Berapakah hasil pengukuran jangka sorong di bawah beserta ketidakpastian mutlaknya dalam satuan cm

Jangka sorong memiliki ketelitian hingga 0,1 mm. Hasil ukur = skala utama + skala nonius hasil ukur = 2,20 cm + 0,08 cm hasil ukur = 2,28 cm.


Jangka Sorong Pengertian, Sejarah, BagianBagian, Cara

Jadi, skala utama yang terukur adalah 21 mm atau 2,1 cm.

Perhatikan skala hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong berikut. Jumlah garis dikali skala terkecil kita lihat skala utama pada gambar diatas. Lihat gambar diatas, 21 mm atau 2,1 cm (garis merah) merupakan angka yang paling dekat dengan garis nol pada skala vernier persis di sebelah kanannya. Hasil skala tetap ditambah skala nonius.

Sebuah benda diukur panjang dengan jangka. Perhatikan gambar hasil pengukuran jangka sorong berikut 3 00 cm pembahasan skala utama 3 1 cm skala nonius 9 x 0 01 0 09 cm tebal balok 3 1 cm 0 09 cm 3 19 cm jawaban yang benar adalah a. Jadi, cara pelaporan data hasil pengukuran alat ini mengikuti pola berikut:

Panjang sisinya diukur dengan jangka sorong dan dihasilkan pengukuran sebagai berikut. Cara membaca jangka sorong yang benar. Galih mengukur tebal pelat kuningan dengan jangka sorong dan diperoleh hasil seperti berikut.

Skala utama jangka sorong berada di atas. Contoh soal jangka sorong dan jawabannya. Hasil pengukuran pada skala tetap adalah 6,8 cm.

Jadi jawaban yang tepat adalah 224 cm dan 3. Perhatikan gambar skala utama dan skala nonius yang dimiliki oleh sebuah jangka sorong berikut! Besar menggunakan jangka sorong berdasarkan gambar di atas adalah.

Dalam pengukuran tunggal, pengganti x 0 adalah nilai hasil pengukuran itu sendiri, sedangkan ketidakpastian mutlaknya, x = skala terkecil instrumen. Jangka sorong memiliki dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Berikut ini cara menghitung menggunakan jangka sorong berdasarkan nilai ketelitiannya.

Perhatikan gambar hasil pengukuran jangka sorong berikut 3 00 cm pembahasan skala utama 3 1 cm skala nonius 9 x 0 01 0 09 cm tebal balok 3 1 cm 0 09 cm 3 19 cm jawaban yang benar adalah a. Perhatikan gambar jangka sorong berikut. Hasil pengukuran diameter koin menggunakan jangka sorong di atas adalah.

Hasil ukur = skala utama + skala nonius = 2,20 cm + 0,08 cm = 2,28 cm jawaban : Hasil ukur = skala utama + skala nonius = 4,20 cm + 0,04 cm = 4,24 cm. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong.

Baca Juga:  Perbandingan Ps3 Fat Dan Slim

Perhatikan hasil pengukuran berikut!hasil pengukuran tebal sebuah plat dengan mikrometer. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur dari besaran pokok panjang. Perhatikan kemasan minuman kemasan berikut!

Perhatikan skala hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong berikut! Jangka sorong merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter suatu benda, baik diameter dalam maupun diameter luar. Pembahasan pada soal ini dapat diselesaikan dengan konsep besaran, satuan dan dimensi jawaban:

Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Perhatikan gambar, untuk membaca jangka sorong, kita cari nilai skala utama dengan membaca skala utama terbesar yang paling dekat dengan angka nol pada skala nonius yakni. Fungsi dari natrium benzoat pada minuman tersebut adalah.… a.

Hasil pengukuran menunjukkan skala seperti. Selain memiliki skala terkecil 0,1 mm, jangka sorong memiliki bentuk yang unik yang terdiri dari rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda (rahang tetap dan rahang geser bawah), rahang untuk mengukur. Cara membaca hasil bacaan jangka sorong adalah dengan menjumlahkan hasil bacaan skala utama dan skala nonius.

Cara menghitung jangka sorong dengan mudah| jangka sorong dapat digunakan dengan mudah dalam menghitung panjang suatu benda. Tentukan hasil pengukuran dari jangka sorong berikut. Berapakah hasil pengukuran menggunakan jangka sorong di atas?

Gambar tersebut menunjukkan hasil pengukuran diameter tabung menggunakan jangka sorong. Hasil pembacaan pengukuran pada jangka sorong tersebut adalah 2,26 cm. Contoh soal jangka sorong 0 05.

Membaca alat ukur panjang (jangka sorong dan mikrometer skrup) 1. Nilai 0,05 mm tersebut merupakan setengah dari tingkat keakuratan atau ketelitian jangka sorong yakni 0,1 mm. Perhatikan hasil pengukuran panjang sisi kubus berikut!

Besar menggunakan jangka sorong berdasarkan gambar di atas adalah. Berdasarkan gambar di atas, hasil pengukuran benda tersebut adalah. Perhatikan hasil pengukuran dibawah ini!

Biar anda lebih paham tentang jangka sorong, di bawah ini sudah kami kumpulkan beberapa contoh soal jangka sorong beserta jawaban dan pembahasannya. Perhatikan gambar pengukuran menggunakan diameter koin menggunakan jangka sorong di bawah ini! Perhatikan contoh gambar pengukuran dengan jangka sorong berikut!

Berikut ini penjelasan terkait dengan pembacaan hasil skala pengukuran pada jangka sorong diantaranya. Skala yang ditunjukkan dari hasil pengukuran tampak pada gambar berikut. Pembahasan soal jangka sorong nomor 2.

Baca Juga:  Perbedaan Oxy 5 Dan 10

10 10 to 30 50 6o 8. Ketelitian sebuah jangka sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm. Jadi panjang benda adalah 6,8 cm + 0,06 cm = 6,86 cm.

Berikut ini ilustrasi cara membaca pengukuran panjang suatu benda dengan menggunakan jangka sorong atau caliper (vernier caliper). Perhatikan garis pendek yang berimpit antara skala utama dan skala nonius berikut. Oleh karena itu, dalam menyajikan laporan dari pengukuran menggunakan jangka sorong harus ada nilai ketidakpastiannya sebesar 0,05 mm.

Perhatikan pengukuran mikrometer sekrup dibawah ini. Skala nonius 46 001 mm 046mm. Massa jenis bahan kubus tersebut adalah.

Skala nonius 46 001 mm 046mm. Berapakah ketebalan pelat kuningan galih! Cara menggunakan jangka sorong gambar jangka sorong digital.

Jadi, hasil pengukuran diameter koin rudi adalah 2,66 cm. Pada garis merah menunjukan angka 21 mm atau 2.1 cm merupakan angka yang peling dekat dengan garis nol pada skala vernier persis di sebelah kanannya. Berdasarkan gambar di atas, diperoleh:

Perhatikan gambar berikut gambar tersebut menun. Perhatikan gambar berikuthasil pengukuran dengan menggunakan mikrometer skrup di atas adalah.pembahasan :hasil ukur = skala utama + skala nonius= 8,0 + 0,16= 8,16 mm 2. Cara membaca jangka sorong untuk melihat hasil pengukurannya hanya dibutuhkan dua langkah pembacaan:

Jangko sorong memiliki bentuk yang mirip kunci inggris dengan rahang yang dapat digeser. Skala utama dan skala nonius dibaca dengan cara yang sama yaitu: L = x ± δ x.

Hasil pengukuran jangka sorong merupakan penjumlahan dari pembacaan kedua skala tersebut. Cara membaca skala hasil pengukuran jangka sorong untuk membaca skala hasil pengukuran jangka sorong perhatikan contoh gambar. Dua buah pelat besi diukur menggunakan jangka sorong dan hasilnya adalah.

Sebuah batu bata diukur ketebalannya menggunakan jangka sorong. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk. Berdasarkan gambar tersebut hasil yang benar adalah.


4. Diametertutup botol diukur menggunakan mikrometer


Cara penggunaan jangka sorong (Vernier Caliper)


perhatikan gambar berikut inihitunglah hasil pengukuran


Materi Fisika Kelas 10 Pengukuran Panjang

Ketidakpastian merupakan salah satu materi fisika yang cukup menarik untuk dibahas. Kalau kebetulan kamu ingin belajar tentang materi ini lebih dalam, simak penjelasan lengkapnya berikut. Kami juga telah menyediakan soal latihan yang bisa dikerjakan untuk mengasah kemampuanmu.

Lewat pembahasan ini, kamu bisa belajar mengenai Ketidakpastian. Kamu akan diajak untuk memahami materi dan tentang metode menyelesaikan soal.

Kamu juga akan memperoleh latihan soal interaktif yang tersedia dalam tiga tingkat kesulitan, yaitu mudah, sedang, dan sukar. Tertarik untuk mempelajarinya?

Sekarang, kamu bisa mulai mempelajari materi lewat uraian berikut. Apabila materi ini berguna, bagikan ke teman-teman kamu supaya mereka juga mendapatkan manfaatnya.

Kamu dapat download modul & kumpulan soal dalam bentuk pdf pada link dibawah ini:

  • Modul Ketidakpastian
  • Kumpulan Soal Mudah, Sedang & Sukar

Definisi

Ketidakpastian dalam pengukuran disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran.

Ketidakpastian Pengukuran

A. Kesalahan Pengukuran

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian pengukuran yang disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai sebenarnya. Kesalahan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok.

1. Kesalahan umum

Kesalahan umum adalah kesalahan yang diakibatkan oleh keterbatasan pada pengamat. Misalnya kurang terampilnya pengamat menggunakan alat ukur, kesalahan membaca hasil pengukuran dan kesalahan-kesalahan paralaks.

2. Kesalahan Sistematik

Kesalahan sistematik diakibatkan oleh kesalahan pada instrumen yang digunakan. Beberapa instrumen mungkin dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu dan tekanan ruangan, medan listrik, medan magnet dan medan gravitasi.

3. Kesalahan acak

Kesalahan acak merupakan kesalahan yang berasal dari pengaruh faktor-faktor yang tidak dapat diprediksi dan hanya bersifat sementara. Kesalahan acak terjadi secara kebetulan atau tanpa disengaja dan bervariasi dari pengujian ke pengujian lainnya. Kesalahan acak sulit dihindari disebabkan oleh fluktuasi yang tidak dapat diduga. Sebab-sebab kesalahan acak tidak dapat diketahui dengan pasti tetapi merupakan bagian dari pengaruh yang memiliki kontribusi kesalahan dalam pelaksanaan pengujian.

Hasil pengukuran suatu besaran dituliskan sebagai $x=x_{0}\pm\Delta x$ dengan $x$ adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar $x_{0}$ dan $\Delta x$ adalah ketidakpastiannya.

B. Ketidakpastian

Ada dua jenis ketidakpastian pengukuran, yaitu pengukuran tunggal dan pengukuran berulang.

1. Ketidakpastian pengukuran tungal

Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan satu kali. Pada pengukuran tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai benar adalah hasil pengukuran itu sendiri dan ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala terkecil (nst) instrumen yang digunakan.

Misalkan seorang pengamat mengukur panjang pensil menggunakan mistar diperoleh nilai benar sebesar 12 cm. Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm maka $\Delta x=\frac{1}{2}\times\mbox{nst}=\frac{1}{2}\times0,1$. Hasil pengukuran tunggal ini dituliskan sebagai $L=12\pm0,05$ cm.

2. Ketidakpastain pengukuran berulang

Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, harus dilakukan pengukuran secara berulang. Pada pengukuran berulang nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar $x_{0}$ adalah nilai rata – rata dari data yang diperoleh ($\bar{x}$). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya ($\Delta x$) dapat digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

$\bar{x}=\frac{x_{1}+x_{2}+x_{3}+…..+x_{n}}{N}=\frac{\sum x_{i}}{N}$

$\Delta x=\frac{1}{N}\sqrt{\frac{N\sum x_{i}^{2}-(\sum x_{i})^{2}}{N-1}}$

Keterangan:

$\bar{x}$ : hasil pengukuran yang mendekati nilai benar

$\Delta x$ : ketidakpastian pengukuran

$N$ : banyaknya pengukuran yang dilakukan.

Ketidakpastian menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran mendekati nilai sebenarnya. Semakin kecil nilainya maka semakin dekat hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Pada pengukuran tunggal ketidak pastian $\Delta x$ disebut ketidakpastian mutlak.

Pada pengukuran berulang dikenal istilah ketidak pastian relatif, yaitu perbandingan ketidakpastian pengukuran berulang dengan nilai rata-rata pengukuran.

ketidakpastian relatif $=\frac{\Delta x}{\bar{x}}\times100%$

Nilai ketidakpastian relatif menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran. Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam pengukuran berulang adalah sebagai berikut.

  • relatif 10 % berhak atas dua angka
  • relatif 1%berhak atas tiga angka
  • relatif 0,1% berhak atas empat angka

Perhitungan Ketidakpastian

Dalam fisika sering dijumpai perhitungan yang melibatkan beberapa besaran hasil pengukuran yang mengandung nilai ketidak pastian. Hal ini berarti bahwa perhitungan juga melibatkan ketidak pastian. Ada empat aturan dasar dalam perhitungan yang melibatkan teori ketidakpastian fisika.

1. Aturan Penjumlahan dan Pengurangan

Jika dua besaran dijumlahkan atau dikurangkan aturannya adalah tambahkan ketidakpastian mutlaknya. Secara matematis dituliskan:

$\left(x\pm\Delta x\right)+\left(y\pm\Delta y\right)=(x+y)\pm(\Delta x+\Delta y)$

$\left(x\pm\Delta x\right)-\left(y\pm\Delta y\right)=(x-y)\pm(\Delta x+\Delta y)$

Contoh:

Penjumlahan: $(6,0\pm0,5)\mbox{ m}+(3,5\pm0,1)\mbox{ m}=\left(9,5\pm0,6\right)\mbox{m}$

Pengurangan: $(6,0\pm0,5)\mbox{ m}-(3,5\pm0,1)\mbox{ m}=\left(2,5\pm0,6\right)\mbox{m}$

2. Aturan Perkalian dan Pembagian

Jika dua besaran terlibat operasi perkalian dan pembagian maka tambahkan ketidak pastian relatifnya. Misal untuk menghitung luas persegi panjang $L=p\times l$ dengan $p=x\pm\Delta x$ dan $l=y\pm\Delta y$. Ketidakpastian luas persegi panjang dituliskan sebagai:

$\frac{\Delta L}{L}=\frac{\Delta x}{x}+\frac{\Delta y}{y}$

Contoh:

Ukuran sebuah persegi panjang adalah $2\pm0,1$ cm dan $10\pm0,5$ cm, maka ketidak pastian luasnya adalah

$\begin{alignedat}{1}\Delta L & =\left(\frac{\Delta x}{x}+\frac{\Delta y}{y}\right)L\\ \Delta L & =\left(\frac{0,1}{2}+\frac{0,5}{10}\right)\times20\\ \Delta L & =0,1\times20\\ \Delta L & =2 \end{alignedat}

$

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA