Senin, 10 Maret 2014
Dilihat : 48,163
Cat : Teknologi,2015
0 Komentar
Dalam keadaan ini, umumnya upaya remedial sistem transportasi yang
diterapkan lebih banyak bertujuan memecahkan masalah yang timbul
sekarang dan berjangka panjang, tanpa integrasi yang sesuai dengan
perencanaan kotanya. Tanpa perbaikan mendasar pada aspek perencanaan
sistem transportasi secara menyeluruh, masalah sporadik yang timbul
beserta implikasi dampaknya tak akan dapat terpecahkan dengan tuntas.
Dampak bagi lingkungan
Perencanaan sistem transportasi yang kurang
matang, bisa menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya kemacetan
dan tingginya kadar polutan udara akibat berbagai pencemaran dari asap
kendaraan bermotor. Dampak yang dirasakan akibat menurunnya kualitas
udara perkotaan adalah adanya pemanasan kota akibat perubahan iklim,
penipisan lapisan ozon secara regional, dan menurunnya kualitas
kesehatan masyarakat yang ditandai terjadinya infeksi saluran
pencernaan, timbulnya penyakit pernapasan, adanya Pb (timbal) dalam
darah, dan menurunnya kualitas air bila terjadi hujan (hujan asam).
Polutan
(bahan pencemar) yang ada di udara–seperti gas buangan CO (karbon
monoksida)– lambat laun telah memengaruhi komposisi udara normal di
atmosfer. Hal ini dapat memengaruhi kondisi lingkungan dengan adanya
dampak perubahan iklim. Ketidakpastian masih banyak dijumpai dalam
“model prediktif” yang ada sekarang, antara lain mengenai respons alam
terhadap kenaikan temperatur bumi sendiri, serta disagregasi perubahan
iklim global ke tingkat regional, dan sebagainya.
Dalam sebuah
bukunya tentang pencemaran udara (2001), Dr, Ir. Moestikahadi Soedomo,
M.Sc, DEA, menyebutkan tentang pengaruh pencemaran udara bagi
lingkungan–khususnya bagi terjadinya pemanasan global dalam setengah
abad mendatang– diperkirakan akan meliputi kenaikan permukaan laut,
perubahan pola angin, penumpukan es dan salju di kutub. Selain itu juga
akan terjadi peningkatan badai atmosferik, bertambahnya populasi dan
jenis organisme penyebab penyakit dan dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat, perubahan pola curah hujan, dan perubahan ekosistem hutan,
daratan serta ekosistem lainnya.
Adapun dampak negatif bagi kesehatan
masyarakat, diketahui kontak antara manusia dengan CO, misalnya, pada
konsentrasi yang relatif rendah, yakni 100 ppm (mg/lt) akan berdampak
pada gangguan kesehatan. Hal ini perlu diketahui terutama dalam
hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara
umumnya memang kurang dari 100 ppm. Senyawa CO dapat menimbulkan reaksi
pada hemoglobin (Hb) dalam darah.
Adapun faktor penting yang
menentukan pengaruh COHb terdapat dalam darah, makin tinggi persentase
hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin fatal pengaruhnya
terhadap kesehatan manusia.
Sistem transportasi
ramah lingkungan
Perencanaan
sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang
sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi antara lain
volume penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan
pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan lingkungan
yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang jalan,
kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan.
Dalam
mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi,
persyaratan spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat
menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi emisi
pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau
tunggul tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi
tingkat kebisingan lingkungan pemukiman yang ada di sekitar dan
sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi pencemar udara keluar
batas jalan kecepatan tinggi.
Dalam konteks ini, untuk mencapai sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya;
1. Rekayasa lalu lintas.
Rekayasa
lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem transportasi yang
direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi pencemar dapat
dioptimalkan secara terpadu dalam perencanaan jalur, kecepatan
rata-rata, jarak tempuh per kendaraan per tujuan (vehicle mile trip dan
passenger mile trip), dan seterusnya. pola berkendara (driving
pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu
lintas.
Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di
Indonesia belum tersedia hingga saat ini. Dalam perencanaan,
pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu lintas berjalan
dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin,
seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-destination).
Dengan meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik
tujuannya masing-masing akan dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang
maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih besar.
2. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan).
Jenis
kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di
dalam sistem transportasi yang akan memberikan dampak bagi lingkungan
fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara dan kebisingan. Kedua
jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin
penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti
yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti membawa
perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin kendaraan bermotor
yang beredar di dunia sekarang ini.
Sejak tahun 1970, bersamaan
dengan krisis energi dan fenomena pencemaran udara di Los Angeles Smog,
dikeluarkan persyaratan-persyaratan yang ketat oleh pemerintah Federal
untuk mengendalikan emisi kendaraan bermotor dan efisiensi bahan bakar.
Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin, meliputi
pemasangan (katup) PCV palse sistem karburasi, sistem pemantikan yang
memungkinkan pembakaran lebih sempurna, sirkulasi uap bahan bakar minyak
(BBM) untuk mengurangi emisi tangki BBM, dan after burner untuk
menurunkan emisi. Sedangkan teknologi retrofit disyaratkan dengan
pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk mereduksi emisi HC
dan NOX dan debu (TSP). Teknologi ini membawa implikasi yang besar
terhadap sistem BBM, karena TEL tidak dapat lagi ditambahkan dalam BBM.
(3)
Energi transportasi. Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan
kendaraan bermotor selain ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin,
juga sangat ditentukan oleh jenis BBM yang digunakan. Seperti halnya
penggunaan LPG, akan memungkinkan pembakaran sempurna dan efisiensi
energi yang tinggi. Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi gas
buang, bila peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan
bakar, khusus yaitu bebas timbal.
Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, diharapkan sistem transportasi perkotaan, terutama bagi Kota
Bandung akan sesuai dengan yang diharapkan, khususnya dalam upaya
mengurangi tingkat kemacetan dan mencegah semakin meningkatnya kadar
polutan udara oleh asap kendaraan bermotor. Mudah-mudahan Kota Bandung
sebagai kota yang nyaman, indah, dan bersih akan tetap terpelihara
eksistensinya. Wallahu’alam.***
Penulis pemerhati masalah lingkungan, tergabung dalam Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI).
gambar : nurannisaa7.wordpress.com
Post : | 27 September 2013 | 07:00 WIB | Dilihat 167274 kali
Tujuan penyelenggaraan transportasi adalah untuk memberikan suatu pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap harinya. Coba kita bayangkan apabila satu hari saja pelayanan transportasi terhenti, tentunya akan menimbulkan banyak sekali dampak terutama akan terganggunya segala aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Mungkin saja banyak orang yang tidak bisa makan pada hari itu, banyak orang yang tidak bisa bekerja, distribusi barang – barang kebutuhan tidak dapat dilakukan, ujungnya ekonomi masyarakat akan macet total. Jadi transporasti adalah sarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern.
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita simak pengertian ekonomi itu sendiri. Menurut M. Manulang Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang maupun jasa), sedangkan transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan orang (manusia) maupun barang dari tempat asal ke tempat tujuan. Dengan demikian pengertian ekonomi transportasi merupakan ilmu tentang fungsi transportasi didalam struktur dan berbagai aktivitas sistim ekonomi atau dengan kata lain bahwa Ilmu ekonomi transportasi merupakan study tentang peran dan fungsi transportasi dalam menunjang aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran.
Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat dan merupakan urat nadi dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi harus ditunjang dengan pengembangan sistim transportasi yang baik, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Manfaat transportasi secara ekonomi meliputi :
Transportasi menjadikan orang lebih mudah dan cepat berpindah tempat dari satu tujuan ke tujuan lainnya
Transportasi menjadikan barang – barang dapat dikirim dari tempat produksi ke tempat – tempat lainnya yang membutuhkan barang – barang tesebut.
- Menjaga stabilitas harga Barang
Transportasi menjadikan supply barang lebih mudah dan terjamin sehingga harga barang akan tetap stabile.
- Meningkatkan Nilai ekonomi suatu kawasan/ wilayah
Transportasi meningkatkan produktivitas dan nilai jual suatu kawasan, misal hasil industri, hasil pertanian, tanah dll
Transportasi dapat mempercepat perkembangan suatu wilayah, keterbatasan transportasi menghambat perkembangan wilayah.
Oleh : Sovy Fajrianti (Mahasiswa PKL – ITT Telkom)
Video yang berhubungan