Carilah artikel tentang kasus penyelundupan narkoba melalui jalur laut

Panas Dingin Hubungan Jokowi dengan Megawati, Beda Pilihan Capres 2024?

Perbesar

Ilustrasi Narkoba

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Narkotika (BNN) mengungkapkan jalur paling rawan untuk menyeludupkan narkoba ke berbagai daerah di Indonesia adalah laut. Hal ini karena sekitar 90 persen dari total kasus yang terungkap, para pelaku menggunakan jalur tersebut.

Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Arman Depari mengatakan laut adalah jalur yang paling sering untuk menyelundupkan narkoba, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga terjadi di berbagai negara lainnya.

"Dari data, 80 persen penyeludupan narkotika di dunia gunakan jalur laut, sementara di Indonesia mencapai 90 persen," ujar Arman, seperti dikutip dari Antara, Senin (8/10/2018).

Ia mengakui banyaknya pelabuhan tikus di sejumlah pantai di Indonesia, termasuk di Sumatera Utara dan Aceh. Untuk itu, kata Aman, pihaknya terus meningkatkan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti Bea Cukai maupun Angkatan Laut dalam upaya pengawasan terhadap berbagai pelabuhan tikus tersebut.

Selain itu, pihaknya juga memanfaatkan para nelayan untuk turut mengawasi jalur-jalur yang kemungkinan digunakan sindikat untuk menyeludupkan barang haram narkoba tersebut.

"Memang banyak pelabuhan tikus. Inilah yang harus ditingkatkan pengawasannya. Kami juga memanfaatkan nelayan untuk turut mengawasainya dan menginformasikan jika ada yang mencurigakan," ucap Arman.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: 

Perbesar

Seorang siswa SD di Makassar, Sulawesi Selatan berinisial RE diduga menjadi bandar narkoba jenis sabu-sabu. Kasus ini terungkap se...

Arman juga berharap masyarakat untuk lebih peduli dan hati-hati serta teliti jika melihat orang atau kegiatan yang tidak wajar di sekitar lingkungannya masing-masing.

"Mari kita cegah dan berantas peredaran narkotika. Paling tidak ada kemauan dan kepedulian melawan atau menghindar dari bandar, sehingga para pengguna narkotika tidak bertambah lagi. Kepedulian kita adalah salah satu cara memberantas peredaran narkotika," jelas Arman.

Lanjutkan Membaca ↓

Setelah terungkapnya penyelundupan 1,196 ton sabu lewat jalur laut di Pangandaran, Polri akan bekerja sama dengan instansi penegak hukum lain untuk memperketat perairan Indonesia. Polri juga bekerja sama dengan nelayan.

Oleh

PRAYOGI DWI SULISTYO

· 1 menit baca

KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA

Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo (kedua dari kiri) mengungkap kasus penggagalan peredaran narkotika jenis sabu di Pusat Pendidikan Intelijen Keamanan Polri, Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022).

JAKARTA, KOMPAS — Terungkapnya upaya penyelundupan sabu seberat 1,196 ton di Pangandaran, Jawa Barat, kembali menunjukkan bahwa jalur laut menjadi pintu masuk penyelundupan narkotika dari luar negeri. Karena itu, pengawasan harus ditingkatkan.

Polisi menggagalkan penyelundupan sabu itu pada 16 Maret 2022. Ini diawali dengan penangkapan tersangka SA di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Dari penangkapan tersebut dilakukan pendalaman hingga mengarah pada dua nama lain dan diinformasikan adanya transaksi sabu di wilayah pantai selatan.

Editor:

ANTONIUS PONCO ANGGORO

Empat petugas bersiaga di sebelah sejumlah tersangka pengedar narkoba saat dihadirkan dalam rilis ungkap kasus di Kantor BNNP Kalbar di Pontianak, Selasa (19/3/2019). BNNP Kalbar berhasil menggagalkan penyelundupan 107 kilogram sabu-sabu dan 114.669 butir dari Semenanjung Malaysia ke Kalbar melalui jalur laut di Sei Duri, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang, Kalbar pada Kamis (14/3/2019). ANTARA FOTO/HS Putra/jhw

Kepala Badan Narkotika Nasional, Komjen Pol. Drs. Heru Winarko, S.H. menyatakan kondisi geografis Indonesia yang mayoritas berupa lautan dimanfaatkan sebagai jalur favorit bagi para sindikat untuk melakukan penyelundupan narkoba dari luar negeri. “Penyelundupan narkotika ke Indonesia sendiri, 80% melewati jalur laut”, ungkap Heru dalam ceramahnya tentang “Bersinergi Menyelamatkan Generasi dan Menjaga Negeri dari Ancaman Kejahatan Narkoba” untuk peserta PPRA 59 di ruang NKRI, Gedung Panca Gatra, Lemhannas RI, Rabu, (24/7).

Jalur laut ini dilewati karena semakin ketatnya pengawasan di bandara. “Kami di sini bekerja sama dengan teman-teman Angkatan Laut, Bakamla, Bea Cukai dan lainnya untuk operasi di Indonesia,” tambah Heru. Salah satu cara untuk menekan peredaran narkoba di dalam negeri sendiri adalah dengan cara memutus jalur peredaran narkoba (pasokan) sejak di luar negeri, baik sejak di negara produksi maupun di negara transit. Oleh karena itu, perlu adanya diplomat intelijen narkoba di beberapa negara.

Di kawasan Asia Tenggara sendiri, ada tiga tempat jaringan narkoba, yang pertama disebut “The Golden Triangle” atau jaringan Segitiga Emas yang meliputi Thailand, Myanmar dan Laos. Heru menambahkan, di Vietnam dan Kamboja juga terdapat banyak produsen atau pabrik narkoba ilegal. Ada juga “The Golden Crescent” yang meliputi Afghanistan, Pakistan, dan Iran. Terakhir, ada “The Golden Peacock” yang berasal dari Amerika Latin.

Memasuki era digitalisasi sekarang ini, BNN mengungkapkan bahwa transaksi narkoba sekarang ditambah melalui jalur dunia maya. Pertama, ada surface web market, yakni peredaran narkoba yang dilakukan melalui media sosial dan website. Kedua, ada deep web market, yakni peredaran narkoba yang dilakukan melalui jaringan internet tersembunyi yang sangat sulit dilacak. Terakhir, ada Cryptomarket, yakni transaksi menggunakan crypto-currency melalui internet, tidak mudah dilacak dan identitas tersembunyi.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA