Tentang Teori Rasionalitas Terbatas Herbert Simon – Karya-karya Herbert Simon banyak menyinggung persoalan rasionalitas terbatas. Simon menggunakan istilah rasionalitas terbatas maze tempat yang penuh dengan jalan dan lorong berliku-liku serta simpang siur. Pada kenyataannya, ketika orang berada di maze, ia akan sulit melihatnya dari atas helikopter untuk menyurvei semua pilihan dari sudut pandang seorang pemain olimpiade.
Orang tidak dapat membaca kemungkinan atau sulit mengetahui tingkat probabilitas hasil yang diberikan dari pilihan orang lain. Setiap orang tidak memiliki kapasitas komputasional untuk menentukan suatu hasil yang optimal, bahkan bila ia memiliki informasi mengenai hal ini. Oleh karenanya, kapasitas seseorang untuk perilaku rasional sangatlah terbatas dalam banyak dimensi.
Teori Rasional Terbatas seolah menyangkal pendapat James Buchanan tentang Teori Pilihan Rasional. Menurut Teori Pilihan Rasional adalah sebuah pilihan yang rasional jika seseorang terjun ke dunia politik, terutama untuk memperjuangkan kepentingan pribadinya.
Sementara, Simon dalam Teori Rasional Terbatas menyatakan bahwa pilihan rasional para politikus yang memperjuangkan kepentingan pribadi atau golongan lebih utama daripada kepentingan masyarakat, akan secara otomatis atau alamiah dibatasi.
Simon menuangkan pemikirannya dalam Administrative Behavior; A Study of Decision-Making Processes in Adminintrative Organization, yang tak lain merupakan disertasi doktoralnya.
Sebuah buku yang mengkaji tentang pengambilan keputusan berdasarkan pilihan rasional dan sesuai dengan tujuan dari sebuah organisasi, di mana pilihan tersebut akan memiliki konsekuensi logis terhadap tindakan perseorangan dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Proses pembuatan keputusan administrasi dipengaruhi oleh tingkat koordinasi, keahlian dan tanggung jawab pemangku jabatan, serta pelatihan yang mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan. Oleh karena itu, perlu keseimbangan antara kepentingan individu dan tujuan yang ingin dicapai organisasi.
Beberapa prinsip administrasi yang diakui antara lain sebagai berikut :
- Efisiensi administrasi ditingkatkan melalui spesialisasi.
- Efisiensi ditingkatkan dengan membagi anggota kelompok dalam suatu hierarki wwenang yang pasti.
- Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mempersempit rentang kendali.
- Efisiensi ditingkatkan dengan pengelompokan pekerjaan dan maksud pengawasan berdasarkan tujuan, proses, pelanggan, atau tempat.
Simon mengajukan gagasan mempertimbangkan rasionalitas dalam perilaku administratif. Idealnya, Simon menunjukkan bahwa semua pengambilan keputusan akan mengikuti proses seperti mata rantai. Namun, sistem di lapangan jarang sesederhana ini, dan orang tidak selalu berakhir dengan mempertimbangkan perilaku alternatif.
Waktu, pengetahuan, dan kelompok mempengaruhi perilaku. Sementara, rasionalitas secara kasar didefinisikan sebagai perhatian atau keberpihakan pada pemilihan perilaku tertentu dari suatu sistem nilai yang dapat dievaluasi.
Secara ringkas, Simon menjelaskan bahwa banyak keputusan dibuat dengan mengabaikan aspek rasionalitas yang diperhatikan dalam dunia ekonomi. Hal ini berbeda dengan rasionalitas dalam administrasi publik yang disebutnya sebagai rasionalitas terbatas (bounded rationality).
Pengambilan keputusan dengan rasionalitas yang terbatas ini terjadi karena keterbatasn dalam memperoleh informasi yang valid dan sifat yang kompleks dari informasi itu sendiri.
Teori keputusan adalah konsep rasionalitas administrasi yang efisien. Dalam konteks ini, Simon menjelaskan “Ketetapan keputusan administrasi adalah persoalan yang relatif tepat, jika memilih cara-cara untuk tujuan yang ditentukan.
Administrator rasional berkenaan dengan seleksi cara-cara efektif ini. Dalam proses pembuatan keputusan, alternatif dipilih yang dianggap sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun, tujuan itu sendiri sering hanya instrumental bagi tujuan yang lebih final.
Ingin tahu lebih jauh siapa Simon? Silahkan baca artikel sejarah Biografi singkat Herbert Alexander Simon. Semoga menjadi catatan penting tokoh-tokoh penemu di dunia.
35
ZIARAH PEMIKIRAN HERBERT ALEXANDER SIMON
Oleh
Hadi Sumarsono
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
ABSTRAK
Melalui telaah kritis dari berbagai literature, tulisan ini bertujuan untuk
merenungkan kembali pemikiran salah seorang yang memberikan konstribusi
besar dalam perkembangan ilmu manajemen yaitu Herbert Alexander Simon.
Melalui teori bounded rationality, Simon telah berhasil memberikan konstribusi
besar dalam menjawab bagaimana perilaku manusia dalam pengambilan
keputusan dan bagaimana manusia menyelesaikan masalah. Dengan
mempelajari pemikiran Herbert A. Simon ini, tulisan ini mengajak kita
merefleksikan kembali konsep rasionalitas yang kita terima selama ini.
Kesadaran atas keterbatasan rasionalitas penting untuk membangun cara berfikir
yang lebih rasional.
Keyword: Bounded rationality, Herbert A. Simon, Sejarah pemikiran.
Pendahuluan
Pada bulan Oktober 1978 Royal
Swedish Academy of Sciences
menghadiahkan penghargaan Nobel
Ekonomi pada profesor ilmu computer dan
psikologi dari Carnegie Mellon University.
Profesor tersebut bernama Herbert
Alexander Simon. Pada saat itu,
penghargaan tersebut dianggap aneh dan
tidak wajar. Perhargaan ini merupakan
satu-satunya penghargaan nobel ekonomi
yang diberikan pada ilmuan yang tidak
mempunyai latar belakang ekonomi (Hunt,
1980). Apa yang menjadi gagasan Simon
sehingga dia mendapatkan penghargaan
tertinggi dalam bidang keilmuan tersebut?
Simon banyak menghabiskan
waktunya untuk mengkaji dan memahami
bagaimana perilaku manusia dalam
membuat keputusan dan memecahkan
masalah. Dalam pemikirannya, Ia sadar
akan besarnya konstribusi metode
kuantitatif, namun dia juga yakin akan
pentingnya nilai dalam pengambilan
keputusan. Meskipun percaya bahwa
akademik dan teoritikal berperan dalam
dunia nyata serta mampu memberikan
konstribusi dalam praktek administrasi,
namun Simon tidak puas akan hal itu.
Simon menginginkan bukti dari sumber
yang lebih relevan yang tidak hanya
disiplin ilmu social tetapi juga filsafat.
Simon banyak mengkritisi
pandangan rasionalitas tradisional dalam
perilaku pengambilan keputusan namun
dia juga tidak menentang pandangan
rasionalitas. Pada saat itu pandangan
rasionalitas tradisional banyak diadopsi
oleh para ekonom. Salah satu artikelnya
yang berjudul “On how to decide to do”
36
merupakan artikel yang mengkritik
ekonom tradisional pada saat itu. Simon
mengatakan bahwa ekonom tradisional
terlalu focus pada “what decision are
made”dan tidak menekankan pada “how
decision are made”. Hal inilah yang
menjadikan salah satu sebab mengapa
ekonom mempunyai kesan yang buruk
pada saat itu.
Simon sebenarnya juga mengakui
bahwa perilaku manusia pada dasarnya
mempunyai komponen rasionalitas namun
hanya pada kehidupan keseharian dan
bukannya pada maksimisasi dalam kajian
ekonomi (Hunt, 1980). Beberapa ekonom
terbaik seperti Jascha Marchak, Kenneth
Arrow, Paul Samoelson, Tjalling
Koopmans, Milton Friedman, George
Stigler, Oskar Morgenstern, dan Franco
Modigliani tidak setuju dengan beberapa
teori Simon, namun mereka juga tidak
ragu-ragu dengan ke-rigor-an teori Simon
tersebut (Larkey, 2003).
Karena pemikirannya itu, Herbert
A. Simon menjadi salah satu pemikir yang
paling berpengaruh di bidang
pengambilan keputusan. Simon juga
dikenal sebagai pendiri dan kontributor di
berbagai bidang interdisipliner.
Pendekatan interdisipliner Simon dalam
kajian manajemen menjadikannya tokoh
penting dalam berbagai bidang disiplin
ilmu. Model bounded rationality yang dia
kembangkan menjadi dasar
berkembangnya artificial intelligent di
bidang ilmu computer, administrasi public,
teori organisasi dan ekonomi (Augier &
March, 2001).
Tulisan ini bertujuan untuk
mengeksplorasi sejarah kehidupan dan
pemikiran Herbert Alexander Simon dalam
bidang ekonomi manajemen. Tulisan ini
juga memaparkan bagaimana gagasan
Simon mengenai bounded rationality
mampu mendobrak pemikiran rationalitas
yang menjadi mainstream di bidang
ekonomi. Dengan menyelami sejarah
kehidupan dan pemikiran Herbert
Alexander Simon, diharapkan dapat
memberikan tambahan wawasan
mengenai sejarah perkembangan
pemikiran manajemen.
Karena banyaknya pemikiran
Simon yang tersebar di berbagai bidang,
kajian ini hanya dibatasi pada sejarah
pemikiran bounded rationality. Peneliti
tidak membahas secara khusus teori-teori
lain yang berkembang sebagai dampak
konstribusi dari teori bounded rationality.
Tulisan ini juga tidak membahas karya-
karya Simon dalam disiplin ilmu lainnya
seperti ilmu computer dan artificial
intelegent.
Riwayat Singkat Kehidupan Herbert
Alexander Simon
Herbert Alexander Simon lahir
pada tanggal 15 Juni 1916 di Milwauke,
Wisconsin , Amerika Serikat. Ayahnya
bernama Arthur Simon (1881-1948),
seorang insinyur listrik dan juga seorang
penemu yang mendapatkan berbagai hak
paten. Selain itu ayah Simon juga seorang
pengacara hak paten yang independen.
37
Edna Marguerite Merkel, nama ibu simon
adalah seorang pianis yang handal.
Nenek moyang Ibu Simon berasal dari
Praha dan Cologne, berlatar belakang
pembuat piano dan tukang emas. Orang
tua simon adalah keturunan Yahudi,
Lutheran dan berlatar belakang Katolik.
Semasa kecil Herbert Simon
bersekolah di sekolah umum di
Milwaukee. Pemikiran Simon muda
terpengaruh dengan bibinya yang
bernama Herold Merkel yang pernah
belajar ekonomi di University of
Wisconsin-Madison dibawah Jophn R.
Commons. Pemikiran Simon juga
terpengaruh melalui buku-buku ekonomi
dan psikologi milik pamannya. Pada
awalnya simon terpengaruh dan
mengutiop buku teks ekonomi Richard
Ely‟s, norman Angell yang berjudul The
Great Illusion (Ilusi Agung). Beliau juga
terpengaruh buku Henry George berjudul
Progress and Poverty (Kemajuan dan
Kemiskinan).
Pada tahun 1933, Simon kuliah di
University of Chicago, mempelajari ilmu-
ilmu social dan matematika. Sebenarnya
Simon tertarik untuk belajar Biologi namun
karena buta warna dan merasa canggung
di laboratorium dia memilik focus pada
bidang ilmu politik dan ekonomi. Ia
memilih kuliah di University of Chicago
karena universitas dianggapnya tersebut
mempunyai intense dan atmosfir keilmuan
yang kuat. Simon mempunyai keinginan
untuk belajar ekonomi dan mengambil
kursus akuntansi namun ia berpindah ke
ilmu politik dan akhirnya menekuni
administrasi public (Augier & March,
2001).
Sekitar tahun 1930an telah terjadi
depresi besar yang menyebabkan
perekonomian dan politik sedang tidak
sehat. Simon melihat dirinya dan teman-
teman kualiahnya sebagai “intensely
political animal”. Saat itu entusiasme
untuk mempelajari politik kurang poluler
dibanding dengan administrasi/
organisasional/ konsep, perencanaan
yang dibutuhkan dalam demokrasi. Pada
saat itu, koordinasi rasional dibutuhkan
untuk demokrasi yang efektif dan
dibutuhkan pengaplikasian metode
perencanaan rasional untuk
mengalokasikan sumberdaya masyarakat.
Tahun 1935 Simon menulis makalah yang
berkenaan dengan pemerintah sehingga
diajak untuk asisten peneliti pada
International City Manager‟s Association.
Melalui pembimbingan dari Henry
Schultz, pada tahun 1936 Simon
menerima gelar BA. Kemudian dia
menjabat sebagai direktur sebuah
kelompok riset di University of California,
Berkeley pada tahun 1939 dan berakhir
pada tahun 1942. Selanjutnya, Simon
bergabung dengan Fakultas Illinois
Institute of Technology dan mendapat
gelar professor ilmu politik di universitas
tersebut. Pada tahun 1943 mendapatkan
gelar Ph.D bidang ilmu politik dari
University of Chicago. Pada saat itu dia
belajar dibawah asuhan Harold Laswell
dan Charles Edward Merriam.
38
Pada tahun 1949, Simon
mendapatkan gelar professor di bidang
administrasi dan menjabat sebagai ketua
departemen manajemen industry pada
Carnegie Tech (sekarang menjadi
Carnegie Mellon University). Kemudian
Simon kembali ke Chicago dan
berpartisipasi dalam seminar yang
diselenggarakan oleh staf Komisi cowls
termasuk nama-nama seperti Trygve
Haavelmo, Yakub Marschak dan
Koopmans Tjalling. Pada saat itulah
Simon mulai belajar secara lebih
mendalam mengenai ekonomi. Marschak
mengajak simon untuk membantu
studinya dengan Sam Schurr mengenai
“Efek Ekonomi Prospektif Energi Atom.
Pada tahun 1975, bersama Allen
Newell (mahasiswa doctoral
bimbingannya) Simon mendapat
penghargaan Turing Award dari ACM atas
jasanya dalam memberikan konstribusi di
bidang artificial intelligent (kecerdasan
buatan), psikologi manusia dan ilmu
komputer. Penghargaan Nobel di bidang
ekonomi dia dapatkan pada tahun 1978
atas penelitiannya yang berjudul “Decision
Making Process”. Salah satu konsep
temuannya yang penting di bidang
pengambilan keputusan adalah konsep
bounded rationality (rasionalitas terbatas)
dan satisficing (keterpuasan).
Simon telah banyak mendapatkan
penghargaan di bidang artificial intelligent,
psikologi kognitif, ilmu komputer, ekonomi
dan ilmu politik. Semasa hidupnya Simon
memperoleh 24 gelar doctoral dari
berbagai fakultas dan universitas
termasuk Harvard University, Columbia
University, Yale University, and the
University of Chicago. Simon telah
menulis 27 judul buku dan hampir 1000
artikel dari berbagai bidang disipllin ilmu.
Sampai akhir hanyatnya, dia tetap
mengajar di berbagai fakultas di Carnegie
Mellon University. Herbert Alexander
Simon meninggal pada tanggal 9 Februari
2001 di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika
Serikat. Riwayat hidup singkat Simon
dapat diringkas dalam table 1.
Tabel 1. Daftar Riwayat Singkat Herbert
Alexander Simon
Milwaukee, Wisconsin,
Amerika Serikat, tanggal 16
Juni 1916
Pittsburgh, Pennsylvania,
Amerika Serikat, tangal 9
Februari 2001
artificial intelligent, psikologi
kognitif, ilmu komputer,
ekonomi dan ilmu politik
Carnegie Mellon University,
University of California
Berkeley, Illinois Institute of
Technology
Edward Feigenbaum, allen
Newell, Richarde Waldinger
Logic Theory Machine,
General Problem Solver,
Bounded Rationality.
Administrative Behavior
(1947), Model of Man (1957),
Organizations (1959), Model
of Though (1979, 1989),
Model of Bounded Rationality
(1982), Model of My Life
(1991), The Sciences of the
Artificial (1996)
Turing Award (1975), Nobel
Prize in Economics (1978),
National Medal of Science
(1986), Von Neumann Theory
Prize (1988)
39
Perilaku Administrasi dan Pengambilan
Keputusan
Teori perilaku adminstrasi
(Administrative Behavior) merupakan
karya pertama kali dari pemikiran Herbert
A. Simon dan mungkin menjadi buku
terbaik dari 27 buku yang ditulisnya. Buku
yang yang diterbitkan pada tahun 1947 ini
merupakan disertasi Simon yang berjudul
“Administrative Behavior: A Study of
Decision-making Processes In
Administrative Organizations” pada
program doktor dalam bidang ilmu politik
di Universitas Chicago. Buku
Administration behavior merupakan
sebuah sebuah kajian yang membahas
berbagai perilaku manusia, kemampuan
kognitif, teknik manajemen, kebijakan
personalia, tujuan pelatihan dan prosedur,
peran khusus, kriteria untuk evaluasi
akurasi dan efisiensi, dan semua
konsekuensi dari proses komunikasi.
Buku tersebut mengkritik teori yang ada
dalam administrasi public dan
memberikan pendekatan baru dalam
proses pengambilan keputusan. Simon
menekankan pada proses perilaku dan
kognitif manusia dalam memilih alternative
dalam membuat keputusan rasional.
Konstribusinya untuk teori administrasi
adalah diskripsi situasi dan bagaimana
membuat diagnosis situasi tersebut, serta
pembuatan bobot untuk criteria
pembuatan keputusan.
Dalam bukunya, Simon
menggambarkan hubungan antara
pengambilan keputusan yang efektif dan
administrasi organisasi. Simon
mengatakan bahwa administrator tidak
menyelesaikan apa-apa dibandingkan
dengan operator di lapangan.
Administrator mempengaruhi pencapaian
tujuan suatu organisasi melalui keputusan
yang mereka buat. Ada perbedaan antara
keputusan dan tindakan. Proses
pembuatan keputusan administrasi
dipengaruhi tingkat koordinasi, keahlian
dan tanggung jawab pemangku jabatan.
Pelatihan juga mempengaruhi kualitas
pembuatan keputusan. Oleh karena itu
diperlukan keseimbangan antara
kepentingan individu dan tujuan
organisasi yang ingin dicapai. Suatu
keputusan administrasi harus benar dan
efisien serta praktis.
Simon memberikan gambaran
mengenai masalah-masalah yang
dihadapi oleh teori administrasi yaitu
perbedaan antara spesialisasi dan
kesatuan perintah. Kemudian Simon juga
menunjukkan pertentangan yang muncul
dari gagasan klasik mengenai rentang
kendali yang terbatas. Simon berpendapat
bahwa rentang kendali berbanding terbalik
dengan jumlah birokrasi dalam organisasi.
Selain menentang beberapa pandangan
klasik, Simon mengakui bahwa efisiensi
administrasi dapat ditingkatkan melalui
spesialisasi, membagi anggota kelompok
dalam suatu hirarki wewenang yang pasti,
mempersempit rentang kendali, serta
mengelompokkan pekerjaan dan maksud
pengawasan berdasarkan tujuan, proses,
pelanggan atau tempat. Meskipun di sisi
40
lain harus diperhatikan juga rivalitas
antara tujuan organisasi dan pelanggan,
ambiguitas tujuan dan kesenjangan
criteria.
Menurut Simon, keputusan dapat
diukur dengan dua criteria yaitu: Pertama,
kecukupan mencapai tujuan yang
diinginkan. Kedua, efisiensi pada hasil
yang diperoleh. Banyak anggota
organisasi menekankan pada kecukupan
saja, tetapi manajemen administrasi
secara keseluruhan harus memiliki
perhatian khusus pada efisiensi atas hasil
yang ingin dicapai. Efisiensi adalah fungsi
dari factor yang digunakan untuk
meminimalkan pengeluaran atau investasi
dan memaksimalkan hasil dari produk
akhir. Beberapa kritik dari criteria ini
adalah hal tersebut dapat menciptakan
sebuah mentalitas untuk menghalalkan
segala cara. Efisiensi dapat menjadi
terlalu mempertimbangkan minimalisasi
biaya sarana dan mengabaikan produk
akhir.
Kriteria efisiensi menuntut bahwa
dari dua alternative yang memiliki biaya
yang sama, salah satu yang dipilih akan
mengarah pada pencapaian yang lebih
besar pada tujuan organisasi. Jika dua
alternative mempunyai tingkat pencapaian
yang sama maka salah satu yang dipilih
adalah alternative yang mempunyai biaya
yang lebih kecil. Keputusan administrasi
didasarkan pada batasan yang diberikan
pada sumberdaya yang tersedia. Pilihan
yang tersedia selalu melibatan biaya
berupa uang yang bisa diukur namun
sebenarnya memiliki nilai-nilai yang
berbeda sehingga timbul pertanyaan
mengenai bagaimana membandingkan
nilai-nilai yang dicapai oleh berbagai
alternative tindakan tersebut? Menurut
Simon nilai organisasi merupakan
persepsi tentang kata “ nilai sosial”,
konflik, impersonalitas dalam keputusan
organisasi, makna identifikasi, psikologi
identifikasi, identifikasi dan kecukupan.
Perobakan identifikasi juga dapat
dilakukan melalui spesialisasi, alokasi
fungsi pengambilan keputusan dan tipe-
tipe psikologi dalam pengambilan
keputusan.
Perencanaan merupakan perintah
yang kompleks karena berasal dari
subordinat yang melatih otoritasnya agar
berpengaruh pada perilaku bawahannya.
Tingkat pengaruh tercermin dalam
keputusan satu orang yang menguasai
setiap aspek perilaku orang lain. Biasanya
pengaruh hanya memberi keleluasaan
pada apa yang dikerjakan dan bukan
pada bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Jika keterbatasan tersebut
disadari, seharusnya lebih dari satu
perintah dapat menentukan satu
keputusan tertentu dengan syarat tidak
ada dua perintah yang menjangkau
premis yang sama. Perencanaan dan
peninjauan dalam proses pengambilan
keputusan merupakan hal yang terpadu
dan mempunyai dua teknik. Pertama,
adalah pada perencanaan para spesialis
diarahkan pada suatu masalah sebelum
dibuat keputusan. Kedua, peninjauan
41
seharusnya menjadikan individu yang
ditunjuk mempertanggungjawabkan dan
memberikan alasan-alasan internal
maupun eksternal atas keputusan
tersebut. Menurut Simon, kesatuan
perintah tidak dapat dihindari karena
sentralisasi (pemusatan) juga memberikan
keuntungan-keuntungan koordinasi
organisasi, keahlian dan tanggung jawab
namun biaya sentralisasi juga tidak boleh
dilupakan.
Dasar Pemikiran Simon dalam
Bounded rationality
Berdasarkan pandangan teori
klasik dan neoklasik, pengambilan
keputusan merupakan cara memilih
alternatif yang menghasilkan konsekuansi
yang mungkin akan terjadi. Cara tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa
langkah antara lain, mengidentifikasi
daftar semua alternative, kemudian
menentukan semua konsekuensi dari
setiap alternative dan akhirnya
membandingkan kebenaran dan efisiensi
dari setiap konsekuensi. Pandangan teori
neoklasik mungkin merupakan awal yang
baik dalam pemikiran mengenai proses
pengambilan keputusan yang rasional,
namun kelemahan utama dalam
pemikiran ini adalah pengambil keputusan
lebih dianggap sebagai pengamat
daripada sebagai actor utama.
Pandangan teori neoklasik tersebut juga
mengesampingkan batasan yang ada
dalam proses pencarian informasi yang
meliputi batasan waktu, biaya, budaya
dan lain sebagainya(Kalantari, 2010)..
Dalam prakteknya langkah-
langkah dalam proses pembuatan
keputusan membutuhkan asumsi-asumsi
antara lain (Barros, 2010):
- Rasionalitas memerlukan
pengetahuan dari semua
alternative perilaku yang
memungkinkan namun hanya
beberapa alternative saja yang
dipertimbangkan.
- Rasionalitas membutuhkan
pengetahuan yang penuh dan
konsekuensi masa depan yang
ditimbulkan dari semua alternative
namun pengetahuan tersebut
selalu terfragmentasi.
- Penilaian mengenai konsekuensi
setiap alternative membutuhkan
prediksi sedangkan prediksi
tersebut tergantung pada imajinasi.
Ada perbedaan teori dan praktek
dalam menjelaskan perilaku pengambilan
keputusan. Menurut Simon, perilaku
manusia dalam proses pengambilan
keputusan banyak yang tidak rasional.
Keputusan melibatkan pilihan sejumlah
alternative yang diarahkan pada tujuan
akhir organisasi. Pilihan realistis akan
memiliki konsekuensi nyata yang terdiri
dari tindakan personil dan non tindakan
yang dimodifikasi oleh fakta-fakta
lingkungan dan nilai-nilai. Dalam
prakteknya, beberapa alternative
keputusan mungkin dipilih secara sadar
maupun tidak sadar, beberapa
konsekuensi mungkin tidak diinginkan,
informasi yang terkait mungkin tidak
42
lengkap dan terperinci. Sehingga setiap
orang atau organisasi tidak akan pernah
dapat memenuhi semua persyaratan
dalam setiap langkah dalam pengambilan
keputusan. Menurut Simon, tidak mungkin
seseorang dapat mengetahui semua
alternative atau semua konsekuensi dari
setiap alternative. Setiap orang
mempunyai batasan dalam memperoleh
semua informasi.
Pertanyaan yang muncul
kemudian, adakah teknik lain atau
perilaku individu atau organisasi yang
dapat memperoleh hasil terbaik dari suatu
proses pengambilan keputusan? Simon
mengatakan bahwa manusia berjuang
untuk rasionalitas dan dibatasi atas
pengetahuannya dengan
mengembangkan beberapa prosedur
yang sebagian besar mengalami
kesulitan-kesulitan. Prosedur tersebut
mengasumsikan bahwa seseorang dapat
mengisolasi dari seluruh realitas di dunia
dengan system tertutup yang terdiri dari
sejumlah variable dan jangkauan yang
terbatas dari suatu konsekuensi.
Untuk menemukan model yang
lebih baik bagi manusia dalam
pengambilan keputusan, Simon
melibatkan diri dengan disiplin ilmu lain di
luar disiplin ilmu administrasi. Simon
menggunakan matematika untuk
menjelaskan fenomena social. Dengan
kata lain, ia bersikeras membuat ilmu
“administrasi” agar pembuatan keputusan
administrasi menjadi lebih rasional
(Kalantari, 2010) Simon percaya bahwa
pembuatan keputusan merupakan proses
yang kompleks yang melibatkan banyak
factor dalam organisasi.
Simon membedakan antara fakta
dan nilai dalam pengambilan keputusan.
Fakta dapat diuji proposisi. Fakta
merupakan pernyataan etis yang mungkin
timbul dari dalam organisasi dan
melibatkan kata-kata seperti “harus” dan
”seharusnya”. Suatu keputusan ada yang
mengandung fakta dan komponen etika
sehingga tidak dapat dievaluasi sebagai
“benar” atau “salah”. Suatu keputusan
hanya bisa dinilai oleh pencapaian tujuan
atau “nilai-nilai”.
Dalam menjelaskan prilaku
manusia dalam pengambilan keputusan,
Simon banyak dipengaruhi oleh Chester
Irving Barnard. Barnard menekankan
proses pengambilan keputusan dalam
organisasi dan ia mengakui keterbatasan
manusia dalam melakukan proses
tersebut. Simon juga dipengaruhi dengan
pemikiran Pareto yang menyatakan
perbedaan tipe perilaku manusia. Pareto
mengatakan ada tiga perbedaan tipe
perilaku manusia yaitu logical, non logical
dan illogical. Pareto menggunakan tujuan
individu atau organisasi sebagai dasar
untuk memisahkan perilaku yang
berkonstribusi dalam pencapaian tujuan
organisasi. Manusia rasional dianggap
benar-benar logical (logis) sebaliknya
perilaku illogical (yang tidak logis) tidak
memiliki akar dalam rasionalitas.
Sedangkan perilaku non logical (non-
logis) adalah perilaku yang didasarkan
43
pada tujuan dan rasionalitas namun
perilaku mereka terganggu dengan apa
yang dinamakan Pareto sebagai
“sentiment and residues”. Gagasan Pareto
mengenai tipe perilaku menentang ide
rasionalitas penuh dan menjadi dasar
pemikiran Simon dalam Bounded
Rationality (Kalantari, 2010)
Bounded Rationality Dalam
Pengambilan Keputusan
Simon mengembangkan konsep
Bounded Rationality yang menentang
rasionalitas dalam pengambilan
keputusan. Istilah bounded rationality
pertama kali muncul dalam buku simon
yang berjudul “Models of man, social and
rational” tahun 1957 (Barros, 2010).
Bounded Rationality menekankan pada
batasan kognitif dan berpendapat bahwa
hasil pengambilan keputusan hanya
merupakan pilihan yang “satisficing” yang
menjamin bahwa keputusan yang diambil
bukanlah keputusan yang “optimal”.
Bounded rationality memberikan awal
yang baik bagi pemikiran ekonomi tanpa
meninggalkan teori neoklasik yang telah
memberikan dasar dalam menjelaskan
perilaku pengambilan keputusan.
Simon menggunakan kelemahan
rasionalitas pengambilan keputusan untuk
membangun model bounded rationality.
Perilaku dalam proses pengambilan
keputusan dibatasi oleh kemampuan
kognitif (kebiasaan, nilai-nilai,
pengetahuan, referansi, dan lain
sebagainya) serta batasan dari aspek
eksternal (factor lingkungan) sehingga
keputusan yang dipilih tidak dapat
dioptimalkan. Simon tidak mengatakan
bahwa model rasionalitas mempunyai
kesalahan premis dan percaya bahwa
pembuat keputusan harus menekankan
keputusan yang lebih rasional dengan
mempertimbangkan factor lingkungan.
Bounded rationality awalnya
diperkenalkan sebagai konsep psikologi
yang menjelaskan bagaimana pikiran
manusia bekerja. Karena keterbatasan
yang ada maka pengambil keputusan
harus melakukan dua hal. Pertama,
pembuat keputusan harus
menghubungkan dengan “aspiration level”
yang sepakat dengan cara bagaimana
pembuat keputusan mengeksplorasi
alternatif untuk dipilih. Mengikuti hal ini,
pembuat keputusan harus menyesuaikan
seperangkat alternative karena tidak
dapat memperoleh hasil yang optimal.
Penyesuaian seperangkat alternative
adalah suatu elaborasi dan merupakan
bagian penting dalam proses
pengumpulan informasi. “Aspiration level”
dihubungkan dan didasarkan pada
pengalaman masa lalu pembuat
keputusan. Dalam prosesnya, pembuat
keputusan menggunakan pengalaman
masa lalu untuk membentuk ekspektasi
apa yang akan didapat. Kedua, Simon
menggunakan ilmu kognitif untuk
menunjukkan alternative baru yang dapat
digali melalui pencarian heuristic (heuristic
search). Heuristic search membantu
manusia untuk mengembangkan
alternative pilihan menjadi lebih realistic.
44
Proses pencarian informasi dilakukan
dengan menggunakan “stop rule”.
Heuristic search merupakan cara
bagaimana pencarian informasi dihentikan
dan alternative keputusan dipilih.
Pembuat keputusan akan memilih
alternative yang memuaskan dan
bukannya alternative yang optimal.
Alternatif yang memuaskan tidak akan
diturunkan ketika “aspiration level”
dilakukan sampai satu alternative dipilih.
Ketika pembuat keputusan menganggap
alternative yang dipilih sudah dapat
memuaskan (satisficting) maka proses
pencarian akan dihentikan. Aspiration
level akan meningkat ketika proses
pencarian menemukan alternative baru
dan akan menurun ketika proses
pencarian menjadi tidak produktif. Simon
memodelkan proses pengambilan
keputusan melalui “heuristic search” dan
“stop rule” sama seperti “adjusted
aspiration” sebagai “satisficting” Model
bounded rationality merupakan model
sederhana yang mampu menjadikan
praktek proses pengambilan keputusan
menjadi lebih realistis.
Simpulan
Pemikiran Simon telah banyak
memberikan konstribusi terhadap
berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Gagasan-gagasan Simon banyak
digunakan sebagai dasar dalam
mengembangkan ilmu computer,
psikologi, ekonomi, manajemen,
administrasi, organisasi dan lain
sebagainya. Melalui penjelasan mengenai
bagaimana manusia berfikir, Simon
menunjukkan bahwa rasionalitas manusia
terbatas. Konsep bahwa rasionalitas
manusia terbatas merupakan pemikiran
yang menentang pandangan rasionalitas
yang menjadi mainstream ekonomi.
Maksimisasi tidak sepenuhnya rasional.
Sebagai gantinya manusia sebenarnya
mencari hal yang “dirasa” dapat
memuaskan (satisficting)
Salah satu pelajaran yang dapat
dipetik dari ziarah kehidupan dan
pemikiran Herberg Alexander Simon
adalah bahwa ilmu terus mengalami
perkembangan. Kajian suatu bidang ilmu
perlu dihubungkan dengan bidang ilmu
lainnya namun manusia mempunyai
keterbatasan untuk menghubungkan
semua bidang ilmu. Pemikiran manusia
dibatasi oleh pengetahuan, pengalaman,
kebiasaan, nilai, lingkungan serta yang
lain sebagainya. Ilmu pengetahuan tidak
akan pernah bisa menjawab semua
pertanyaan di dunia ini. Ilmu pengetahuan
hanya akan bisa “memuaskan”
keingintahuan manusia terbatas pada
ruang lingkupnya. Dengan menyadari
keterbatasan rasionalitas maka manusia
dapat berfikir lebih rasional.
45
Daftar Pustaka
Augier, M., and March, J., G., 2001,
Remembering Herbert A. Simon
(1915-2001), Public Adminstration
Review Vol. 61 No. 4. July/August.
Barros, Gustavo, 2010, Herbert A. Simon
and The Concept of Rationality:
Boundaries and Procedures.
Brazilian Journal of Political
Economy, vol 30, no 3 (119), pp
455‑472, July‑September.
Hunt, N. C., 1980, Herbert Simon
Appreciation and Aspiration,
Managerial and Decision
Economics, Mar Vol: 1, No. 1 March.
Kalantari, B., 2010, Herbert A. Simon on
Making Decisions: Enduring Insights
and Bounded Rationality, Journal of
Management History Vol. 16 No. 4,
2010 pp. 509-520
Larkey, P. D., 2003, Ask a Simple
Question: Retospective Herbert
Alexander Simon, Policy Science,
Vol.35 No. 3.
The Sveriges Riksbank Prize in Economic
Sciences in Memory of Alfred Nobel
1978, Herbert A. Simon.
Autobiography. Diaskses dari
//www.nobelprize.org/nobel_priz
es/economics/laureates/1978/simon-
autobio.html