Bagaimana pendapat kamu tentang pendidikan pada masa sekarang ini

PendidikanTeknologi Informasi

May 12, 2020 suteki

4 Comments

266990 Views

Pandemi Covid-19 masih betah mengusik dunia. Berbagai upaya terus dilakukan agar segera dapat mengakhiri masa pandemi, juga agar pandemi tidak mencekik seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan.

Di tengah pandemi yang terus melaju, dunia pendidikan tetap harus terus mendapatkan perhatian agar tidak terdampak buruk. Tentu kita tidak menginginkan pandemi Corona mengancam dunia pendidikan.

Berbicara tentang dunia pendidikan adalah berbicara tentang ilmu pengetahuan. Di mana, sejak awal dunia dibentuk, ilmu pengetahun mengambil peran besar dalam menciptakan berbagai penemuan-penemuan penting demi kemaslahatan umat manusia.

Eropa yang hari ini sangat berjaya dengan teknologi dan ilmu pengetahuan, pernah berada di masa “dark age”, masa di mana ilmu pengetahuan tidak diakui dan tertutup dengan kegelapan. Kemudian datanglah era perkembangan ilmu pengetahuan yang menghantarkan dunia pada episode baru yang dipenuhi dengan penemuan-penemuan.

Pandemi Covid-19 juga menghantarkan dunia hari ini pada era kekhawatiran sekaligus tantangan. Di tengah kekhawatiran dan kecemasan, ada tantangan yang harus dilewati. Tantangan ini sesungguhnya dapat menciptakan peluang baru untuk mengatasi berbagai persoalan.

Menilik dari kacamata umum saat ini, pandemi Corona memang banyak menimbulkan ancaman bagi dunia pendidikan. Namun, kita dapat melihat dari sudut pandang berbeda sehingga ancaman dapat diubah menjadi peluang untuk memajukan dunia pendidikan.

Pandemi Covid-19 yang dinilai membawa begitu banyak dampak negatif, ternyata juga membawa dampak positif bagi dunia pendidikan. Dampak positif ini dapat memotivasi untuk melewati masa-masa sulit agar tetap fokus meraih tujuan pendidikan Indonesia yang lebih maju.

1. Memicu Percepatan Transformasi Pendidikan

Pandemi Covid-19 yang datang tak diudang, menyebabkan penutupan sekolah-sekolah dalam upaya menghentikan pergerakkan pandemi. Sebagai gantinya, pemerintah telah memberlakukan sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).

Sistem PJJ yang berbasis teknologi tentu mengharuskan lembaga pendidikan, guru, siswa bahkan orang tua agar cakap teknologi. Hal ini memicu percepatan transformasi teknologi pendidikan di negeri ini. Ini tentu berdampak positif karena penggunaan teknologi dalam pendidikan selaras dengan era Revolusi Industri 4.0 yang terus merangsek maju.

Sumber: //suteki.co.id/covid-19-picu-percepatan-transformasi-digital-pendidikan-indonesia/

2. Banyak Munculnya Aplikasi Belajar Online

Percepatan transformasi teknologi pendidikan karena pandemi Corona membuat berbagai platform meluncurkan berbagai aplikasi belajar online guna mendukung PJJ.

Banyak munculnya aplikasi belajar online membuat belajar #DariRumahAja tetap dapat dilakukan dengan efektif. Aplikasi-aplikasi belajar online dikembangkan dengan penyediaan fitur-fitur yang memudahkan dalam melakoni belajar online.

Salah satu aplikasi yang memiliki fitur yang keren, user interface yang friendly, teruji, dan andal adalah aplikasi eStudy. Aplikasi ini menjadi salah satu solusi PJJ yang sangat recomended untuk digunakan.

Sumber : //suteki.co.id/estudy-learning-anagement-system-solusi-pendidikan-jarak-jauh-pjj/

3. Banyaknya Kursus Online Gratis

Kursus online gratis mulai marak di tengah pandemi Covid-19. Banyak lembaga bimbingan belajar memberikan kursus online gratis atau ada yang memberikan dengan potongan harga.

4. Munculnya Kreativitas Tanpa Batas

Pandemi Corona membuat ide-ide baru bermunculan. Para ilmuwan, peneliti, dosen bahkan mahasiswa berupaya melakukan eksperimen untuk menemukan vaksi Covid-19.

Seperti yang dilakukan oleh alumni UGM yang membantu mengatasi kekurangan masker dengan membuat masker yang bisa dicuci ulang. Tidak hanya itu, kreativitas lain yang juga tidak kalah menarik, seperti mahasiswa Rumah Bahasa UI yang menjadi relawan Covid-19 dan membantu mengedukasi masyarakat.

 Sumber mahasiswa UGM: //ugm.ac.id/id/berita/19306-alumni-ugm-produksi-masker-yang-bisa-dicuci-ulang

Sumber mahasiswa UI: //edukasi.kompas.com/read/2020/04/25/164216771/kisah-danti-relawan-rumah-bahasa-ui-edukasi-masyarakat-terkait-wabah-corona

5. Kolaborasi Orang Tua dan Guru

Selama masa pandemi ini, peserta didik tentu akan menghabiskan waktu belajar di rumah. Di mana ini menuntut adanya kolaborasi yang inovatif antara orang tua dan guru sehingga peserta didik tetap bisa menjalani belajar online dengan efektif.

Selain itu, kolaborasi yang inovatif dapat mengatasi berbagai keluhan selama menjalani belajar online. Ini akan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan baik di masa kini maupun masa mendatang.

Sumber : //www.kompas.com/edu/read/2020/05/03/092749071/diskusi-mendikbud-dan-najwa-shihab-ini-dampak-positif-negatif-corona-di?page=all

6. Penerapan Ilmu di Tengah Keluarga

Saat semua sekolah ditutup dan #BelajarDariRumah, menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk menerapkan ilmu di tengah keluarga. Baik hanya sekedar membuka diskusi kecil atau dengan mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada keluarga.

Ini berperan penting dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu ilmu dengan cara aplikasi secara langsung. Ilmu yang diaplikasikan secara langsung akan memberikan pengaruh tidak hanya pada yang mengaplikasikan namun juga bagi yang menerima pengaplikasian.

7. Membangun Mental Positif

Dr. Ibrahim Elfiky (Maestro Motivator Muslim Dunia ) dalam bukunya yang  berjudul Terapi Berpikir Positif mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan positif dalam hidup, maka mulailah dengan Tawakal kepada Allah. Dengan begitu, kita akan mendapatkan kekuatan spritual untuk melakukan perubahan. Setelah itu ganti pikiran kita dengan pikiran positif, ini akan berpengaruh terhadap kondisi jiwa.

Dalam Energy Medicine, Dr. Herbert Spencer dari Universitas Harvard mengatakan bahwa lebih dari 90% penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Ini disebut dengan Psycho-Somatic Disease. Artinya, jiwa (psycho) berpikir dan memengaruhi tubuh (somo). Artinya kita memiliki tantangan untuk tidak memberikan ruang bagi mental negatif berkembang. Sebaliknya, kita harus membangun mental positif agar pandemi Corona tak dapat memberikan ancaman sedikitpun.
-FD-

This post has already been read 349903 times!

Jakarta (11/12) -- Masa Pandemi Covid-19 membuat pola pendidikan berubah. Semula proses belajar mengajar dilakukan dengan tatap muka. Tetapi kini, proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air ke arah digitalisasi. Namun di sisi lain, hal itu juga menimbulkan hambatan. Bagi daerah yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan gawai karena rendahnya tingkat ekonomi masyarakat PJJ cukup sulit untuk dilakukan. Selain itu, proses belajar mengajar yang membutuhkan praktek secara langsung juga mengalami kendala.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menjelaskan, untuk mengatasi hal itu dibutuhkan inovasi khususnya oleh pihak guru dan sekolah dalam memanfaatkan keadaan yang serba terbatas.

Hal itu dijelaskan Deputi Agus saat memberikan arahan dalam 'Sosialisasi Terobosan Pemanfaatan TIK Sederhana Untuk Mengatasi Hambatan PJJ', secara daring via aplikasi zoom dan dihadiri sebanyak ratusan perwakilan sekolah dari berbagai daerah, pada Jumat (11/12).

"Inisiatif dari pihak sekolah sangat diperlukan. Dengan menggunakan tiga pendekatan yang diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, konsep 3N, yakni Niteni, Niroke, dan Nambahi yang berarti mengamati, meniru, dan menambahkan. Pendekatan ini bisa dilakukan dimanapun," jelasnya.  

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membuat cerdas generasi penerus bangsa, serta membentuk karakter bangsa yang berbudaya. Sehingga, tantangan sebesar apapun harus bisa diatasi dan menjadi tanggung jawab bersama. Semua orang, kata Agus harus menjadi guru yang bisa mendidik anak-anak penerus bangsa.

"Siapa yang bertanggung jawab untuk hal itu? jawabannya adalah guru. Karena itu mari setiap kita menjadi guru. Jadi tidak hanya dosen atau guru di sekolah, kita semua harus menjadi guru," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengamini penjelasan dari Deputi Agus Sartono. Dia mengatakan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga tanggung jawab semua unsur masyarakat. Menurut dia, masa pandemi ini memiliki hikmah untuk membuat gerakan agar semua orang bisa menjadi guru untuk anak-anak agar proses pendidikan tidak terhenti meskipun terdapat beragam kendala.

Menurut Imam, untuk melakukan hal itu perlu adanya mapping untuk memilih orang terbaik yang bisa dilibatkan untuk mengajar dan membimbing anak-anak, mulai dari lingkup keluarga seperti orang tua, kakak, saudara, serta pihak luar seperti melibatkan mahasiswa untuk melakukan praktik KKN dengan mengajar di daerah yang terkendala akses tersebut.

"Oleh karena itu mapping menjadi sangat penting. kalau orang terididik atau istilahnya champion bisa digerakan maka memunculkan sekampung bisa menyelamatkan anak kita. Katakan saja guru tak memiliki akes internet tapi dia punya mitra di wilayah anak didik mereka bahkan kakak dan orang tuanya yang lebih bertanggung jawab," jelas Imam.

Untuk hambatan teknologi, tim dari Yayasan Nurani Dunia telah mengembangkan inovasi pemanfaatan TIK sederhana Pemanfaatan TIK sederhana ini telah diterapkan di SMP N 3 Tegalwaru dan SMK N 1 Tegalwaru Purwakarta. Pengembangan dan implementasi inovasi TIK sederhana ini dikawal oleh Kemenko PMK yang bekerja sama dengan aktivis pendidikan ITB dan UNPAD.  

Inovasi yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan perangkat sederhana untuk media pembelajaran oleh guru seperti memanfatakan TV. Dengan dikoneksikan ke Handphone atau laptop agar anak-anak yang memiliki kendala ketidakmampuan memiliki gawai bisa melakukan belajar secara berkelompok dan dengan protokol kesehatan di bawah bimbingan guru.

Selain itu, Yayasan Nurani Dunia juga melakukan sosialisasi kepada guru agar bisa menyiapkan konten belajar yang interaktif agar peserta didik tidak merasa bosan dan lebih mudah memahami dalam proses belajar. Pelibatan keluarga, sampai mahasiswa juga diperlukan untuk membimbing peserta didik. Inovasi ini bisa menjadi alternatif dalam proses PJJ dan bisa diterapkan oleh pihak sekolah. (*)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA