Hal yang terjadi apabila tidak dilakukan perawatan pada mesin transaksi yang digunakan yaitu

Jika Anda belum benar-benar merawat dan memelihara mesin dan peralatan pabrik dengan strategi preventive maintenance, maka Anda mungkin akan terkejut dengan manfaat yang dapat diberikan oleh rencana pemeliharaan aset tersebut bagi bisnis Anda.

Bayangkan ini: Seperti banyak orang Indonesia, Anda memiliki semacam kendaraan bermotor. Kendaraan itu membawa Anda dari rumah ke kantor, kembali lagi ke rumah, hari demi hari. Tetapi, seperti sebagian besar pemilik kendaraan, Anda tidak mempertimbangkan pemeliharaan rutin yang mendasar, bahkan terhadap sesuatu yang paling Anda andalkan setiap hari, yakni kendaraan Anda.

Hubungan Anda dengan kendaraan Anda bagaikan hubungan break and fix. Sayangnya, jenis hubungan semacam ini juga banyak ditemukan di berbagai pabrik, di banyak industri. Berbagai jenis peralatan beroperasi 24 jam sehari, 365 hari setahun, yang jika ditotal mencapai 8.760 jam dalam setahun. Kerugian yang harus ditanggung akibat kegagalan mesin sangat besar. Oleh karena itu, pemeliharaan preventif alias preventive maintenance (PM) adalah suatu keharusan.

Preventive maintenance adalah pemeliharaan rutin, dilakukan untuk memastikan keandalan aset (mesin dan peralatan) dan menghilangkan potensi kegagalan peralatan dan/atau downtime yang mungkin terjadi. Preventive maintenance harus dipandang sebagai pendekatan proaktif yang menetapkan inspeksi terjadwal atas aset untuk memverifikasi ketergantungan, serta memperpanjang umur aset tersebut.

Aktivitas preventive maintenance atau PM terdiri dari pengecekan berkala dan penggantian berkala bagian dari peralatan untuk mempertahankan kondisi operasional yang memuaskan melalui inspeksi sistematis, juga pengamatan untuk mendeteksi dan memperbaiki pengaturan default-nya sebelum kerusakan total terjadi.

Adopsi program PM sangat diperlukan ketika kualitas produksi terpengaruh karena peralatan yang tidak dapat diandalkan, dan ketika biaya perbaikan terlalu tinggi karena servis yang tidak terencana.

Program PM yang berhasil pada akhirnya akan memperpanjang umur peralatan dan mesin dengan memperkirakan kegagalan/kerusakan. Implementasi proses menjamin kinerja pabrik yang andal dan efisien dengan memastikan bahwa peralatan tidak rusak saat kita paling membutuhkannya. 

Mesin terus dipakai dari waktu ke waktu, tetapi penting untuk memahami bahwa penggantian preventif sebelum kegagalan jauh lebih efisien dalam hal biaya daripada menunggu konsekuensi potensial dari kegagalan dalam menghasilkan output.

Berbeda dengan perawatan reaktif, yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah setelah terjadi, PM dilakukan sebelum kerusakan komponen terjadi untuk memastikan bahwa bagian-bagian peralatan berfungsi dengan baik dan dalam kondisi baik. 

Kerusakan peralatan dapat menciptakan bahaya keselamatan dan memperlambat prosesmengurangi output produk dan menyebabkan terbuangnya biaya dan waktu. Menerapkan prosedur pemeliharaan preventif memastikan bahwa nilai peralatan dipertahankan, dan masalah dapat diatasi sebelum mereka berkembang terlalu jauh.

Mengapa preventive maintenance begitu penting? Berikut beberapa alasan yang bagus:

1) Mencegah Perbaikan (dan Biaya) Besar

Bereaksi setelah masalah terjadi seringkali menimbulkan biaya yang sangat mahal. Semua masalah memburuk dari waktu ke waktu dan semakin lama masalah menunggu untuk diperbaiki, semakin banyak kerusakan yang dapat terjadi. Ini bisa membuat frustasi ketika peralatan rusak. Yang sebelumnya hanya memerlukan perbaikan kecil sekarang membutuhkan perbaikan besar.

Kerusakan yang tidak terduga juga kemungkinan memerlukan biaya tambahan, seperti membayar uang tambahan untuk pengiriman suku cadang semalam atau bagi teknisi untuk bekerja lembur, produksi terhambat, dll. Ketika kita sudah merencanakan tugas pemeliharaan jangka panjang, perbaikan besar dapat dihindari dan uang pun bisa dihemat.

2) Membuat Keamanan Lebih Terjamin

Jika peralatan tidak bekerja secara optimal, hal tersebut dapat menciptakan kondisi kerja yang tidak aman dan pekerja mungkin terluka. Bergantung pada jenis peralatan yang kita gunakan, kerusakan total pada peralatan dapat dengan mudah menyebabkan cedera fisik pada karyawan.

Misalnya, kegagalan selang yang aus yang memompa bahan berbahaya dapat sangat membahayakan pekerja terdekat. Ini tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan dan menghentikan produksi tetapi bisa membuat kita dituntut karena kelalaian.

3) Meningkatkan Efisiensi

Perawatan rutin dalam bentuk inspeksi, penggantian oli, penggantian suku cadang, dan lainnya dapat membantu peralatan untuk berjalan lebih efisien. Ketika peralatan perlahan-lahan memburuk, kita mungkin tidak sadar kalau jumlah produksi sedikit demi sedikit mulai menurun. 

Namun, banyak kerusakan yang dapat dicegah dengan rencana preventive maintenance yang tepat. Ketika peralatan beroperasi pada kinerja terbaik, ini memungkinkan penghematan bahan bakar dan energi.

4) Mengurangi Downtime

Tugas pemeliharaan memang membutuhkan beberapa downtime, tetapi program PM akan mengurangi dan mengoptimalkan downtime. Ketika masalah terjadi, masalah tersebut dapat dengan cepat diselesaikan karena pekerja tahu apa yang harus dilakukan dan suku cadang apa yang harus diganti, yang akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi masalah.

5) Meningkatkan Keandalan

Pelanggan akan mengandalkan bisnis kita untuk mengirimkan atau mendapatkan produk, bahan, atau layanan tepat waktu tanpa ada penundaan yang tidak perlu. Jika kita menunggu sampai mesin dan peralatan benar-benar rusak sebelum melakukan perawatan yang diperlukan, maka peralatan dan mesin yang penting jadi tidak dapat digunakan untuk periode waktu yang signifikan.

Downtime yang tidak direncanakan dapat berarti jalur produksi yang berhenti, karyawan tidak bekerja dan tenggat waktu terlewatkan. Downtime besar dapat menyebabkan hilangnya kontrak, dan penurunan pendapatan.

Dalam bisnis tertentu, seperti hotel dan industri lain yang menghadapi konsumen, tidak dapat memenuhi tepat waktu dapat berarti kerusakan jangka panjang pada reputasi brand kita. Program pemeliharaan preventif yang berhasil akan berkontribusi pada waktu pengiriman yang andal, kualitas produksi yang baik dan dengan demikian meningkatkan reputasi perusahaan.

6) Memperpanjang Umur Mesin dan Peralatan

Peralatan dan mesin tidak murah dan semakin baik dirawat, semakin lama aset tersebut tidak bertahan. Mengabaikan peralatan dan tidak memeliharanya dengan baik dapat secara drastis mengurangi masa pakainya. Karena pemeliharaan preventif memperpanjang usia peralatan, ini menghasilkan penurunan biaya dan peningkatan laba.

Manfaat preventive maintenance telah menyebabkan banyak manajer pemeliharaan beralih kepada software CMMS. Perangkat lunak ini membantu mereka untuk merencanakan, melacak, dan mengoptimalkan kegiatan pemeliharaan. Perawatan yang rutin dan terjadwal akan mengoptimalkan peralatan, mengurangi biaya, dan meningkatkan keselamatan dan efisiensi. Manajer dapat dengan mudah menjadwalkan tugas pemeliharaan dan menyimpan catatan terorganisir dari semua inspeksi dan perbaikan.

PM meningkatkan kinerja peralatan dan meningkatkan kualitas produk karena mesin dirawat dengan baik, dan peralatan berkinerja baik.

7) Mengurangi Pemakaian Energi

Perawatan preventif menurunkan biaya energi (bahan bakar) karena peralatan yang dirawat dengan baik umumnya membutuhkan lebih sedikit listrik atau bahan bakar untuk beroperasi.

8) Menghilangkan Ambiguitas dalam Tugas Pemeliharaan

Pemeliharaan preventif mengurangi risiko perbaikan yang tidak perlu dan menciptakan sistem untuk menggunakan alat yang tepat untuk tugas yang tepat.

9) Meningkatkan Produktivitas

Pengurangan downtime mesin dan peralatan menghasilkan peningkatan produktivitas pabrik dan ketersediaan alat berat.

Meskipun berinvestasi dalam strategi preventive maintenance mungkin tampak seperti pengeluaran yang signifikan, investasi ini sebaiknya dipandang sebagai investasi hemat biaya dalam bisnis kita, yang akan menciptakan stabilitas dan efisiensi yang lebih besar dalam jangka panjang.

Sumber: “Preventive Maintenance Software: 6 Reasons to Implement” (Egle Segzdaite); “How to Choose the Maintenance Strategy that Best Suits Your Company’s Needs?” (Ralitsa Peycheva); “The Importance of Preventive Maintenance” (General Kinematics)

Oleh Muchlisin Riadi Juli 06, 2019

Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) adalah serangkaian aktivitas untuk menjaga fasilitas dan peralatan agar senantiasa dalam keadaan siap pakai untuk melaksanakan produksi secara efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan berdasarkan standar (fungsional dan kualitas).

Istilah pemeliharaan berasal dari bahasa Yunani yaitu terein yang artinya merawat, menjaga, dan memelihara. Pemeliharaan merupakan sistem yang terdiri dari beberapa elemen berupa fasilitas (machine), penggantian komponen atau sparepart (material), biaya pemeliharaan (money), perencanaan kegiatan pemeliharaan (method) dan eksekutor pemeliharaan (man). Berikut definisi dan pengertian pemeliharaan atau perawatan dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Kurniawan (2013), pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. 
  • Menurut Sehrawat dan Narang (2001), pemeliharaan adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (fungsional dan kualitas).
  • Menurut Assauri (2008), perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
  • Menurut Harsanto (2013), pemeliharaan adalah serangkaian aktivitas untuk menjaga agar fasilitas atau peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai.
  • Menurut Heizer dan Render (2011), pemeliharaan adalah mencakup semua aktivitas yang berkaitan dengan menjaga semua peralatan sistem agar dapat tetap bekerja.
  • Menurut Manzini (2010), perawatan adalah fungsi yang memonitor dan memelihara fasilitas pabrik, peralatan, dan fasilitas kerja dengan merancang, mengatur, menangani, dan memeriksa pekerjaan untuk menjamin fungsi dari unit selama waktu operasi (uptime) dan meminimisasi selang waktu berhenti (downtime) yang diakibatkan oleh adanya kerusakan maupun perbaikan.
Perawatan merupakan sebuah langkah pencegahan yang bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghindari kerusakan dari peralatan dengan memastikan tingkat keandalan dan kesiapan serta meminimalkan biaya perawatan. Menurut Assauri (2008), tujuan perawatan atau pemeliharaan adalah sebagai berikut:
  1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 
  2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi tidak terganggu.
  3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. 
  4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya. 
  5. Menghindari kegiatan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. 
  6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah.
Sedangkan menurut Ansori dan Mustajib (2013), perawatan atau pemeliharaan memiliki tujuan sebagai berikut:
  1. Pemakaian fasilitas produksi lebih lama.
  2. Ketersediaan optimum dari fasilitas produksi. 
  3. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan pada saat pemakaian darurat. 
  4. Menjamin keselamatan operator dan pemakaian fasilitas. 
  5. Membantu kemampuan mesin dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.
  6. Mendukung pengurangan pemakaian dan penyimpanan yang di luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan. 
  7. Melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien agar tercapai tingkat biaya perawatan serendah mungkin (lowest maintenance cost). 
  8. Kerja sama yang kuat dengan fungsi-fungsi utama dalam perusahaan untuk mencapai tujuan utama perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Perawatan secara umum berfungsi untuk memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Menurut Ahyari (2002), fungsi perawatan adalah sebagai berikut:
  1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang.
  2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar.
  3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan.
  4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula.
  5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan.
  6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.
  7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.
Menurut Prawirosentono (2009), perawatan terdiri dari dua jenis, yaitu:
Planned maintenance adalah kegiatan perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih dahulu. Pemeliharaan perencanaan ini mengacu pada rangkaian proses produksi. Planned maintenance terdiri dari:
  1. Preventive maintenance (perawatan pencegahan). Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dalam periode waktu yang tetap atau dengan kriteria tertentu pada berbagai tahap proses produksi. Tujuannya agar produk yang dihasilkan sesuai dengan rencana, baik mutu, biaya, maupun ketepatan waktunya. 
  2. Scheduled maintenance (perawatan terjadwal). Scheduled Maintenance adalah perawatan yang bertujuan mencegah terjadinya kerusakan dan perawatannya dilakukan secara periodik dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu perawatan ditentukan berdasarkan pengalaman, data masa lalu atau rekomendasi dari pabrik pembuat mesin yang bersangkutan. 
  3. Predictive maintenance (perawatan prediktif). Predictive maintenance adalah strategi perawatan di mana pelaksanaanya didasarkan kondisi mesin itu sendiri. Perawatan prediktif disebut juga perawatan berdasarkan kondisi (condition based maintenance) atau juga disebut monitoring kondisi mesin (machinery condition monitoring), yang artinya sebagai penentuan kondisi mesin dengan cara memeriksa mesin secara rutin, sehingga dapat diketahui keandalan mesin serta keselamatan kerja terjamin. 
Unplanned maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa adanya tahap kegiatan proses produksi yang tiba-tiba memberikan hasil yang tidak layak. Dalam hal ini perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan atas mesin secara tidak berencana. Unplanned maintenance terdiri dari:
  1. Emergency maintenance (perawatan darurat). Emergency maintenance adalah kegiatan perawatan mesin yang memerlukan penanggulangan yang bersifat darurat agar tidak menimbulkan akibat yang lebih parah. 
  2. Breakdown maintenance (perawatan kerusakan). Breakdown maintenance adalah pemeliharaan yang bersifat perbaikan yang terjadi ketika peralatan mengalami kegagalan dan menuntut perbaikan darurat atau berdasarkan prioritas.
  3. Corrective maintenance (perawatan penangkal). Corrective maintenance adalah pemeliharaan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk (setengah jadi maupun barang jadi) tidak sesuai dengan rencana, baik mutu, biaya, maupun ketepatan waktunya. Misalnya: terjadi kekeliruan dalam mutu/bentuk barang, maka perlu diamati tahap kegiatan proses produksi yang perlu diperbaiki (koreksi).
Menurut Tampubolon (2004), kegiatan-kegiatan perawatan dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi, adan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksanakan kegiatan servis dan perminyakan (lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.
Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di butuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan. waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen (spareparts) yang tersedia di bagian pemeliharaan.
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.

  • Kurniawan, Fajar. 2013. Manajemen Perawatan Industri: Teknik dan Aplikasi Implementasi Total Productive Maintenance (TPM), Preventive Maintenance dan Reability Centered Maintenance (RCM). Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Sehrawat,M.S dan Narang,J.S. 2001. Production Management. Nai sarak: Dhanpahat RAI Co.
  • Assauri, Sofyan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
  • Harsanto, Budi. 2013. Dasar Ilmu Manajemen Operasi. Bandung: UNPAD.
  • Heizer, Jay dan Render, Barry. 2011. Manajemen Operasi Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
  • Manzini, R. 2010. Maintenance for Industrial Systems. London: Springer.
  • Ansori,N. dan Mustajib,M.I. 2013. Sistem perawatan Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi - Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.
  • Prawirosentono, Suyadi. 2001. Manajemen Operasi. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Tampubolon, P. Manahan. 2004. Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA