Jelaskan komposisi penduduk berdasarkan usia produktif dan nonproduktif

Kawasan wisata Jam Gadang dan Pasar Ateh Kota Bukittinggi Sumatera Barat (Sumbar) ramai dipadati pengunjung saat liburan hari Raya Idul Adha 1441 H pada Minggu (2/8/2020).

TRIBUNPADANG.COM - Jelaskan komposisi penduduk Indonesia menurut usia.

Artikel ini adalah bagian dari Laman Edukasi yang disediakan TribunPadang.com untuk jawaban berbagai pertanyaan populer.

Kali ini pertanyaan yang akan dijawab adalah menjelaskan komposisi penduduk Indonesia menurut usia.

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk berdasarkan usia/umur, jenis kelamin, mata pencaharian, agama, bahasa, pendidikan, tempat tinggal, jenis pekerjaan, dan lain-lain.

Baca juga: Apa Pula Persamaannya? Simak Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 5 Halaman 1

Baca juga: Apa Saja Perbedaan Makhluk Hidup yang Ada pada Gambar Itu? Jawaban Tema 2 Kelas 5 Halaman 1

Komposisi penduduk dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan ataupun penentuan kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan.

Melansir Kemdikbud.go.id, komposisi penduduk berdasarkan usia/umur dapat dibuat dalam bentuk usia tunggal.

Contohnya usia 0, 1, 2, 3, 4, sampai 60 tahun atau lebih.

Selain itu, komposisi penduduk berdasarkan usia/umur dapat juga dibuat berdasarkan interval usia
tertentu.

Contohnya 0–5 tahun (usia balita), 6–12 tahun (usia SD), 13–15 tahun (usia SMP), tahun 16–18 (usia
SMA), 19–24 tahun (usia Perguruan Tinggi), 25–60 tahun (usia dewasa) dan >60 tahun (usia lanjut).

Bila komposisi penduduk dibuat berdasarkan usia produktif dan usia nonproduktif maka hasilnya usia
0–14 (usia belum produktif), 15–64 (usia produktif), dan usia >65 (tidak produktif).

Sumber: Tribun Padang

Lihat Foto

KOMPAS.com/Chermanto Tjaombah

Ilustrasi penduduk

KOMPAS.com - Penduduk adalah sekumpulan orang yang bertempat tinggal dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Penduduk bisa dikelompokkan. Hal ini disebut dengan komposisi penduduk.

Komposisi penduduk adalah susunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu.

Kriteria yang biasa digunakan yakni usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan ketergantungan.

Mengapa komposisi penduduk di suatu wilayah perlu dikaji atau dipelajari? Komposisi penduduk penting diketahui sebagai dasar menyusun kebijakan dan pembangunan.

Dikutip dari Komposisi Penduduk (2019), berikut jenis komposisi penduduk yang paling sering jadi acuan di Indonesia:

Baca juga: Pengertian Persebaran Penduduk dan Jenisnya

Komposisi penduduk berdasarkan umur

Komposisi berdasarkan umur digunakan untuk mengelompokkan penduduk suatu negara atau daerah berdasarkan rentang usia tertentu.

Pengelompokan ini biasanya ditunjukkan untuk menentukan jumlah penduduk dalam usia produktif dan usia produktif.

Komposisi ini mempengaruhi struktur penduduk di suatu wilayah. Secara umum, struktur penduduk dibedakan menjadi:

  • Struktur penduduk muda (usia ≤ 14 tahun)

Negara didominasi penduduk usia muda. Penduduk usia muda besar disebabkan tingkat kelahiran yang tinggi dibanding tingkat kematian.

Jakarta -

Pengelompokan penduduk Indonesia dapat dilakukan berdasarkan interval atau rentang umurnya. Misalnya saja, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usia produktif diukur dari rentang umur 15 hingga 64 tahun.

Di samping berdasarkan rentang usia, pengelompokan penduduk juga dilakukan menurut jenis kelamin. Dalam Buku 'Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas 7', pengelompokan semacam ini disebut juga dengan komposisi penduduk.

Jadi, komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan ini juga dapat dibuat grafik yang dinamakan piramida penduduk.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, bisa dibedakan menjadi penduduk laki-laki dan perempuan. Penggolongan penduduk berdasarkan jenis kelamin ini penting agar pemerintah bisa menentukan kebijakan terkait lapangan pekerjaan, bentuk pengembangan pendidikan, tanggung jawab, dan sebagainya.

Pengelompokan penduduk menurut usia dapat dibagi menjadi:

1. Usia tunggal, contohnya penduduk usia 1, 2, 3, 4, hingga 64 tahun maupun lebih

2. Rentang usia tertentu, contoh:

- 0-5 tahun (balita)

- 6-12 tahun (SD)

- 13-15 tahun (SMP)

- 16-18 tahun (SMA)

- 19-24 tahun (perguruan tinggi)

- 25-60 tahun (usia dewasa)

- Lebih dari 60 tahun (usia lanjut).

3. Produktivitas, contoh:

- 0-14 tahun (belum produktif)

- 15-64 tahun (usia produktif diukur dari rentang usia ini)

- Lebih dari 64 tahun (tidak produktif)

Penduduk usia belum produktif dan tidak produktif ini dikategorikan sebagai penduduk usia ketergantungan.

Komposisi penduduk menurut usia sangatlah penting agar pemerintah bisa menentukan kebijakan terkait penyediaan pendidikan, pembangunan, penyediaan pangan, dan yang lain.

Menurut buku Penunjang Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan untuk SMP/MTs kelas 7 karangan Mapata, salah satu contoh penggunaan komposisi penduduk berdasarkan rentang usia ini adalah dalam program Wajib Belajar 9 Tahun. Dengan mengamati dan melakukan analisis penduduk melalui kategori usia, maka dapat diketahui berapa jumlah penduduk yang harus sekolah, berapa tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan sebagainya.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa usia produktif diukur dari rentang usia 15-64 tahun dan nonproduktif digolongkan berdasarkan rentang usia tertentu atau lebih dari 64 tahun. Dan penggolongan semacam ini termasuk dalam komposisi penduduk.

Semoga penjelasan di atas bermanfaat, detikers!

Simak Video "Pakar: Usia Produktif Paling Banyak Terinfeksi Varian Delta"



(nah/pay)

Komposisi penduduk berdasarkan usia/umur dapat dibuat dalam bentuk usia tunggal, seperti 0, 1, 2, 3, 4, sampai 60 tahun atau lebih. Komposisi penduduk dapat juga dibuat berdasarkan interval usia tertentu, seperti 0–5 tahun (usia balita), 6–12 tahun (usia SD), 13–15 tahun (usia SMP), tahun 16–18 (usia SMA), 19–24 tahun (usia Perguruan Tinggi), 25–60 tahun (usia dewasa), dan >60 tahun (usia lanjut). Selain itu, komposisi penduduk juga dapat dibuat berdasarkan usia produktif dan usia nonproduktif, misalnya: usia 0–14 (usia belum produktif), 15–64 (usia produktif), dan usia >65 (tidak produktif).

Permasalahan dalam komposisi penduduk lainnya adalah apabila jumlah penduduk dengan usia di bawah 15 tahun dan usia di atas 65 tahun jumlahnya lebih besar dibandingkan usia produktif (15-65 th). Hal tersebut dapat menyebabkan penduduk usia produktif menanggung hidup seluruh penduduk usia nonproduktif. Sebaliknya, jika semakin kecil angka ketergantungan, akan semakin kecil beban dalam menopang kehidupan penduduk usia nonproduktif.

Wawasan

Saat ini Indonesia mengalami bonus demografi yaitu bonus yang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15- 64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Bonus demografi terjadi karena Indonesia mengalami keberhasilan dalam program Keluarga Berencana (KB), menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya kesehatan serta suksesnya programprogram pembangunan lainnya. Bonus demografi akan menguntungkan jika penduduk usia produktif memiliki kualitas yang baik, jika tidak maka akan sangat merugikan karena akan menjadi beban pembangunan. Sumber: BKKBN

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin juga penting untuk diketahui, karena dapat digunakan dalam menghitung angka perbandingan jenis kelamin (sex ratio). Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk pemberdayaan penduduk sebagai sumber daya manusia sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya, berkenaan dengan pekerjaan, tanggung jawab, serta bentuk pengembangan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan penduduk.

Pada zaman dahulu, kaum laki-laki lebih dominan untuk berusaha (bekerja) dan mempertahankan diri. Pada saat itu, teknologi masih sangat sederhana sehingga hanya penduduk yang memiliki tenaga dan kemampuan fisik yang kuat yang dapat bertahan hidup. Akan tetapi, setelah teknologi berkembang dengan cepat dan modern, sesuai pula dengan prinsip emansipasi wanita, ternyata hampir semua jenis pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki juga dapat dikerjakan oleh kaum perempuan.

Wawasan

Mengapa suatu daerah lebih banyak laki-laki atau lebih banyak perempuan? Daerah yang memiliki kerawanan konflik atau perang biasanya lebih banyak lakilaki karena penduduk dari daerah lain datang ke daerah tersebut, sedangkan daerah yang miskin biasanya lebih banyak perempuan karena banyak laki-laki mencari atau bekerja di luar daerahnya.

Related Articles

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA