Dasar firman allah yang menerangkan mengutus para rasul kepada umatnya terdapat dalam surat

Jakarta -

Dalam Quran surat An Nisa ayat 165, Allah SWT bersabda mengenai rasul yang merupakan utusan Allah di bumi. Keberadaan Rasul untuk memberikan peringatan dan kabar kepada manusia.

Arab: رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

Latin: rusulam mubasysyirīna wa munżirīna li`allā yakụna lin-nāsi 'alallāhi ḥujjatum ba'dar-rusul, wa kānallāhu 'azīzan ḥakīmā

Artinya: Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Lantas, apa dalil iman kepada Rasul Allah?

1. Dalil Iman kepada Rasul Allah

Dalam Quran surat An Nisa ayat 136, Allah SWT meminta manusia untuk beriman kepada-Nya, para Rasul, serta kitab Al Quran dan yang terdahulu.

Arab: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

Latin: yā ayyuhallażīna āmanū āminụ billāhi wa rasụlihī wal-kitābillażī nazzala 'alā rasụlihī wal-kitābillażī anzala ming qabl, wa may yakfur billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulihī wal-yaumil-ākhiri fa qad ḍalla ḍalālam ba'īdā

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya [Muhammad] dan kepada Kitab [Al-Qur'an] yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

Selain itu, Allah SWT juga bersabda dalam Quran surat Ar-Ra'd ayat 38 mengenai kehadiran Rasul di bumi semua terjadi atas izin dari Allah SWT.

Arab: وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّذُرِّيَّةً ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗلِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ

Latin: wa laqad arsalnā rusulam ming qablika wa ja'alnā lahum azwājaw wa żurriyyah, wa mā kāna lirasụlin ay ya`tiya bi`āyatin illā bi`iżnillāh, likulli ajaling kitāb

Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau [Muhammad] dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti [mukjizat] melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab [tertentu].

2. Iman kepada Rasul Rukun Iman ke-4

Beriman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang ke-4. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim.

Dari hadits Umar bin Al Khatab, selanjutnya ia berkata, "Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam." Rasulullah menjawab "Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya."

Orang itu berkata, "Engkau benar." Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya, Orang itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang Iman." Rasulullah menjawab, "Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk." Orang tadi berkata, "Engkau Benar."

3. Fungsi Iman kepada Rasul Allah

Dikutip dari buku 'Aqidah Akhlaq' terbitan Grafindo, ada empat fungsi beriman kepada Rasul Allah. Pertama adalah mendapatkan rahmat Allah SWT.

Dalam Quran surat Al Anbiya ayat 107, Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak mengutus engkau [Muhammad] melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi seluruh alam."

Kemudian, fungsi iman kepada Rasul adalah mendapatkan contoh suri teladan dalam kehidupan. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam Quran surat Al Ahzab ayat 21.

"Sungguh, telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

Fungsi iman selanjutnya adalah bisa membedakan antara benar dan salah. Pasalnya, akal manusia sangat terbatas sedangkan Rasul memiliki sifat Fatanah atau pintar sesuai dalam Quran surat Ali Imran ayat 179.

"Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar."

Fungsi iman kepada Rasul Allah yang terakhir adalah mengetahui adanya kehidupan setelah mati. Sebab, kehidupan setelah mati adalah perkara gaib yang tidak dapat dijangkau oleh manusia.

[pay/erd]

AKURAT.CO, Sebagai umat Islam kita diharuskan mengimani enam hal, yaitu mengimani Allah, Rasulullah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, hari akhir, dan qada serta qadar. Mengimani keenam hal tersebut merupakan kewajiban.

Terkait iman kepada Rasulullah sendiri merupakan sebuah keyakinan bahwa ada utusan-utusan Allah yang diutus untuk memberikan tuntunan kepada manusia. Dalam QS. An-Nisa: 165 Allah berfirman:

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

Artinya: Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Adapun dalil untuk mengimaninya, salah satunya disebut dalam QS. An-Nisa ayat 136, yakni Allah SWT meminta manusia untuk beriman kepada-Nya, para Rasul, serta kitab Al-Qur'an dan yang terdahulu.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya [Muhammad] dan kepada Kitab [Al-Qur'an] yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

Dalil lain tentang keharusan beriman kepada utusan Allah adalah QS. Ar-Ra'd: 38:

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّذُرِّيَّةً ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗلِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ

Page 2

By Lufaefi

23 September 2020 Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan ceramahnya saat menghadiri acara Maulid Akbar Nabi Muhammad SAW yang digelar di Pelataran Selatan Monumen Nasional [Monas], Jakarta Pusat, Jumat [1/12]. Maulid Nabi yang dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serta tokoh agama diikuti puluhan ribu orang dari berbagai wilayah di Jakarta dan sekitarnya.

Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau [Muhammad] dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti [mukjizat] melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab [tertentu].

Adapun fungsi atau manfaat mengimani rukun iman yang keempat ini adalah pengetahuan bahwa utusan Allah adalah sebagai rahmat. Disebut dalam QS. Al-Anbiya ayat 107, Allah SWT berfirman, Dan Kami tidak mengutus engkau [Muhammad] melainkan untuk [menjadi] rahmat bagi seluruh alam.

Manfaat iman kepada Rasul yang lain adalah mendapatkan contoh suri teladan dalam kehidupan. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat 21: Sungguh, telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. Wallahu A'lam. []

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

RASUL, TUGAS DAN KEKHUSUSANNYA

Oleh
Ustadz Kholid Syamhudi

Mengenal para rasul yang diutus kepada umat manusia merupakan perkara penting dan sangat dibutuhkan kaum muslimin, baik berkenaan dengan iman, tugas, kekhususan dan kehidupan mereka agar dapat dijadikan suri teladan bagi manusia.

Apalagi dimasa kini dan khususnya kaum muslimin yang sudah jauh dari kenabian dan ajarannya. Sehingga sudha menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengajak saudaranya mengenal kembali permasalahan ini sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.

TUGAS PARA RASUL
1. Tugas agung mereka ialah mengajak manusia beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selainNya.[1]

Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya, sebagaimana dikhabarkan Allah dalam firmanNya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: “Sembahlah Allah [saja], dan jauhilah thagut itu. [An Nahl:36].

Dalam ayat yang mulia ini, Allah menjelaskan tugas, dasar dakwah dan inti risalah para rasul. Yaitu mengajak kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan menjauhi segala sesembahan selainNya [2]. Hal ini juga disebutkan dalam firmanNya:

وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasanya tidak ada Ilah[yang hak] melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. [Al Anbiyaa’:25].

Hal ini dikarenakan para rasul diutus untuk menjelaskan jalan menuju tujuan penciptaan manusia yang Allah jelaskan dalam firmanNya:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُون

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. [Adz Dzaariyaat:56].

Tauhid juga merupakan asas fithrah manusia yang diperintahkan untuk ditegakkan, sebagaimana dalam firmanNya:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama [Allah]; [tetaplah atas] fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. [Itulah] agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepadaNya dan bertaqwalah kepadaNya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. [Ar Ruum:30-31].

Para rasul mengajak umatnya untuk mewujudkan tauhid dalam diri mereka dan dengan segala kemampuannya, mereka merealisikan dakwahnya tersebut. Cukuplah kisah Nabi Nuh dalam surat Nuh sebagai contoh kegigihan para rasul dalam mendakwahkan tauhid kepada masing-masing kaumnya.

2. Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang diturunkan kepada manusia, sebagaimana firman Allah:

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan [apa yang diperintahkan itu, berarti] kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari [gangguan] manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [Al Maidah:67]

بِالبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Keterangan-keterangan [mu’jizat] dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan. [An Nahl:44].

3. Menunjukkan umat kepada kebaikan dan menyampaikan kabar kepada mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelakunya, serta memperingatkan kepada mereka dari kejelekan dan siksaan yang disiapkan untuk yang melanggarnya. Allah berfirman :

رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

[Mereka Kami utus] selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An Nisaa’:165].

4. Memperbaiki manusai dengan teladan dan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatan. Allah berfirman :

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل لآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan [Al Qur’an]”. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat. [Al An’am:90].

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al Ahzab:21].

5. Para rasul mempunyai tugas menegakkan dan menerapkan syari’at Allah diantara hamba-hambaNya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَآأَنزَلَ اللهُ وَلاَتَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَآ أَنزَلَ اللهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

Baca Juga  Wala' wal Bara' dan Solidaritas yang Tidak Tepat

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling [dari hukum yang telah diturunkan Allah], maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [Al Maidah:49].

6. Menjadi saksi sampainya hujjah kepada manusia.

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَآؤُلاَءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

[Dan ingatlah] akan hari [ketika] kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu [Muhammad] menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri. [An Nahl:89].

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Dan demikian [pula] Kami telah menjadikan kamu [ummat Islam], ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas [perbuatan] manusia dan agar Rasul [Muhammad] menjadi saksi atas [perbuatan] kamu. [Al Baqarah:143].

Di dalam muqadimah kitabnya, Imam Abul Qasim Al Ashbahani menyatakan : “Segala puji bagi Allah yang telah menampakkan tanda-tanda kebenaran lalu menjelaskannya, dan telah memunculkan mahaj agama ini lalu menerangkannya. Dialah yang telah menurunkan Al Qur’an lalu seluruh hujjah ada padanya dan mengutus Muhammad sebagai Rasul, sehingga memutus seluruh alasan [udzur]. Lalu Rasulullah menyampaikan, bersungguh-sungguh dan berjihad, serta menjelaskan kepada umat ini jalan [kebenaran]. Juga menyampaikan kepada mereka syari’at, agar mereka tidak menyatakan “Belum datang kepada kami pemberi kabar gembira [basyir] dan pemberi peringatan [nadzir]’.” [3]

Demikianlah beberapa tugas penting para nabi dan rasul.

KEKHUSUSAN PARA NABI DAN RASUL
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih di antara para hambaNya sebagai nabi dan rasul dengan memberikan beberapa kekhususan yang tidak dimiliki hamba-hambaNya yang lain. Di antara kekhususan para nabi dan rasul tersebut ialah:

1. Wahyu.
Allah telah mengkhususkan mereka dengan wahyu, sehingga mereka menjadi perantara Allah dengan hamba-hambaNya. Hal ini telah ditegaskan dalam firmanNya:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku,’Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa’.” [Al Kahfi:110].

Di antara nabi dan rasul ada yang langsung berbicara dengan Allah dan ada yang melalui perantara Malaikat jibril, sehingga mereka mengetahui perkara-perkara ghaib dengan wahyu tersebut.

2. Kemaksuman [al ishmah].
Seluruh umat sepakat, para rasul memiliki kemaksuman dalam menerima risalah Allah, sehingga mereka tidak lupa sedikitpun terhadap wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Mereka juga memiliki kemaksuman dalam penyampaian wahyu tersebut kepada manusia. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

سَنُقْرِئُكَ فَلاَتَنسَى

Kami akan membacakan [Al Qur’an] kepadamu [Muhammad], maka kamu tidak akan lupa. [Al A’laa:6].

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan [apa yang diperintahkan itu, berarti] kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari [gangguan] manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [Al Maidah:67]

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ اْلأَقَاوِيلِ لأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ فَمَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ

Seandainya dia [Muhammad] mengadakan sebagian perkataan atas [nama] Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. [Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi [Kami], dari pemotongan urat nadi itu. [Al Haaqqah:44-47].

3. Diberi pilihan ketika akan dicabut nyawanya, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits ‘Aisyah, beliau berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَمْرَضُ إِلَّا خُيِّرَ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَكَانَ فِي شَكْوَاهُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ أَخَذَتْهُ بُحَّةٌ شَدِيدَةٌ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ فَعَلِمْتُ أَنَّهُ خُيِّرَ

Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada seorang nabipun yang sakit kecuali diminta memilih antara dunia dan akhirat Pada saat sakit mendekati kematiannya, Beliau mengeluarkan suara parau sekali, sehingga aku mendengarnya. Beliau mengatakan : Bersama orang yang Allah berikan kenikmatan pada mereka dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, lalu aku tahu Beliau sedang diberi pilihan. [5]

4. Dikuburkan di tempat meninggalnya.
Bila seorang nabi meninggal dunia di suatu tempat, maka ia dikuburkan di tempat tersebut. Hal ini didasari hadits Abu Bakar, beliau berkata:

Baca Juga  Hindari Tolok Ukur Kebenaran Ala Jahiliyah

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ إِلَّا حَيْثُ يَمُوتُ فَأَخَّرُوا فِرَاشَهُ وَحَفَرُوا لَهُ تَحْتَ فِرَاشِهِ رَوَاهُ أَحْمَد

Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang nabi tidak dikuburkan kecuali di tempat kematiannya dengan menyingkirkan pembaringannya dan dibuat lubang di bawah pembaringannya tersebut.” [6]

5. Jasadnya tidak dimakan bumi.
Allah memuliakan jasad para nabi dengan tidak dihancurkan oleh tanah yang menguburnya, walaupun dengan rentang waktu yang sangat lama, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala mengharamkan tanah menghancurkan jasad para nabi. [7]

6. Mata mereka terpejam tidur, namun hatinya tetap sadar dan terjaga.
Dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

تَنَامُ عَيْنِي وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

Mataku tidur namun hatiku tidak tidur. [8]

Berkata Anas bin Malik ketika mengisahkan kisah isra’ mi’raj :

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَائِمَةٌ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذَلِكَ الْأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلَا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam matanya tidur, namun hatinya tidak tidur. Dan demikian juga para nabi, mata mereka tidur sedang hati mereka tidak tidur.[9]

7. Tetap hidup di kuburan mereka
Para nabi dan rasul walaupun telah meninggal dunia, namun mereka tetap hidup di kuburannya dalam keadaan shalat, sebagaimana diberitakan Rasulullah dalam sabdanya:

الأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

Para nabi itu tetap hidup di kuburan mereka dalam keadaan shalat.[10]

Demikianlah tugas dan kekhususan para nabi secara umum dan ringkas. Mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan keimanan kita secara benar terhadap mereka. Wallahu a’lam.

Maraji : 1. Tulisan Dr. Abdul Aziz Shalih Ath Thawiyaan dalam pengantar tahqiq kitab An Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, Cetakan Pertama, Tahun 1420H, Adwaa As Salaf, Riyaadh. KSA 2. Ar Rusul War Risalaah, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar, Cetakan Ketiga, Tahun 1405H, Maktabah Al Falaah, Kuwait. 3. Usus Manhaj As Salaf Fi Dakwah Ila Allah, karya Fawaaz Halil As Suahaimi, Cetakan Pertama, Tahun 1423H, Dar Ibnu Hazm, Kairo, Mesir. 4. Al Hujjah Fi Bayaan Al Mahajjah Wa Syarh Aqidah Ahli Sunnah, karya Abul Qasim Isma’il bin Muhammad bin Al Fadhl At Taimi Al Ashbahani, tahqiq Muhammad bin Ar Rabi’ Al Madkhali, Cetakan ke-2, Tahun 1419H, Dar Al Raayah, Riyadh, KSA. 5. Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, karya Syaikh Al Alamah Muhammad Nashiruddin Al Albani, Cetakan Ketiga, Tahun 1408H, Al Maktab Al Islami, Beirut.

6. Al Kutub At Tis’ah [CD].

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA