Informasi tentang De Atjehers hingga dapat mengetahui kelemahan rakyat Aceh

Perang Aceh adalah perang besar terakhir pada masa kolonialisme Hindia Belanda. Ribuan korban jatuh di kedua belah pihak. Perang itu dapat berakhir karena peranan seorang intelektual, yaitu Snouck Hurgronje. Militansi rakyat Aceh telah begitu merepotkan Belanda. Pihak kolonial telah kehilangan dua jenderal, tetapi perang belum usai. Berkat Snouck Hurgronje, pihak Belanda jadi mengetahui rahasia kelemahan perjuangan rakyat Aceh.

Sebuah laporan dari Christian Snouck Hurgronje terhampar di meja gubernur jenderal. Kesimpulan analisisnya, para ulamalah yang menghasut orang-orang Aceh untuk memerangi Belanda guna mempertahankan kepentingan pribadi mereka. Karena itu, satu-satunya cara menumpas perlawanan rakyat Aceh hanyalah dengan membantai para ulama.

Hanya ketakutanlah faktor yang menghalangi orang-orang Aceh untuk bergabung dalam perlawanan menentang Belanda. Rekomendasi Snouck Hurgronje menjadi kund kemenangan ten tara kolonial Belanda mengalahkan pejuang-pejuang Aceh.

Di kalangan para orientalis atau ahli ketimuran, ia dipuji sebagai orang Eropa yang meletakkan batu fondasi dalam mengembangkan ilmu tentang budaya dan agama masyarakat Timur. Tapi, di sisi lain cara Snouck dihujat karena menyalahgunakan ilmu pengetahuan demi kepentingan penindasan.

Ia lahir di Tholen, provinsi Oosterhout, 8 Februari 1857. Sebagaimana ayah dan kakeknya yang menjadi pendeta Protestan, Snouck melanjutkan pendidikan dalam bidang teologi. Namun sejak awal ia tertarik mempelajari Islam. Tamat sekolah menengah, ia pergi ke Universitas Leiden untuk menuntut ilmu teologi dan sastra Arab pad a 1875. Lima tahun kemudian, ia lulus dengan predikat cum laude dengan disertasi berjudul Het Mekkaansche Feest (Perayaan di Mekkah). Pada tahun 1884, Snouck yang fasih berbahasa Arab dan memahami seluk-beluk agama Islam berangkat ke Mekkah untuk mendalami bahasa dan sastra Arab. Ia berhasil masuk dan diterima oleh komunitas ulama dan penguasa di kota sud yang berada di bawah perlindungan Kesultanan Turki Usmaniyah.

Bahkan Snouck menjadi muslim dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Di Mekkah pula Snouck Hurgronje untuk pertama kali mendengar cerita tentang Hindia Belanda. Ia bertemu dengan Habib Abdurrahman Az-Zahir, seorang Arab yang pernah dipercaya sebagai pelaksana pemerintahan oleh Sultan Aceh. Tergiur oleh iming-iming imbalan pembayaran pensiun seumur hidup yang ditawarkan Belanda,Az Zahir lalu menawarkan informasi tentang Aceh kepada· Snouck dan Konsul Belanda di Jeddah, J.A. Kruyt. 

Saat itu pemerintahan kolonial Hindia Belanda sedang kebingungan mencari cara untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh. Fenomena ini menarik Snouck untuk meneliti masyarakat Nusantara, khususnya suku-suku yang taat dalam menganut Islam. Pada 1886, Snouck kern bali ke Belanda dan menjadi pengajar ilmu ketimuran di Universitas Leiden.

Saat menjadi pengajar itulah ia menerima surat dari Az-Zahir yang secara "cuma-cuma" memberikan informasi bagaimana cara menaklukkan perlawanan rakyat Aceh. Konon proposal kerjasamanya ditolak pemerintah Belanda. Snouck pun menghubungi menteri daerah jajahan Belanda dan menawarkan diri untuk dikirim ke Hindia untuk melakukan penelitian terhadap Islam. Pada tahun 1889, ia pergi ke Hindia Belanda. Tapi Snouck baru pergi ke Aceh pada 1891. Selama tujuh bulan ia tinggal di Peukan Aceh, kawasan Aceh Besar, dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Rakyat Aceh menganggapnya muslim sejati, sesama saudara. Interaksi dengan masyarakat Aceh ini kemudian dituangkan dalam sehuah buku berjudul De Atjehers (Orang-orang Aceh). Buku ini menjadi acuan dasar dari setiap kebijakan Belanda untuk menghadapi gejolak di daerah jajahannya.

Tahun 1899, Snouck mendirikan kantor urusan pribumi atau Kantoor voor Inlandsche Zaken. Semacam "litbang" yang memberikan rekomendasi kebijakan mengenai Islam di Indonesia. Melalui Snouck mengembangkan upaya-upayanya untuk memaharni dan kemudian menaklukkan perlawanan pribumi.

Supaya lebih intens, Snouck benar-benar menjalani kehidupan sehari-hari sebagai muslim. Bahkan, pada 1890, ia sempat mengawini Siti Sadiyah, putri Raden Haji Muhammad Adrai, seorang ulama terkemuka di Ciamis, Jawa Barat.

Menurut Snouck, musuh Belanda di Indonesia bukanlah Islam sebagai agama melainkan Islam sebagai ideologi atau doktrin politik. Ia menyarankan Belanda untuk memberlakukan Islam sebagai II Agama \. Masjid", Caranya dengan bersikap longgar terhadap umat Islam dalam menjalankan ibadahnya, salah satunya dengan membantu pengaturan perjalanan haji dan bertindak keras terhadap mereka yang memberontak.

Snouck juga merekomendasikan agar Belanda "melepaskan" kaum muslimin dari agamanya melalui pendidikan ala Barat. Secara konsisten, Snouck menjalankan taktik itu. Selama 17 tahun menetap di Batavia, Snouck menampung anak-anak kaum ningrat di Jawa Barat.

Mereka diberi pendidikan ala Eropa di De Batavian Grammar School. Bahkan Snouck ikut membantu para siswanya yang telah lulus untuk mendapatkan pekerjaan di kantor-kantor pemerintah Belanda, Salah satu anak didik Snouck adalah mahasiswa Indonesia peraih gelar doktor pertama di negeri Belanda, Dr. Husein Djajadiningrat, kelak menjadi tokoh birokrasi penting di bidang agama semasa pendudukan Jepang.

Tapi ia tidak sepenuhnya berhasil. Semangat nasionalisme dan patriotisme tumbuh subur pada saat itu. Meski telah dicekoki dengan dogma-dogma Barat, anak-anak pribumi itu menjadi sadar dengan kebangsaannya. Mereka semakin matang dalam organisasi- organisasi mahasiswa dan pemuda Islam modernis, seperti Jong Islamieten Bond.

Pada 1906 Snouck kembali ke negerinya untuk mengajar di Universitas Leiden. Sampai akhir hayatnya, tahun 1936, ia rnenjadi penasihat untuk urusan pribumi bagi pemerintah kalonial di Indonesia.


OLEH : RESTU FAUZI/B/SI3

Dalam menjalankan politik tangan besi, salah seorang gubernur militer belanda di aceh yang bernama Van Hetusz, dalam selama berkuasa di tanah aceh selalu terjadi perang besar-besaran yang mulai memasuki periode banjir darah yang tak henti-hentinya.Politik tangan besi mulai di jalankan tidak ada kata damai dengan para pejuang dan tokoh-tokoh agama aceh.Pengancuran selalu di lancarka. Jenderal Van Hetusz adalah seorang jenderal yang kejam di mata masyarakat aceh khususnya masyarakat Gayo dan Alas. Selama melakukan peperangan melawan rakyat di aceh tepatnya gayo dan alas, Van Hetusz mendapatkan penasehat yang ulung, dia juga seorang teman lamanya yaitu Dr. Snouck Hurgronje, seorang ahli tentang islam, aceh dan tentang gayo. Snouck hurgronje langsung di angkatnya menjadi penasihat politiknya di aceh setelah Van Hetusz diangkat menjadi gubernur militer aceh.Keduanya adalah kawan lama, sejak masih duduk di bangku sekolah, snouck sekolah d HBS dan Van hetusz sekolah di kursus militer dan kemudian mereka bertemu lagi di den haag. Mereka mempunyai pendirian yang sama mengahadapi masalah perang aceh. Keduanya berpendapat bahwa perlawanan rakyat aceh baru dapat di tumpas apabila dilakukan politik tangan besi dan tanpa ampun dan tampa damai. Dalam medan perang aceh mereka duduk dalam satu pucuk pimpinan perang aceh, seorang sebagai gubernur militer, yang seorang sebagai penasehat politik, yang memasak, mengolah dan mengatur siasat perang.

Dr. Snouuck Hurgronje sendiri adalah salah seorang sarjana ahli tentang islam, Snouck Hurgronje lahir di Tholen, provinsi Oosterhout, 8 Februari 1857. Snouck melanjutkan pendidikan dalam bidang teologi. Namun sejak awal ia tertarik mempelajari Islam, dan menuntut ilmu tentang agama islam ke mekkah. Karena peraturan pemerintahan Arab yang melarang orang yang bukan beraga islam / non muslim untuk menetap di kota suci mekkah, dengan segala akal busuk nya  Snouckmenggunakan nama samaran dengan memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Gaffar.Selama snouck hurgronje alias abdul gaffar berada di kota mekkah, snouck mempelajari bahasa arab dan ilmu pengetahuan tentang agama islam untuk memperdalam prngrtahuannya. Di kota mekkah dia mendapat kesempatan bertemu dengan jema'ah haji dari Indonesia, terutama jema'ah haji dari aceh. Dari para jema'ah haji ini snouck mendapat keterangan-keterangan yang penting tentang situasi perang di tanah aceh sendiri. Para jema'ah haji dari aceh ini tidak menaruh curiga sedikitpun terhadap hal-hal yang di tanyakan snouck mengenai tanah aceh, karena snouck menamakan dirinya abdul gaffar yang di sangka nya oleh orang-orang aceh tadi adalaah seorang muslim juga, tetapi ternyata dia adalah musuh yang sedang mempelajari agama islam di mekkah untuk menghancurkan solidnya masyarakat aceh dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintahan colonial belanda di aceh.

Selanjutnya Snouck juga bertemu dengan Habib Abdurrahman sseorang keturunan Arab yang dulunya mendapat kepercayaan dari sultan aceh. Pada tanggal 25 Agustus 1878, Habib mengirimkan surat kepada komando militer belanda di lambaro yang menyampaikan keinginannya untuk menyerah kepada belanda. Dan belanda menyetujui penyerahan habib, dengan syrata yang di ajukan oleh habib yang meminta supaya dia dengan 400 orang family dan pengikutnya diberangkatkan ke mekkah dengan kapal perang belanda. Sebelum habib berangkat ke mekkah, dia sempat juga mengirim surat kepada pemimpin aceh untuk menyerah kepada belanda. Surat habib tidak mendapat respon yang baik dari para sultan dan tokoh-tokoh agama aceh dan akhirnya habib di cap sebagai penghianat oleh masyaarakat aceh.

Pertemuan snouck dengan habib Abdurrahman di kota mekkah sangat menguntungkan belanda yang berencana untuk mempelajari situasi perang di aceh. Karena snouck mendapat berita tentang kelemahan-kelemahan aceh langsung dari kaki tangan kesultanan aceh dan seorang yang pernah menjadi pelaku penting dalam perang aceh melawan pemerintahan kolonial belanda.

Karena baru setahun Dr. Snouck Hurgronje identitas asli nya mulai terbuka terkait dengan berita-berita dari dunia barat bahwa abdul gafar alias snouck hurgronje yang tujuan nya bukanlah untuk mempelajari agama islam di Mekkah, tetapi adalah seorang mata-mata belanda. Karena takutnya abdul gafar  dengan secepat mungkin keluar dan meninggalkan kota mekkah.

            Dalam perjalanan snouck hurgronje ke Indonesia, dan menuju pulau pinang. Dari pulau pinang snouck berencana masuk ke aceh, karena pulau pinang belum di kuasai oleh belanda, dengan strategi nya menyamar sebagai seorang pengembara dari eropa. Rencananya di setujui oleh den haag dan pemerintahan belanda yang ada di Batavia. Pada bulan april 1889 snouck mendarat d pulau punang. Setelah tiba di pulau pinang, dia mendapat berita bahwa rencananya tidak di setujui oleh Gubernur Van Teijn yang pada waktu itu menjadi gubernur belanda di aceh.

Pada tahun 1891, Dr. Snouck Hurgronje di angkat menjadi Penasihat Bahasa-bahasa timur dan hokum islam dari pemerintah Hindia belanda. Dalam jangka tahun itu sampai dengan Tahun1892 snouck sudah berada di aceh. Dia mempergunakan kesempatan ini untuk mempelajari aceh, penduduknya, bahasa, adat istiadat, dan pengaruh islam dalam kehidupan penduduknya.

Setelah mempelajari tentang aceh Dr. Snouck Hurgronje berhasil membuat sebuah laporan penting yaitu laporan sekitar situasi agama dan politik di aceh.Laporan nya tersebut di serahkan kepada gubernur jenderal hindia belanda Pijnacker Hirdijk, yang kemudian di terbitkan oleh pemerintah belanda dalam bentuk buku yang berjudul De Atjehers.

Tentara militer belanda ingin melakukan serangan umumnya ke tanah gayo dan alas, sebelum melakukan serangan besar-besaran tersebut Gubernur Militer Belanda di aceh ketika itu Van Hetusz.Van hetusz memerlukan persiapan yang matang dan mantap dan juga pengetehuan yang luas tentang tanah gayo dan alas. Untuk mendapatkan hal tersebut perlu di lakukan penelitian dan penyelidikan terlebih dahulu secara mendalam mengenai tanah gayo dan alas yang masih gelap bagi pemerintah belanda dan belum bisa di lakukan penyusupan oleh militer belanda ke tanah  gayo tersebut.

            Setelah di angkatnya Dr. Snouck Hurgronje menjadi penasehat politiknya yaitu seorang sarjana ahli tentang agama islam yang sangat terkenal juga pada waktu itu. Van Hetusz menganggap snouck adalah orang yang sangat tepat melakukan tugas tersebut. Akhirnya Dr. Snouck melakukan penyelidikan dan mempelajari tentang tanah gayo secara mendalam yaitu tentang penduduknya, bahasa, adat istiadat, dan tentang pengaruh agama islam dalam kehidupan masyarakatnya.Setelah melakukan penelitiannya tentang tanah gayo, Dr. Snouck Hurgronje berpikir untuk menulis dan menerbitkan buku nya sendiri tentang tanah Gayo. Buku snouck tentang tanah gayo yang terkenal dengan judul "Het Gajoland en zjine bewoners" atau "Tanah Gayo dan penduduknya". pada tahun 1903 buku ini di terbitkan juga oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia.

Cerita perjalanan Dr. Snouck Hurgronje yang melakukan penelitian nya ke tanah Gayo, pada pertengahan tahun1900, dia bertemu dengan seorang penduduk gayo dari daerah Isak-Linge di kampung Peureumeu daerah Meulaboh.Nama orang yang di temuinya itu Jampuk alias Nyak Putih.Dr. Snouck menganggap dia adalah anak muda yang cerdas, dan mrmpunyai pengetahuan luas tentang tanah dan rakyat gayo.Dia belajar bahasa Gayo dari anak muda tersebut yang juga mengerti bahasa aceh. Dari jampuk inilah Dr. Snouck Hugronje mendapat informasi-informasi dan keterangan yang sangat penting dan banyak mengenai tanah Gayo dan masyarakat gayo itu sendiri, juga adat istiadat, bahasa gayo, raja-rajanya, kehidupan agamanya dan banyak hal lain nya yang dapat di korek dari pemuda tadi oleh Dr. Snouck Hugronje.Snouck juga mendapatkan tambahan informasi dari orang-orang gayo lainnya yang di temukan di beberapa daerah yang di laluinya selama melakukan penelitian di antaranya daerah Blang Pidie, Gayo Lues dan juga orang-orang gayo dari Laut Tawar Takengon.

Penggambaran pertama tentang tanah gayo di buat berdasarkan keterangan jampuk, dan kemudian di robah dan di sempurnakan dengan keterangan-keterangan dari penduduk Gayo lain yang lebih lengkap.

            Setelah mendapatkan banyak infoemasi dan keterangan tentang daerah Gayo, membuat belanda semakin yakin untuk mempercepat melakukan serangan dan operasi militernya ke tanah Gayo, apalagi setelah di ketahuinya bahwa pada tahun 1901 beberapa petinggi aceh seperti sultan aceh, panglima polim, dan pemimpin-pemimpin perang aceh lainnya banyak yang mengundurkan diri ke daerah gayo.

Pemerintah Belanada mulai melakukan Penyelidikan secara mendalam mengenai  tanah gayo. Beberapa ekspedisi di lancarkan ke tanah gayo terutama ke bagian sekitar laut tawar, linge dan seebejadi.Pertama kali ekspedisi ini dilakukan oleh Van Daalen yang waktu itu juga bertugas di daerah Pantai Lhong Peusangan Aceh utara.Dia telah menjalajahi daerah kampung bintang, di hulu danau Laut tawar dan beberapa kampong lainnya terus sampai ke betung dan meulaboh.Van dallen melakuakan ekspedisi ini selama 2 bulan.Dan hingga sampai ekspedisi ke lima yang di lancarkan oleh belanda.

Dari beberapa ekspedisi yang di lakukan oleh pihak belanda dan bahan-bahan juga laporan-laporan yang mereka dapatkan, Dr. Snouck Hurgronje melengkapi bahan-bahan penulisannya.Dr. Snouck Hurgronje tidak menjelaskan tentang perlawanan rakyat terhadap pasukan ekspedisi yang di kirimkan oleh pihak belanda.Sumber-sumber rakyat menyatakan bahwa pertempuran melawan belanda terjadi di beberapa tempat, di antaranya tengebesi, di enang-enang, di bagian beruksah, dan tempat-tempat lainnya.

Dari semua hasil penelitian yang di lakukan oleh Dr. Snouck Hurgronje dan juga laporan dari beberapa ekspedisi yang di lakukan oleh militer belanda, serta nasehat-nasehat yang di berikan Dr. Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda Van Heutsz , semua nya di gunakan oleh pihak belanda sebagai petunjuk yang sangat penting dan tak ternilai harganya untuk mengalahkan Aceh, karena sudah sekian lama berperang melawan aceh, terjadi pertumpahan darah dimana mana dan sulit juga bagi belanda untuk menundukkan aceh. Setelah mendapatkan bahan-bahan mengenai titik kelemahan aceh ini dan keterangan-keterangan yang lengkap mengenai sistem pemerintahan aceh, Van Heutsz memerintahkan pasukan marsose yang dipimpin oleh Van Dallen yang juga telah sukses dalam melakukan ekspedisi pertama ke tanah Gayo untuk melakukan serangan ke tanah Gayo dan Alas.

Perang Gayo dan Alas telah berjalan dengan pertempuran yang sangat sengit, dan akhirnya kemenengan di dapatkan oleh pihak belanda.Dan akhirnya belanda dapat menguasai tanah Gayo dan Alas sepenuhnya.

Di balik perang Gayo dan Alas ini tiga Tokoh yang paling berpengaruh terhadap kemenangan belanda dalam mengalahkan pasukan perang aceh yaitu Van Heutsz sebagai Gubernur Militer Belanda, Van Dallen sebagai panglima perang dan Dr. Snouck Hugronje yang sangat berpengaruh besar dan memiliki peranan penting dalam perang aceh yang akhirnya setelah sekian lama belanda melakukan operasi militer yang selalu gagal, tetapi dengan politik Dr. Snouck Hugronje yang dengan mudah mengetahui kelemahan-kelemahan Aceh yang berakhir dengan penundukan aceh.

Dr. Snouck Hugronje muncul dengan beragam peran, dalam perang aceh, Gayo dan Alas, dia bukan hanya sebagai seorang sarjana di bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga muncul sebagai penyelidik, pelapor, pengadu domba, dan sebagai mata-mata pihak belanda. Dengan mempergunakan ilmu pengetahuannya tentang islam dan kehidupan aceh bukan dengan cara serangan musuh aktif seperti politik militer belanda sebelumnya, ia dapat menghancurkan rakyat Gayo dan Alas dan menguasai tanah dan rakyatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : M, H. Gayo .Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda.Jakarta 1983

                PN BALAI PUSTAKA

Sumber : Aning S, Floriberta. 2005. 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia;

Biografi Singkat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam

Sejarah Indonesia di Abad 20

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA