Bagaimana pendapatmu tentang program wonderful indonesia

Suara.com - Kementerian Pariwisata tak akan pernah berhenti terus mempromosikan keindahan alam yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia untuk menggaet kunjungan wisatawan mancanegara.

Upaya promosi secara besar-besaran pun telah dan akan dilakukan pemerintah, yang antara lain dengan meluncurkan logo Wonderful Indonesia.

Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah janji pariwisata Indonesia kepada dunia.

Kata Wonderful atau Pesona mengandung janji bahwa Indonesia kaya dengan ketakjuban, dari segala aspek manusia maupun alamnya, yang mengusik kalbu dan menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana mengatakan pihaknya berupaya menggiatkan promosi Wonderful Indonesia untuk mendongkrak kunjungan wisman ke Tanah Air.

"Untuk mendongkrak kepedulian wisman, kita berpartisipasi pada berbagai bursa pariwisata internasional serta memfasilitasi tour operator dan travel agent Indonesia pada acara Table Top atau Sales Mission di mancanegara," katanya.

Pitana mencontohkan keterlibatan Indonesia untuk promosi brand pariwisata Wonderful Indonesia pada NATAS Travel Fair di Singapura (4-6 Maret 2016), India International Travel Mart (4-7 Maret 2016), dan San Francisco Travel and Adventure Show, di San Francisco, Amerika Serikat, (5-6 Maret 2016).

Selain itu juga pada ajang Internationale Tourismus Borse (ITB) di Berlin, Jerman (9-13 Maret 2016), MATTA Fair di Kuala Lumpur, Malaysia (11-13 Maret 2016), Hongkong Flower Festival di Hongkong, (11-20 Maret 2016) dan Cruise Shipping Miami di Fort Lauderdale, AS (14-17 Maret 2016).

Kemenpar juga menggencarkan promosi di wilayah Asia dan Australia antara lain dengan mengikuti pameran di Asia Dive Expo (ADEX) pada 15-17 April 2016 yang melibatkan 20 industri pariwisata Indonesia sebagai peserta.

Pada kegiatan ini Menteri Pariwisata Arief Yahya diundang menjadi tamu kehormatan pada acara pembukaan seremonial ADEX 2016.

"Kami juga menyelenggarakan misi penjualan di dua kota di Vietnam dan Indonesia Tourism Table Top di Sabah, Malaysia pada akhir Maret 2016," katanya.

Di sisi lain Kemenpar juga mengikuti Diving Resort Travel Show Shanghai (18-20 Maret 2016) serta menyelenggarakan promosi Wonderful Indonesia di Auckland International Cultural Festival di Selandia Baru pada 20 Maret 2016 dan Promosi Wonderful Indonesia pada Komunitas Yachter di Australia pada 21-24 Maret 2016.

Promosi juga digencarkan di Wilayah Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Afrika antara lain dengan menggelar 11 kegiatan di antaranya berpartisipasi pada bursa pariwisata International Meeting Exhibition Frankfurt (19-20 April 2016), WTM Afrika (6-8 April 2016), Ottawa Travel and Vacation Show(9-10 April 2016), Riyadh Travel Fair (12-15 April 2016), dan Arabian Travel Market (25-28 April 2016).

Indonesia pun akan terlibat dalam penyelenggaraan Promosi Wonderful Indonesia di Timur Tengah (14 April 2016) dan Uni Emirat Arab (April 2016), pelaksanaan Famtrip TA/TO Perancis (6-14 April 2016), Famtrip Media Golf dari Rusia (24-28 April 2016) dan Famtrip Media Golf dari Perancis (25 April - 1 Mei 2016), serta Sales Mission Afrika Selatan (April 2016) "Beberapa kegiatan kami jadikan daya tarik wisata utama untuk dipromosikan di berbagai acara dan media di luar negeri, satu di antaranya beberapa waktu lalu Gerhana Matahari Total," katanya.

Promosi media ruang dilakukan di Filipina, Belanda, Jerman, Malaysia, sedangkan publikasi media online untuk event Gerhana Matahari Total atau GMT antara lain di Google, Youtube, TripAdvisor dan Baidu.

"Kami juga promosi dengan cara pemasangan TVC di 30 channel internasional (FOX channel, CNBC, CNN international, BBC world, Channel U, TV5, AFC, MTV Asia, SBS, Al Jazeera, CCTV, TV5 Mone, AXN, dll), serta pemasangan iklan media cetak di majalah Travel & Leisure AS, majalah Going Places Malaysia Airlines, dan majalah Krisworld Singapore Airlines," kata Pitana.

Bukan hanya melalui seni dan budaya saja, Kementerian Pariwisata pun mempromosikan pariwisata melalui olahraga dengan memperkenalkan besarnya potensi wisata golf di Indonesia ke Korea Selatan melalui program "Wonderful Indonesia Golf" pada 21-23 Maret 2016.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Wonderful Indonesia terus dipromosikan ke dunia yang salah satunya mengajak operator golf Indonesia menyambangi kota Seoul dan Busan.

Menurut Yahya, di Negeri Ginseng ini, sejumlah operator golf lokal diundang dalam pertemuan bisnis berupa "table top meeting".

"Dari sana diharapkan akan terjadi transaksi bisnis yang bisa meningkatkan kunjungan masyarakat Korea ke Indonesia untuk bermain golf," katanya.

Dia juga mengatakan pihaknya dalam acara ini akan mengajak pakar golf untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang potensi golf Indonesia.

Lapangan golf Indonesia memiliki keunggulan dalam beberapa hal, salah satunya keindahan pemandangan alam di sekitarnya, mulai dari laut, gunung berapi, hingga hutan hujan tropis.

Di samping itu "caddy" Indonesia pun terampil, ditambah lapangannya yang bisa dipakai sepanjang tahun karena faktor iklim.

"Atraksinya sudah kuat, lapangan golf kita sudah sering menggelar turnamen internasional, karena itu sudah saatnya dipromosikan, kata menteri.

Faktor penarik lainnya adalah harga paket bermain golf di Indonesia yang lebih murah daripada di Korea.

Direktur Pemasaran PT Visi Prima Golf Merry Kwan mengatakan paket bermain golf lima hari empat malam di Indonesia hanya sekitar 550 dolar AS sudah termasuk akomodasi, transportasi, green fee, caddy fee, dan fasilitas lainnya.

Tercatat sebanyak 4,19 persen alasan berkunjung wisman Korea adalah untuk olahraga termasuk di dalamnya wisata golf.

Perlu diketahui golf merupakan satu dari tujuh wisata minat khusus yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata. Sebelum ini, kegiatan serupa sudah lebih dulu digelar di Tiongkok dan Jepang.

Peluang Indonesia menarik pegolf ketiga negara ini terbuka, sebab biaya bermain golf di Korea dan Jepang mahal, sedangkan di Tiongkok para pejabatnya tidak diperbolehkan main golf di dalam negeri ditambah larangan membuka lapangan golf baru.

Tahun ini Indonesia menargetkan 400.000 kunjungan wisman dari Korea dari target keseluruhan, adalah 12 juta. Tahun lalu Indonesia berhasil menarik 10,4 juta kunjungan wisman. (Antara)

Indonesia baru saja dinobatkan menjadi negara terfavorit pilihan traveler dunia versi Conde Nast Traveler. Dalam rilis terbarunya, Top 20 Countries in The World: Readers’ Choice Award 2019, Indonesia berhasil menduduki peringkat pertama dengan angka 92,78 dan disusul Thailand, Portugal, Sri Lanka, serta Afrika Selatan.

Daftar beberapa Negara indah lainnya yang masuk dua puluh besar di antaranya adalah Italia, Yunani, Turki, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, dan Irlandia. Pencapaian ini tentu sangat membanggakan sebagai bentuk apreasiasi atas perkembangan industri pariwisata yang semakin mendunia.

Sebelumnya, pencapaian lain yang tak kalah membanggakan ketika publisher ternama Inggris, Rough Guides, juga memilih Indonesia sebagai Negara terindah ke-6 di dunia, setelah Afrika Selatan, Italia, Selandia Baru, Kanada, dan Skotlandia. Posisi tersebut sangat prestisius karena melampaui beberapa negara indah di Asia lainnya seperti India yang nangkring di posisi ke-13 ataupun Vietnam yang menyusul di peringkat 20.

Indonesia dianggap unggul karena daya tarik suasana pedesaan, rasa ketenangan pulau-pulau terpencil serta puncak gunung yang menjulang. Selain itu, adat istiadat, ragam kuliner serta lebih dari 500 jenis dialek bahasa membuat kagum para traveler yang mengisi pooling penilaian.

Pusat Destinasi

Jenis wisata lainnya juga memberikan prestasi dunia ketika ditetapkan sebagai destinasi wisata halal (halal tourism) terbaik dunia 2019. Anugerah tersebut disematkan oleh Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 mengungguli 130 destinasi dari seluruh dunia. Lembaga pemeringkat Mastercard-Crescent tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat pertama standar GMTI dengan skor 78, bersama dengan Malaysia yang sama-sama berada di peringkat teratas.

Dalam keterangannya, Indonesia dianggap sebagai satu-satunya negara yang paling progresif dalam mengembangkan destinasi halal tourism. Prestasi ini tentu sangat progresif jika ditilik dari progres pencapaian tahuntahun sebelumnya. Tahun 2015 saja Indonesia masih berada di peringkat ke-6, kemudian perlahan naik ke posisi 4 pada tahun 2016. Tahun 2017 sudah merengsek di nomor 3 dan peringkat 2 di tahun 2018. Upaya paling nyata Indonesia untuk memperbaiki posisi di antaranya membuat Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengacu pada standar GMTI.

Laporan GMTI ini memetakan posisi masing-masing negara berdasarkan empat kriteria penilaian, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Rujukan ini juga diadopsi di dalam penilaian IMTI khusus untuk skala nasional.

Dalam banyak teori, pasar wisata halal merupakan salah satu segmen pariwisata dengan tingkat pertumbuhannya tercepat di seluruh dunia. Diproyeksikan pada 2016 kontribusi sektor pariwisata halal melonjak hingga 35% menjadi US$ 300 miliar terhadap perekonomian global atau meningkat dari US$ 220 miliar pada 2020. Pangsa ini tentu sangat sayang jika dilewatkan begitu saja.

Di level daerah, perusahaan aplikasi pemesanan tiket berlibur dunia, Hopper, juga menempatkan Denpasar, Bali sebagai peringkat ke-4 destinasi paling ngetren setelah Bora-Bora, St Martin, dan Aspen Colorado. Posisi Bali mengalahkan Kahului di Hawaii, Dublin di Irlandia, St Lucia, Tokyo, Palm Spring dan Anhorage, Alaska.

Dalam keterangannya, Hooper, menyebutkan bahwa pada aplikasinya terdapat fitur Watch a Trip, di mana para traveler dapat memasukkan destinasi yang paling diinginkan untuk nantinya Hopper akan memberikan notifikasi ketika ada penawaran diskon tiket atau apapun hal yang terkait.

Tak salah jika pemerintah kemudian begitu serius menyusun program kebijakan pengembangan pariwisata ini. Berbagai jenis pariwisata digeber secara masif, baik wisata konvensional maupun wisata halal. Sebagai contoh, setelah sebelumnya sukses dengan tagline ‘Kenali Negerimu Cintai Bangsamu’, pemerintah terus bergerak dengan visi ‘10 Destinasi Wisata Bali Baru‘.

Kampanye ini diharapkan mampu menjadi akselerator dalam menggerakkan sumber daya domestik sekaligus mendorong pengembangan pariwisata menjadi industri utama. Perkembangan ini juga diselaraskan dengan tema-tema utama pembangunan lainnya seperti pengentasan kemiskinan, gender, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi kreatif.

Dari ke-10 lokasi tersebut, 4 destinasi dipilih sebagai prioritas awal pengembangan: Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, serta Mandalika. Sebagai bentuk percepatan, pemerintah menetapkan kriteria super prioritas terhadap empat destinasi tersebut untuk kemudian pengelolaannya dilembagakan menjadi Badan Otorita Pariwisata (BOP). BOP Danau Toba disahkan dengan dasar Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 49 Tahun 2016, sementara BOP Borobudur via Perpres Nomor 4 Tahun 2017.

Tahun lalu, Perpres Nomor 32 Tahun 2018 memfasilitasi BOP Labuan Bajo, sedangkan Mandalika diregulasikan ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) 52 tahun 2014 dalam format Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). BOP itu sendiri akan bergerak dalam skema Satker Pemerintah yang nantinya akan dikelola dengan bentuk Badan Layanan Umum (BLU).

Dasar hukum pembentukan BLU untuk BOP Dana Toba sudah selesai dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 344/ KMK.05/2019, sementara BOP Borobudur, Labuan Bajo dan Mandalika belum selesai dasar kerangka regulasinya. Keseluruhan modalitas tersebut sangat bermanfaat dalam mengakselerasi percepatan pembangunan destinasi wisata selain Bali karena pasca-penetapan, seluruh infrastruktur yang dibutuhkan baik pendanaan maupun aspek non-pendanaan akan bergerak secara pararel.

Penulis yakin bahwa pola ini akan membawa dampak yang signifikan, minimal mereduksi lintasan konflik dan kewenangan yang begitu pelik. Karena memiliki status super prioritas, langkah yang harus diambil memang harus keluar dari pakem yang selama ini dijalankan. Yang wajib dijaga bersama adalah tata kelola dan kesiapan rencana bisnis masing-masing pemangku kepentingan, termasuk delineasi dari tanggung jawab multi pihak.

Jangan sampai hal-hal tersebut pada gilirannya justru menjadi penghalang abadi pengembangan pariwisata di Indonesia ke depannya. Jika semua pihak kemudian bersepakat dengan mimpi ini, maka status Indonesia sebagai pusat destinasi wisata dunia dengan segala jenis keragamannya tentu dapat diwujudkan.

Joko Tri Haryanto, Pegawai Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI (Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja)

Editor : Gora Kunjana ()

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA