Contoh PERTANYAAN tentang rumusan masalah PENELITIAN

A.Pengantar

 

Salah satu persoalan mendasar dan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam penelitian adalah rumusan pertanyaan penelitian. Sebab, kualitas penelitian salah satunya sangat  ditentukan oleh bobot atau kualitas pertanyaan yang diajukan. Tetapi kenyatannya berdasarkan pengalaman mengajar matakuliah metodologi penelitian, membimbing dan menguji skripsi, tesis, dan disertasi selama ini, masih terdapat banyak persoalan terkait rumusan pertanyaan penelitian.

 

Banyak pertanyaan yang diajukan tidak jelas dan tidak layak sebagai pertanyaan penelitian. Terkesan remeh dan tidak menarik, sehingga membuat orang tidak tertarik membacanya. Betapapun menariknya tema atau topik yang akan diteliti, tetapi jika pertanyaannya tidak dirumuskan  dengan baik, penelitian tersebut tidak menarik minat orang. Jika ini terjadi, hasil penelitian tidak banyak memberikan nilai guna karena tidak dibaca orang. Padahal, salah satu syarat penelitian yang baik adalah memberikan nilai guna, baik secara teoretik maupun praktis.

Selain itu, sering terjadi tumpang tindih antara pertanyaan untuk metode penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.  Padahal, masing-masing berbeda secara tajam, mulai paradigma yang melandasi kedua metode tersebut, tujuan, hakikat realitas, cara perolehan data, analisis data, hingga temuan akhirnya. Karena itu, merumuskan masalah penelitian harus cermat dan hati-hati serta tidak sekali jadi. diperlukan waktu untuk merenungkannya sehingga terwujud rumusan pertanyaan penelitian yang memenuhi syarat ilmiah yang baik. setiap kata dalam rumusan masalah berimplikasi sangat luas, baik secara substantif, teoretik maupun metodologis. Karena itu, ia  harus jelas, tidak saja bagi peneliti sendiri tetapi juga bagi pembacanya.  Berikut penjelasan ringkasnya yang disari dari berbagai sumber.

 

B. Syarat Pertanyaan Penelitian

Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:

1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)

2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)

3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)

Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,

2) Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,

3) Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),

4) Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

5) Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat  terjadi,

6) Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan

7) Masalah itu diajukan dalam  batas  minat  (bidang studi) dan kemampuan peneliti.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:

1) Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,

2) Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan  diteliti,

3) Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa  tersebut,

4) Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan

5) Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang akan datang.

Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga  macam pertanyaan, yaitu:

1) Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk

pertanyaan penelitian kualitatif.

2) Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk

pertanyaan penelitian kualitatif.

3) Eksplanatoris  (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan

atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.

Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya?

2. Pertanyaan eksploratif : Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dalam upaya memajukan sekolah?

3. Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana pengaruh model kepemimpinan otoriter terhadap kepatuhan staf?

 

C. Ciri Masalah Penelitian yang Baik

1. Memiliki nilai kebaruan (novelty).

2. Jawabannya penting untuk diketahui masyarakat luas

3. Memiliki nilai nilai guna atau manfaat.

4. Fisibel, artinya terjangkau dari sisi perolehan data, beaya, waktu, dan kualifikasi peneliti.

5. Tidak bertentangan dengan norma atau nilai yang ada di tempat penelitian dilakukan.

Sebagai tambahan wawasan perlu disajikan pula tipe penelitain berdasarkan bidang kajian,  lokus, pemakaian, dan tujuan utama penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan bidang yang dikaji: pendidikan, manajemen pendidikan, sejarah, bahasa, hukum, politik, agama, politik dsb.,

2. Berdasarkan lokus atau tempat penelitian: lapangan, laboratorium, pustaka

3. Berdasarkan pemakaian: dasar (basic)  atau murni (pure) dan terapan (applied)

4. Berdasarkan tujuan utama: deskriptif, eksploratif, eksplanatif, verifikatif.

 

D. Penutup

Paparan di atas tentu tentu belum cukup untuk dipakai sebagai modal menyusun pertanyaan penelitian yang baik. Diperlukan pengalaman, kerja keras dan semangat untuk terus menggali informasi dan pengetahuan terkait dengan metodologi penelitian dari berbagai sumber dan forum-forum akademik seperti seminar, lokakarya, konferensi, dan sejenisnya. Selamat mencoba.

TOPIK pembicaraan bisa mencakup aspek yang luas tetapi masalah penelitian biasanya dipersempit mengenai hal spesifik yang akan ditangani. Bergantung pada jenis penelitian, hal yang dicari mungkin masalah praktis yang ditujukan untuk berkontribusi pada perubahan, atau masalah teoritis yang bertujuan memperluas pengetahuan.

Tulisan ini berfokus pada masalah teoritis. Saat menulis proposal penelitian, idetifikasi masalah penelitian biasanya dirumuskan dalam pernyataan masalah.

Mengapa masalah penelitian itu penting? Mungkin topik menarik dan ada banyak hal untuk dikatakan, tetapi ini bukan dasar yang cukup kuat untuk penelitian akademis. Tanpa masalah penelitian yang terdefinisi dengan baik, penelitian berakhir dengan pekerjaan yang tidak fokus dan tidak terkelola.

Penelitian mungkin akan mengulangi apa yang telah dikatakan orang lain, berusaha terlalu banyak ulasan, atau melakukan penelitian tanpa tujuan dan penekanan yang jelas. Peneliti memerlukan masalah untuk melakukan penelitian yang menyumbangkan wawasan baru dan relevan.

Masalah penelitian adalah langkah pertama untuk mengetahui dengan tepat apa yang akan dilakukan dan mengapa. 

Langkah 1: Identifikasi Area Masalah yang Luas.

Saat berdiskusi dan membaca tentang topik, cari aspek-aspek yang belum dieksplorasi dan bidang-bidang yang menjadi perhatian. Tujuan peneliti adalah untuk menemukan celah yang dapat diisi oleh kerja penelitian.

Penelitian teoritis berfokus pada pengembangan pengetahuan dan pemahaman daripada berkontribusi langsung terhadap perubahan. Peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian dengan membaca penelitian terbaru, teori dan debat tentang topik yang dipilih untuk menemukan celah dalam apa yang saat ini diketahui.

Peneliti mungkin mencari:

1. Sebuah fenomena atau konteks yang belum diteliti secara seksama;2. Kontradiksi antara dua atau lebih perspektif;3. Situasi atau hubungan yang tidak dipahami dengan baik;

4. Pertanyaan yang mengganggu yang belum diselesaikan.

Masalah teoretis sering kali memiliki konsekuensi praktis, tetapi mereka tidak terfokus pada penyelesaian masalah langsung di tempat tertentu (meskipun peneliti mungkin mengambil pendekatan studi kasus untuk penelitian).

Langkah 2: Pelajari Lebih Lanjut tentang Masalahnya.

Selanjutnya, peneliti harus mencari tahu apa yang sudah diketahui tentang masalah tersebut, dan menunjukkan dengan tepat aspek yang akan ditangani oleh penelitian ini.

Konteks dan latar belakang:

1. Siapa yang terkena dampak masalah?2. Apakah ini sudah menjadi masalah sejak lama, atau ini merupakan masalah yang baru ditemukan?3. Penelitian apa yang sudah dilakukan?4. Apakah ada solusi yang diajukan?

5. Apa perdebatan saat ini tentang masalah tersebut, dan menurut peneliti apa yang hilang dari mereka?

Spesifisitas dan relevansi:

1. Tempat, waktu dan / atau orang tertentu apa yang akan difokuskan oleh peneliti?2. Aspek apa yang tidak bisa diatasi oleh peneliti?3. Apa akibatnya jika masalahnya tidak teratasi?

4. Siapa yang akan mendapat manfaat dari menyelesaikan masalah?

Cara menulis pernyataan masalah
Setelah peneliti mengidentifikasi masalah penelitian, langkah selanjutnya adalah menulis pernyataan masalah. Pernyataan masalah yang efektif adalah singkat dan konkret itu harus:

1. Letakkan masalah dalam konteks (apa yang sudah kita ketahui?)2. Jelaskan masalah yang tepat yang akan dibahas oleh penelitian (apa yang perlu kita ketahui?)3. Tunjukkan relevansi masalah (mengapa kita perlu mengetahuinya?)

4. Tetapkan tujuan penelitian (apa yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mengetahuinya?)

Kapan peneliti harus menulis pernyataan masalah?
Ada berbagai situasi di mana peneliti/penulis mungkin harus menulis pernyataan masalah.

Dalam penelitian akademik, menulis pernyataan masalah dapat membantu penulis/peneliti membuat kontekstual dan memahami pentingnya masalah penelitian yang akan dikerjakan. Pernyataan masalah dapat terdiri dari paragraf dan berfungsi sebagai dasar untuk proposal penelitian, atau dapat diringkas menjadi hanya kalimat dalam pendahuluan penelitian.

Langkah 1: Kontekstualisasikan masalah
Pernyataan masalah harus membingkai masalah penelitian yang akan dikerjakan dalam konteks khusus dan memberikan latar belakang tentang apa yang sudah diketahui tentang itu. Untuk penelitian teoretis, peneliti dapat mengemukakan pikirkan tentang latar belakang ilmiah, sosial, geografis dan / atau historis:

1. Apa yang sudah diketahui tentang masalahnya?2. Apakah masalahnya terbatas pada periode waktu tertentu atau wilayah geografis?

3. Bagaimana masalah telah didefinisikan dan diperdebatkan dalam literatur ilmiah?

Langkah 2: Tunjukkan mengapa itu penting
Pernyataan masalah juga harus membahas relevansi penelitian. Mengapa penting bahwa masalah diselesaikan? Ini tidak berarti peneliti harus melakukan sesuatu yang inovatif atau mengubah dunia. Lebih penting bahwa masalahnya dapat diteliti, layak, dan dengan jelas mengatasi masalah yang relevan di bidang keilmuan peneliti.

Kadang-kadang masalah teoritis memiliki konsekuensi praktis yang jelas, tetapi kadang-kadang relevansinya kurang jelas. Untuk mengidentifikasi mengapa masalah itu penting, tanyakan:

1. Bagaimana cara mengatasi masalah untuk memajukan pemahaman topik?2. Apa manfaatnya untuk penelitian di masa depan?

3. Apakah masalah memiliki konsekuensi langsung atau tidak langsung bagi masyarakat?

Langkah 3: Tetapkan tujuan dan sasaran peneliti akhirnya.

Pernyataan masalah harus membingkai bagaimana peneliti berniat untuk mengatasi masalah. Tujuan peneliti seharusnya bukan untuk menemukan solusi konklusif, tetapi untuk mencari alasan dibalik masalah dan mengusulkan pendekatan yang lebih efektif untuk mengatasi atau memahaminya. Tujuannya adalah keseluruhan tujuan penelitian yang akan dikerjakan. Biasanya ditulis dalam bentuk infinitif:

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan 2. Pekerjaan ini bertujuan untuk mengeksplorasi

3. Saya bertujuan untuk menyelidiki sasaran adalah langkah konkret yang akan diambil untuk mencapai sasaran:

   1. Metode kualitatif akan digunakan untuk mengidentifikasi    2. Saya akan menggunakan survei untuk mengumpulkan

   3. Menggunakan analisis statistik, penelitian ini akan mengukur.

Mengembangkan pertanyaan penelitian yang kuat
Pertanyaan penelitian yang baik sangat penting untuk memandu pekerjaan penelitian. Ini menunjukkan dengan tepat apa yang ingin diketahui dan memberi pekerjaan kepada peneliti sebuah fokus dan tujuan yang jelas.

Semua pertanyaan penelitian harus:

1. Berfokus pada satu masalah;2. Diteliti menggunakan sumber primer dan / atau sekunder;3. Layak untuk dijawab dalam kerangka waktu dan kendala praktis;4. Cukup spesifik untuk menjawab secara menyeluruh;5. Cukup kompleks untuk mengembangkan jawaban atas ruang penelitian;

6. Relevan dengan bidang studi dan / atau masyarakat secara lebih luas.

Dalam penelitian skripsi, peneliti biasanya akan menulis satu pertanyaan penelitian untuk memandu membaca dan berpikir. Jawaban yang peneliti kembangkan adalah pernyataan skripsi – pernyataan utama atau posisi yang akan dibahas di dalam skripsi.

Contoh pernyataan:
Under-30s increasingly engage in the “gig economy” instead of traditional full-time employment, but there is little research into young people’s experiences of this type of work.

Contoh pertanyaan:
What are the main factors that influence young people’s decisions to engage in the gig economy? What do workers perceive as its advantages and disadvantages? Do age and education level have an effect on how people experience this type of work?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA