar

... ... ... ... ...

Kemampuan membaca Hadis

Sangat

lancar Lancar Sedang

Kurang

lancar Tidak lancar

... ... ... ... ...

IV. Salinlah lafal-lafal yang mengandung hukum tajwid pada Q.S. Luqm±n/31:13-14 ke dalam tabel berikut dan jelaskan hukum bacaannya!

Lafal Hukum Bacaan Alasannya

... ... ... ... ... ... ... ... ...

Lafal Hukum Bacaan Alasannya

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

V. Berilah tanda checklist () pada kolom yang sesuai dengan pilihan sikap kalian!

SS= Sangat Setuju; S= Setuju; KS= Kurang Setuju; TS=Tidak Setuju

No. Pertanyaan SS S KS TS

1. Tauhid harus didahulukan dalam dakwah karena Allah Swt. adalah Pencipta alam semesta.

... ... ... ... 2. Kemusyrikan termasuk dosa besar

karena kemusyrikan mengandung kezaliman terhadap sesama manusia.

... ... ... ... 3. Mengajak manusia berbuat baik itu

cukup dengan lisan yang fasih dan pandai ber-retorika.

... ... ... ... 4. Menasihati orang (berdakwah)

sebenarnya tidak perlu menggunakan metode yang macam-macam, yang penting punya keberanian untuk menyampaikan.

... ... ... ...

5. Kebenaran harus disampaikan apa adanya, karena perintah Rasulullah saw. agar kita menyampaikannya meskipun itu pahit.

... ... ... ...

6. Saling menyayangi dan saling menghormati berlaku dalam segala urusan

No. Pertanyaan SS S KS TS

7. Dalam berdakwah tidak boleh ada yang ditutup-tutupi (disembunyikan),semua kebenaran harus disampaikan, walaupun mungkin akan berdampak buruk bagi yang menyampaikan.

... ... ... ...

8. Ketika kalian bertukar argumen dengan orang yang kalian nasihati, kemudian tidak terjadi titik temu maka hargai pendapat mereka.

... ... ... ...

9. Apa yang kalian katakan seharusnya sama dengan apa yang kalian lakukan. Dengan keteladanan, kalian berharap orang yang kalian nasihati akan mau mengikuti dengan suka rela.

... ... ... ...

10. Setiap orang memiliki kewajiban untuk saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kesabaran dan mencegah perbuatan kemaksiatan serta kemungkaran.

Sumber:

www.apalah-apalah.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA