Fitur bahasa yang tidak ditemukan dalam teks negosiasi di atas adalah

Teks 1 Hikajat Pertapa dengan Tjerpelai Sudah pula kita dengar tjeritera itu," titah radja kepada pendeta "Sekarang tjeriter akanlah oleh guru perumpamaan seorang jang tergesa-gesa dalam segala pekerdjaannja, serta tiada dengan usul periksanja." "Ampun tuanku, djawab Baidaba, "adapun orang jang bekerdja tiada dengan usul periksanja, tak dapat tidak menjesal djuga achir kelaknja. Adalah seperti hikajat seorang aliin membunuh tjerpelai jang dikasihinja, kemudian menjesallah ia "Tjeriterakanlah supaja kita dengar." "Di negeri Djurdjan ada diam seorang alim dengan isterinja. Keduanya sudah lama bergaul, akan tetapi diberi Tuhan belumlah mempunjai anak seorang djuga. Pada suatu ketika tiba-tiba hamillah isteri orang alim itu. Maka tiadalah dapat ditjeriterakan betapa girang hati kedua suami-isteri ketika mengetahui hal itu. Tiap-tiap sudah sembahyang tiada lupa alim itu mendoa kepada Tuhan, meminta supaja dikaruniai anak laki-laki. "Senangkanlah hatimu, hai isteriku!" katanja pada suatu Jiari "Keras sangkaku doaku akan dikabulkan Tuhan dan kita dikaruniai anak laki-laki, seperti jang kita harap harapkan. Apabila ia telah lahir nanti, kuberi nama jang sebaik-baiknja, dan kupilih guru jang pandai-pandai untuk mengadjarinja." "Mengapakah tuan berani-berani sadja memastikan barang jang belum tuan ketahu? kata isterinja setelah mendengar kata suaminja itu. "Entah djadi, entah tidak anak kita lahir. Orang jang suka berbuat begitu nanti serupa keadaannja dengan seorang fakir jang kena siram minjak samin sekudj badannja "Bagaimanakah mulanja maka djadi begitu?" "Ada seorang fakir, tiap hari diberi hadiah minjak samin dan madu oleh seorang saudagar, Dari pada hadiah itulah makanannja sehari-hari, dan jang tinggal disimpannja dalam sebuah tempajan, digantungkannya pada sebuah paku didinding pondoknja Beberapa lamanja tempajan itupun penuhlah. Pada suatu hari duduklah ia bersandar ke dinding, sambil memegang sebuah tongkat. Waktu itu di pasar minjak samin sedang mahal harganja "Kudjual isi tempajanku sedinar, katanja, "lalu kubelikan sepuluh ekor induk kambing. Sekali enam bulan tiap-tiap induk beranak dua ekor, atau letakkanlah seekor sadja. Dalam setahun sudah djadi tiga puluh kambingku Setahun pula kemudian lalu mendjadi sembilan puluh ekor. Wah, alangkah senangnya hatiku melihat pada tahun jang ketiga kambingku telah hampir tiga ratus ekor djumlahnja. Kemudian kudjual semuanja pembade kubelikan sapi, djantan dan betina. Jang djantan pemba betina diternakkan, didjual susunja. Ketika itu kajalah aku, kugadji sawah dan ladang, jang beberapa mengusahakan tanah-tanahku Sudah tentu kudirikan sebuah rumah jang besar dan bagus, dan kutjari s seorang orang untuk gadis jang tantik untuk isteri. Setelah setahun kawin te melahirkan anak, seorang anak laki-laki jang baik parasnja, bagus pula tingkah lakunja njang baik dan pendidikannya kudjaga sungguh-sungguh. Ja harus menurut Namanja kuljanj kata dan djika melawan sedikit sadja kupukulis dengan tongkat, begini" Lalu diajunkan tongkat jang ditangannja, kena tempajan di atas kepalanga, isanjapun tumpahlah Maka habislah sekudjur badannja disiram minjak samin. Demikianlah kesudahannya kalau orang suka memimpi-mimpikan barang jang belum tentu akan terdjadi. Mendengar tjeritera isterinja itu diamlah pertapa. Setelah tjukuplah hitungan bulannja, maka pada suatu jang baik isteri orang alim itupun sakitlah hendak bersalin. Tiada lama antaranja berkat pertolongan Tuhan lahirlah seorang anak laki-laki jang elok rupanja dengan selamat sedjahtera. Sangat-lah besar hati kedua laki isteri melihat doanja dikabulkan Tuhan. Pada suatu hari, ketika isteri orang alim itu hendak pergi kesungai bersutji, diberikannja anaknja kepada suaminja disuruhinja djaga. Orang alim itupun duduklah mendjaga anaknja. Tetapi sesaat kemudian datanglah seorang pesuruh radja menjampaikan titah menjuruh datang ke penghadapan, Oleh karena tiada seorang djuga di rumahnja jang dapat disuruhnja mendjaga anaknja, dipanggilnjalah tjerpelai, disuruhnja duduk dekat anak itu. Adapun tjerpelai itu sedjak ketjil telah dipeliharanja, dan kasihnja kepada hewan itu tak ubah dengan kepada anaknja sendir. Lalu dikuntjinjalah pintu, dan berdjalanlah ia mengikutkan pesuruh radja. Tidak lama sepeninggal alim itu, datanglah ketempat itu seekor ular jang bisa. Demi tjerpelai terlihat akan ular, diterkamnjalah hewan itu, digigitnjalah hingga mati. Maka merahlah mulutnja berlumuran dengan darah ular itu. Sedjurus antaranja pulanglah orang alim itu, lalu dibukanja pintu. Melihat tuannja datang, berlari-lari tjerpelai menjongsong, seakan-akan hendak memperlihatkan perbuatannja jang mulia itu, Akan tetapi demi orang alim itu melihat mulutnja merah oleh darah, terbanglah semangatnja, putjat mukanja. Sangkanja tentulah hewan itu telah membunuh anaknja. Dengan tiada berpikir pandjang lagi, diambilnja sepotong kaju, dipukulnja kepala tjerpelai itu. Hewan itupun matilah disitu djuga Kemudian masuklah alim itu ke dalam rumah. Ketika dilihatnja anaknja tidur dengan njenjaknja, dan di dekatnja ular berpotong-potong mati, teranglah kepadanja apa jang kedjadian sebenarnja. Maka menjesallah ia sedjadi-djadinja telah membunuh hewan jang tiaberdosa. Ditamparinja mukanja, ditindjunja dadanja, seraja berkata: "Wahai tjelakanja aku karena anak ini, Alangkah baiknja ia tidak djadi dilahirkan dan aku tiada berbuat dosa begini." Dalam ia mengata-ngatai dirinja itu, datanglah isterinja. "Mengapa tuan hamba menangis memukuli diri begini?" tanjanja. Maka menjesallah ia sedjadi-djadinja telah membunuh hewan jang tiada berdosa. Alim itu lalu mentjeriterakan kepada isterinja bagaimana setia tjerpelai mendjaga anaknja, dan bagaimana kedjam pembalasannja kepada hewan jang tiada berdosa itu. "Itulah buahnja pekerdjaan jang tiada dengan usul periksa", kata isterinja. Teks 2 Sial! Sial! Sial! Oleh: Beatrix Vena Maharani Pagi itu lebih gelap dari biasanya karena awan yang tebal, sehingga tidak salah kalau aku berpikir hari masih malam padahal sudah pukul setengah 7 pagi. Sial! Umpatku. Aku segera membuka kunci kamarku dan berlari kesana kemari bersiap untuk ke sekolah. Aku terus-terusan mengeluh kenapa Ibu tidak membangunkanku. la terus menjelaskan bahwa sudah membangunkanku berkali-kali, tetapi aku tetap tidak bangun. Paling hanya bualan saja, batinku. Saat aku hendak menggunakan sepatuku, ibu mengatakan bahwa ia akan memasukkan uang jajan harianku ke saku tas. "Enggak usah, taruh aja di meja makan. Aku masukkin dompet aja biar gak kemana-mana" jawabku. Roti yang dibuat ibu pun tidak sempat kumakan karena kata-kata 'terlambat' terus terngiang-ngiang di kepalaku. Sial! umpatku untuk kedua kalinya pada pagi itu. Aku baru ingat kalau Ayah pasti sudah berangkat ke kantor dari tadi. Aku harus naik apa ke sekolah? Tiba-tiba terdengar gemerincing bel. "Hei, mau ikut aku naik sepeda ke sekolah? Tapi aku mau mengantarkan donat ke rumah Pak RT dulu" ternyata itu Rara, tetanggaku yang sekaligus menjadi penjual donat di kompleks untuk bayar uang sekolah Pasti lama kalau harus mengantarkan donat dulu! Aku pun menolak ajakan Rara dan memutuskan untuk ngojek saja. Mau tidak mau, aku harus menggunakan uang jajanku hari ini hanya untuk membayar ojek. Ya ampun! Sial sekali hari ini, dimana uangku? Batinku sambil meraba-raba saku dan membuka dompet Pasti tertinggal di meja makan! Ah Ibu, kenapa tidak dimasukkan ke saku tasku saja sih? Saat itulah terdengar gemerincing bel yang kudengar sebelumnya. "Ini mas duit nya. Biar saya yang bayar Rara tiba-tiba mengulurkan uang kepada tukang ojek tersebut. "Terima kasih ya, Ra! Aku mau masuk ke kelas dulu," kataku dengan cepat sambil berlari memasuki pagar sekolah yang hampir saja ditutup. "Sama-sama! Saling peduli kepada teman kan hal yang baik!" jawab Rara setengah berteriak dan mulai mengayuh sepedanya menjauh dari daerah sekolahku. Aku tersentak. Tanpa aku sadari hari ini sudah ada 2 orang yang peduli kepadaku. Aku yang salah karena mengunci pintu kamarku sehingga Ibu tidak bisa masuk ke kamar dan membangunkanku secara langsung. Aku yang salah karena menyuruh Ibu meletakkan uang jajan harian ke meja makan padahal Ibu sudah berniat memasukkannya ke tas. Aku yang salah karena tidak memakan roti buatan Ibu, padahal bisa dimakan sembari berangkat ke sekolah. Aku yang salah karena berpikir bahwa mengantar donat memakan waktu yang lama padahal rumah Pak RT dan sekolahku searah. Aku yang salah karena telah menyalahkan orang-orang di sekitarku. Padahal, mereka peduli. Dan hari itu, bukannya aku mengucapkan terima kasih' kepada mereka, tetapi terus-terusan mengucap sial. Hari itu, bukanlah hari yang sial, tapi hari dimana aku sadar bahwa aku dikelilingi orang-orang yang masih peduli kepadaku. Kedua teks di atas berbeda dalam sudut pandang penceritaan yang digunakan Setujukah dengan pernyataan tersebut? Jelaskan!

Ilustrasi menulis Teks (Photo created by stories on Freepik)

Bola.com, Jakarta - Teks negosiasi adalah jenis teks yang berisi gambaran bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.

Kegiatan negosiasi secara tidak langsung sering dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal jual beli. Negosiasi tersebut dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama.

Jadi, teks negosiasi bisa juga disebut sebagai teks yang di dalamnya berisi proses untuk mencapai suatu perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah pihak.

Perlu diingat, dalam menyusun teks negosiasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti penggunaan bahasa. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan teks negosiasi yang penting untuk diketahui dan dipahami.

Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri kebahasaan teks negosiasi, struktur dan cara membuat, dan contohnya, seperti dilansir dari laman emodul.kemdikbud.go.id, Rabu (5/1/2022). 

Berita video spotlight kali ini membahas tentang lima mantan pemain Premier League yang hijrah ke Liga China.

Ilustrasi menulis teks. (Photo created by pch.vector on Freepik)

Sebelum membahas ciri-ciri kebahasaan teks negosiasi, ketahui terlebih dahulu strukturnya. Secara umum, teks negosiasi mempunyai struktur sebagai berikut:

Pembukaan atau awalan dari percakapan sebuah negosiasi. Biasanya berupa kata salam, sapa, dan sebagainya.

Di mana pihak yang ingin tahu menanyakan suatu barang atau permasalahan yang dihadapi.

Penawaran merupakan suatu puncak dari negosiasi karena terjadi proses tawar menawar dari pihak satu dengan pihak yang lain untuk mendapat sebuah kesepakatan yang menguntungkan satu sama lain.

Kesepakatan atas hasil penawaran dari kedua belah pihak.

Penutup merupakan akhir dari sebuah percakapan antara kedua pihak untuk menyelesaikan suatu proses interaksi dalam negosiasi.

Ilustrasi menulis teks. (Photo created by jannoon028 on Freepik)

Kaidah kebahasaan atau ciri kebahasaan teks negosiasi, sebagai berikut:

1. Bahasa persuasif

Bahasa persuasif yaitu bahasa yang digunakan untuk membujuk atau menarik perhatian. Contoh kalimatnya: "Bagus itu, Bu. Cocok untuk dipakai sendiri atau untuk suvenir".

2. Kalimat deklaratif

Kalimat yang disampaikan adalah kalimat yang berisi pernyataan, yang berfungsi untuk memberikan informasi atau berita tentang sesuatu. Contoh: 'Kualitas kaos ini setara dengan yang impor'.

3. Bahasa yang sopan

Gunakan bahasa yang sopan sehingga antara kedua belah pihak terjalin komunikasi yang baik untuk mencapai negosiasi yang sukses.

Contoh:

  • Kalau harga segitu saya masih rugi, Bu. (sopan).
  • Enak saja, nawar gak pakai mikir (tidak sopan).

4. Menggunakan konjungsi

Contoh:

  • Meski buatan dalam negeri, kualitas baju ini sangat baik.
  • Ibu tidak akan menyesal, walau harus membayar agak mahal 

Ilustrasi menulis teks. (Photo by Lukas Blazek on Unsplash)

5. Menggunakan kalimat yang efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Jelas, artinya mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Tepat, dapat sesuai kaidah bahasa yang berlaku.

6. Berisi pasangan tuturan

Dalam teks negosiasi, tuturan berupa dialog yang berarti dilakukan oleh dua orang atau lebih.

7. Bersifat memerintah dan memenuhi perintah

Contoh:

"Coba ambilkan contoh kaos yang ukuran XL!"

8. Menggunakan pronomina

Kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contoh: saya, kami, Anda.

9. Menggunakan kalimat langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang langsung diucapkan oleh narasumber.

Contoh: "Bu, ada sepatu merek xxx?"

10. Menggunakan kalimat yang menyatakan kesepakatan atau tidak.

Contoh: "Baik Bu, akan membeli berapa buah?"

11. Menggunakan kalimat perbandingan/kontras.

Contoh kalimatnya: "Bulan lalu harganya masih Rp70 ribu, masa sekarang sudah jadi Rp80 ribu?"

Ilustrasi menyusun teks. (Nick Morrison/ Unsplash)

Berikut ini langkah-langkah menulis teks negosiasi:

Menentukan topik

Berikut ini contoh hal-hal yang cocok dijadikan topik dalam teks negosiasi:

  • Harga barang
  • Tempat studi wisata
  • Besaran upah minimum karyawan
  • Besaran iuran anggota koperasi
  • Tujuan tempat berkemah

Menentukan para pihak

Berikut ini contoh para pihak yang cocok dijadikan contoh dalam menyusun teks negosiasi:

  • Penjual dan pembeli
  • Siswa dan guru
  • Karyawan dan pengusaha
  • Pengurus dan anggota koperasi
  • Pramuka dan pembina

Menentukan konflik/perbedaan

Berikut contoh konflik/perbedaan yang cocok dijadikan ide dalam menyusun teks negosiasi:

  • Perbedaan asumsi harga barang
  • Perbedaan pandangan tentang tempat wisata yang bagus
  • Perbedaan pandangan tentang upah minimum bagi karyawan
  • Perbedaan pandangan tentang besaran iuran koperasi
  • Perbedaan pandangan tentang tempat berkemah yang bagus

Menentukan solusi dalam penawaran

Berikut ini contoh solusi yang cocok dijadikan ide dalam menyusun teks negosiasi:

  • Harga yang telah disepakati antara penjual dan pembeli
  • Tempat wisata yang berhasil disepakati antara siswa dan guru
  • Besaran upah minimum yang telah disepakati antara karyawan dan pengusaha
  • Besaran iuran koperasi yang telah disepakati antara pengurus dan anggota koperasi
  • Tempat berkemah yang berhasil disepakati antara Pramuka dan pembina

Menentukan model kesepakatan

Berikut contoh model kesepakatan yang cocok dijadikan ide dalam menyusun teks negosiasi:

  • Terjadinya transaksi jual beli di antara pihak-pihak terkait
  • Jadi melaksanakan studi wisata yang telah disepakati pihak-pihak terkait
  • Terjadinya pembayaran upah minimum sesuai kesepakatan pihak-pihak terkait
  • Terjadinya pembayaran iuran koperasi sesuai kesepakatan pihak-pihak terkait
  • Terjadinya perkemahan di tempat yang telah disepakati pihak-pihak terkait

Ilustrasi menulis teks. Credit: pexels.com/Ylanite

Mengembangkan Kerangka Teks Negosiasi

Kembangkan kerangka teks negosiasi yang telah Anda susun menjadi sebuah teks negosiasi yang baik dan lengkap, serta memenuhi unsur-unsur strukturnya.

Menyunting Teks Negosiasi

Langkah terakhir dalam proses penulisan teks negosiasi adalah menyunting teks tersebut. Penyuntingan teks bisa difokuskan ke dalam beberapa hal.

Pertama tentang penerapan penggunaan EYD, apakah teks negosiasi tersebut telah menggunakan EYD yang benar. Kedua, tentang penggunaan kata baku dan tidak baku. Teliti penggunaan kata yang dipilih apakah sudah memenuhi kaidah kebakuan.

Ketiga, penggunaan kalimat efektif. Apakah teks laporan hasil observasi yang disusun telah menggunakan kalimat efektif? Apabila belum, ubahlah kalimat tersebut agar efektif.

Contoh:

  • Kata baku dan tidak baku.

Hakikat (baku) hakekat (tidak baku)

Nasihat (baku) nasehat (tidak baku)

Kepada Bapak Kepala Sekolah waktu dan tempat kami persilakan. (tidak efektif)

Bapak Kepala Sekolah kami persilakan memberikan sambutan. (efektif)

Ilustrasi Menulis Teks (Photo by rishi on Unsplash)

Negosiasi antara Penjual dan Pembeli

Siang itu di Pasar Klewer, seperti biasa terjadi kegiatan jual beli. Anton, yang sedang berekreasi ingin membelikan oleh-oleh untuk ibunya. Dia ingin membelikan kerudung. Terjadilah tawar menawar antara Anton dan penjual kerudung.

Penjual: Selamat siang.

Anton: Selamat siang

Penjual: Mau beli apa, Mas?

Anton: Ini, Mbak, mau beli kerudung untuk ibu saya.

Penjual: Cari yang modelnya bagaimana, Mas?

Anton: Yang biasa saja, Mbak.

Penjual: Silakan, Mas, ke sini

Sesampainya di dalam toko...

Penjual: Silakan, Mas, dipilih, banyak pilihannya.

Anton: Saya suka yang hijau, Mbak, kalau dilihat segar

Penjual: Iya Mas. Cocok kalo dipakai oleh ibu mas.

Anton: Ini berapa Mbak?

Penjual: Rp50 ribu

Anton: Wah, kok mahal, Mbak? Rp30 ribu boleh tidak?

Penjual: Tidak boleh, Mas, itu bahannya bagus soalnya.

Anton: Tidak bisa kurang Mbak?

Penjual: Rp45 ribu deh, Mas.

Anton: Rp40 ribu ya, Mbak? Ini untuk oleh-oleh ibu saya.

Penjual: Benar-benar tidak boleh Mas. Nanti toko saya bisa bangkrut.

Anton:  Ya sudah mbak Rp45 ribu, saya ambil yang ini.

Penjual: Mau beli apa lagi, Mas?

Anton: Itu saja, Mbak. Ini uangnya Mbak.

Penjual: Uangnya Rp50 ribu, kembali Rp5 ribu. Terima kasih ya, Mas.

Anton: Iya, Mbak, sama-sama.

Sumber: Kemdikbud

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA