PROSEDUR PENGEDALIAN HAMA TIKUS
Pekebun harus menditeksi dan mengobservasi tingkat kerusakan di kebun dan keputusan tindakan untuk menggunakan racun tikus tergantung dari hasil temuannya:
- Jumlah pokok-pokok yang terserang tikus sudah mencapai 5 pokok per hektar dikebunnya
- Racun tikus diletakan didekat pusat kerusakan di sisi pasar pikul agar mudah terlihat oleh petugas.
- Semua area serangan harus di racun selama 3 – 4 hari.
- Satu rotasi penebaran racun harus diikuti oleh satu rotasi penggantian atas racun-racun yang hilang dalam selang waktu 7 hari
- Hanya racun yang hilang atau sudah dimakan tikus yang perlu diganti dengan racun baru.
- Aplikasi penebaran racun lebih kurang memerlukan dosis 0,6 kg racun/ha, Sedang untuk penggantian dosisnya sekitar 0,4 kg/ha. Dengan demikian total kebutuhan racun lebih kurang 1,0 kg per ha, tergantung dari tingkat serangan dan jenis racun.
- 1 orang pekebun dapat menebar racun untuk mengcover 2 ha dalam satu hari.
KERUSAKAN OLEH TIKUS
- Benih tanaman sawit di Nursery, tikus memakan yang lunak bagian akar atau bakal daun, hingga kecambah mati.
- Tanaman Belum Menghasilkan, Pada tanaman belum menghasilkan, Tikus mulai memakan bagian pelepah terbawah hingga putus seluruhnya. Kadang-kadang tikus memakan bagian atas perakaran yang lunak dan menyebabkan kematian.
- Tanaman Menghasilkan, Tikus menjadi hama yang serius pada Tanaman Menghasilkan, karena memakan Buah masak dan buah mentah. Kadang cirinya dapat dilihat pada brondolan yang jatuh di piringan sudah dalam kondisi luka bekas gigitan tikus.
Bila tidak di basmi, populasi tikus cepat sekali meningkat dari 60 ekor per hektar menjadi 300 ekor selama periode 6 bulan. Pada kondisi ini, 5 – 15 % produksi akan hilang.
KUNCI KEBERHASILAN
- Kerusakan TBS akibat tikus ditunjukkan dengan ujung brondolan habis separuh.
- Para pekebun bisa bersama sama berternak Burung hantu (Tyto Alba ) di area kebun dan dibuatkan kandang burung dengan jumlah satu kandang untuk 30 Ha.
- Racun yang digunakan harus jenis anti coagulant agar tidak meracuni burung hantu atau predator lainnya.
- Pekebun harus hati hati menempatkan racun dilapangan agar tidak meleset dari sasaran dan sisa racun tidak dibawa pulang.
- Penggunaannya tiap hari harus di catat oleh Pekebun dan penghitungan pemakaian per hektar perlu dicatat.
- Problem yang sering muncul adalah bila lokasi serangan tikus berada didekat perumahan, oleh karenanya sebelum racun diaplikasikan, kepala kebun perlu membuat rambu-rambu dari papan ditulisi “AWAS RACUN TIKUS BAHAYA “.
- Tikus sering menyerang bagian buah yang terlindung dan sulit terlihat oleh karenanya, petugas patroli perlu memeriksa lebih teliti bila ada indikasi serangan tikus.
- Implementasi racun tikus, harus juga diberikan di tepi area serangan walaupun belum ada tanda-tanda sudah diserang, untuk menjaga tikus yang menyeberang terkena racun sebelum menyerang tanaman.
Sumber Artikel: //www.oilpalm-mekarsari.com
Keywords: Kelapa sawit, hama tikus, Rattus tiomacus, burung hantu (Tyto alba), predator Hama tikus merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Pada tanaman kelapa sawit yang baru ditanam, hama tikus dapat menyebabkan kematian hingga 20 – 30 %, dan kerusakan yang ditimbulkan adalah pelepah sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada tanaman yang menghasilkan.
Pengendalian hama tikus secara biologis telah berhasil dikembangkan sebagai bagian dari pengendalian hama terpadu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus di perkebunan kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi di lapangan secara langsung yang diperkuat dengan data sekunder, diantaranya dokumen perusahaan dan pustaka, serta diskusi yang mendalam dengan petani terkait di
lapangan. Hasilnya kemudian dianalisis dan dievaluasi secara deskriptif. Hasil dari kajian ini adalah (1). Pengendalian hama tikus dengan menggunakan burung hantu dapat secara efektif menurunkan serangan tikus dari serangan tikus berat (>20%) menjadi serangan ringan (10-20%), (2). secara ekonomi penggunaan predator burung hantu dapat menghemat biaya pengendalian hama tikus sebesar Rp. 38.900/ha/tahun, jika dibandingkan dengan penggunaan umpan (campaign) baik pada tanah mineral maupun
tanah gambut, (3). Secara manajemen, mudah dilakukan dan untuk mempermudah pengawasan dapat dibuat tabel monitoring dalam botol air mineral bekas yang ditempelkan di tiang gupon. Download data is not yet available. Abstract
Downloads