Bacalah puisi berikut ini majas yang terdapat dalam baris ke 8 pada puisi tersebut adalah

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Jalan Kedoya Raya Kebon Jeruk Jakarta Barat

Website :www.sma 57. sich.id – E-mail : .

KUNCI ULANGAN  HARIAN  SEMESTER  GENAP

TAHUN PELAJARAN 2016-2017

Mata Pelajaran                        :  Bahasa  Indonesia

Satuan Pendidikan                  :  SMA Negeri 57 Jakarta

Kelas/Program                         :  X MIA dan IPS

Hari/Tanggal                           :  Selasa, 18 April 2017

MAJAS METAFORA DALAM PUISI

1.      Berikut ini yang termasuk bentuk metafora adalah .…

A. Bagaikan pinang dibelah dua mereka bersama

B. Lelaki itu selalu bertindak seperti menepuk air di dulang, terciprat muka sendiri.

C. Kata-katanya tajam seperti pisau yang terasah

D. Kembang desa itu telah tiada di makan penghujung malam

E. Angkasa raya meniup ribuan angina

Pahami pembentukan majas metafora!

Bagaikan pinang dibelah dua mereka bersama. (majas simile) Lelaki itu selalu bertindak seperti menepuk air di dulang, terciprat muka sendiri. (majas simile) Kata-katanya tajam seperti pisau yang terasah. (majas sinestesia) Kembang desa itu telah tiada di makan penghujung malam. (majas metafora)

Angkasa raya meniup ribuan angin. (majas personifikasi)

2.      Puisi di bawah ini yang mengandung metafora adalah, kecuali ….

A.   

 Ada sepi dalam kesendirian Menemani angin yang berujung pada semburat cahaya mentari

Tampak malu-malu di penghujung fajar

B.   

 Terkatung di samudra lepas dengan seteguk air yang dibagi ke dalam puluhan mulut ternganga kekeringan Hanya untuk selamatkan nyawa dan keyakinan yang kau pegang

Dari asalmu Rohingya setiap jejak adalah bahaya

C.   

 Buah tangan perantauanku adalah Cinta di bawah bayang bulan

Ketika kau menungguku sambil terlelap di bandara itu

D.   

 Awan yang berarak seperti melukiskan kisah perjalanan kita Yang kadang terserak terhempas angin

Yang kadang terhimpun memberi hujan

E.   

 Jika suaraku dapat membangunkan keingintahuanmu terhadap dunia Dengarkanlah…dengarkan semaumu

Karena suaraku takkan habis untukmu.

Pastikan bahwa bentuk metafora adalah bentuk analogi secara langsung yang sering kita dengar sebagai ungkapan!

Puisi yang tidak mengandung bentuk majas metafora adalah pilihan berikut ini. Ada sepi dalam kesendirian Menemani angin yang berujung pada semburat cahaya mentari Tampak malu-malu di penghujung fajar

Puisi ini lebih menekankan unsur personifikasi pada diksinya. Sementara pada opsi lain, terdapat beberapa bentuk metafora, seperti puluhan mulut ternganga kekeringan/kehausan,


frasa buah tangan/oleh-oleh, memberi hujan/kebahagiaan, dan suaraku/ilmu pengetahuan atau pelajaran.

3.      Perhatikan puisi di bawah ini!

Mataku matamu matakita berjauhan jauh terhempas angkasa langit dan lelautan dalam Mataku matamu airmata mataanak kita Yang tertidur tanpa ayah di sampingnya Semoga hanya malam ini saja

Karena tak seorang pun ingin darah dagingnya terlepas raga

Maksud majas metafora puisi di atas adalah ….

D.    cita-cita yang diharapkan

E.    suatu karier atau pekerjaan yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan

Tentukan terlebih dahulu frasa yang termasuk ke dalam metafora lalu pahami artinya!

Metafora yang terdapat pada puisi di atas terletak pada baris kelima, yaitu frasa darah daging. Ungkapan darah daging dimaknai sebagai anak kandung.

4.      Bacalah puisi berikut!

Hatiku … melayang jatuh Di rumput; Nanti dulu, biarkan aku sejenak Terbaring di sini; Ada yang masih ingin kupandang; Yang selama ini senantiasa luput; Sesaat adakah abadi sebelum kausapu

Tamanmu setiap pagi

Majas metafora yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang puisi di atas adalah .…

Pahami kepaduan antarkata yang dimunculkan agar terjadi keselarasan makna!

Koherensi adalah hal yang harus tercipta dalam setiap susunan kalimat atau paragraf. Untuk menciptakan koherensi, kita dapat melihat kohesi yang ada. Kata melayang yang muncul setelah bagian rumpang sudah dapat menjelaskan bahwa hal yang dimaksud haruslah yang ringan dan tipis. Dengan demikian, kata yang tepat sebagai metafora dalam puisi di atas adalah selembar daun.

5.      Perhatikan ilustrasi berikut!


Gunung Kidul adalah tempat yang terkenal tandus dan tidak subur. Saat kemarau, matahari bersinar sangat terik dan membuat lahan-lahan sekitar kering dan rakyat kelaparan.

Bentuk puisi dengan metafora yang tepat berdasarkan ilustrasi di atas adalah .…

A.      Kemarau Gunung Kidul adalah perampok 

Yang membakar dan mencuri hasil panen kami

B.   

 Gunung Kidulku yang tandus Dalam kemarau panjang

Bayang maut terhunus

C.   

 Di Gunung Kidul; Kemarau adalah perampok

Bersama raja siang di atas langit, ia kuras lumbung kehidupan

D.   

 Kemarau meracau di Gunung Kidul Mengacaukan banyak panen

Meletihkan perut kami yang sedari dulu tipis

E.   

 Matahari dan kemarau Adalah simfoni mimpi buruk di desa kami;

Gunung Kidul

Cermati bahwa setiap pemakaian diksi yang tersusun harus menggambarkan sifat dan keadaan pada ilustrasi!

Ada beberapa kata penting yang dapat dijadikan sebagai bahan pembentuk metafora, seperti Gunung Kidul, tandus, kemarau, matahari, dan kelaparan. Dengan menggunakan kata-kata tersebut, susunan metafora yang paling tepat dan lengkap ada pada bait berikut. Di Gunung Kidul Kemarau adalah perampok (membuat tandus)

Bersama raja siang (matahari) di atas langit, ia kuras lumbung kehidupan (kelaparan)

6.      Bacalah puisi berikut!

Di kota ini ada banyak tukang tambal. Di sudut kiri jalan kau kan temui tukang tambal ban. Tepat di depannya ada klinik tukang tambal gigi bergelar. Di pasar sebelah dalam kau kan bertemu tukang tambal sulam Semua berbayar. Tapi, Berjalanlah sebelum Matahari berpadu dengan garis langit. Kau kan temukan Pak Dul: Tukang tambal

aspal yang kerja tanpa dibayar.

Majas metafora yang terdapat pada puisi di atas adalah .…

D.    matahari berpadu dengan garis langit

Pahami setiap frasa dalam opsi yang memberikan analogi secara langsung terhadap kata lain yang dimaksud!

Matahari berpadu dengan garis langit adalah saat matahari mulai terlihat di ufuk timur. Jika kita melihat dari ketinggian tertentu, ada garis langit yang disebut dengan horizon. Ini menunjukkan bahwa frasa tersebut bermakna waktu fajar. Dalam hal ini, frasa tersebut berbentuk metafora.

7.      Bacalah puisi berikut!

… Tak ada yang lebih bijak Dari hujan bulan juni Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif Dari hujan bulan juni Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

(1989)-Sapardi Djoko Damono

Parafrase yang tepat terkait majas metafora hujan bulan juni di atas adalah .…

A.  Hujan ketika bulan Juni akan menghapus jejak-jejak kaki pada tanah. Hujan pun mampu memberikan nutrisi pada tanah dan pohon bunga.

B.  Seorang manusia harus memiliki sifat ikhlas dan rela berkorban demi sesama. Jadilah berbesar hati dalam menahan perasaan.

C.  Bulan Juni adalah bulan basah ketika hujan turun dengan derasnya membasahi tanah dan pepohonan.

D.  Akar pohon berfungsi menyerap air dari dalam tanah.

E.  Hujan bulan Juni adalah hujan yang bijak dan arif karena mampu membasahi sekitarnya.

Untuk memahami makna suatu metafora, perhatikan perlambangan yang muncul berdasarkan diksi yang digunakan!

Diksi yang digunakan dalam puisi di atas memiliki banyak perlambangan. Dari diksi yang digunakan, ada suatu sifat yang seperti merelakan apa yang dirasakan dan ikhlas memendam perasaan. Hal ini tampak pada dibiarkannya yang tak terucapkan/diserap akar pohon bunga itu.
Hal ini diperkuat dengan kata bijak dan arif. Dengan demikian, mana yang mendekati hal ini ada pada opsi Seorang manusia harus memiliki sifat ikhlas dan rela berkorban demi sesama. Jadilah berbesar hati dalam menahan perasaan.

8.      Bacalah puisi berikut!

Ingin sekali kupetik Secuil senja di pelupuk matamu

Ketika waktu menyeret kita ke arah yang berbeda

Maksud metafora secuil senja di pelupuk matamu pada baris kedua puisi mini di atas adalah .…

A.  perpisahan di waktu senja

B.  cahaya senja yang terpantul di mata

E.  perasaan cinta yang bergelora

Pahami sifat diksi yang menjadi bagian metafora, baik dari bentuk, warna, keadaan, ataupun kemiripan!

Senja menunjukkan waktu sore. Warna senja bisa jingga ataupun merah. Jika warna merah berada pada mata, kemungkinan besar dapat bermakna iritasi atau bisa pula menangis. Makna yang cocok tentu saja menangis.

9.      Perhatikan ilustrasi berikut!

Suatu ketika Terjadi pertemuan antara penyair hujan dan penyair celana Di taman kota, mereka saling menukar kata Penyair hujan berkata, kau masih jadi penjual celana dekat kuburan?… Terkekeh suara penyair celana sambil membalas, ya dan kau sudah ringkih masih tetap menunggu hujan? Hapuskan sendiri jejakmu, jangan suruh hujan! Tak terasa, malam sudah mengangkangi bumi

Dua penyair itu masih di sana, kini sambil mengendus kopi.

Majas metafora pada puisi di atas terdapat pada baris .…

Cermati setiap konotasi yang muncul dalam puisi di atas!

Majas metafora yang muncul dalam puisi di atas terletak pada baris ketiga, yaitu pada frasa menukar kata. Frasa ini dengan mudah kita maknai sebagai percakapan atau bincang-bincang. Dengan demikian majas metafora terdapat pada baris ke-3.

10.    Berikut ini frasa/kelompok kata yang berbentuk metafora, kecuali ....

Pahami hal-hal yang bernada ungkapan dan pastikan bentuk metafora adalah konotatif!

-Buah bibir (bermakna bahan pembicaraan = metafora) -Tangan kanan (bermakna orang kepercayaan = metafora) -Gelap gulita (bermakna sangat gelap = bukan metafora) -Cacing kepanasan (bermakna tidak bisa diam = metafora)

-Tikus senayan (bermakna koruptor = metafora)

Dengan demikian, pengecualian yang tepat adalah gelap gulita.

Menjumpai masalah dengan konten?

11.    Bacalah puisi berikut!

Buka matamu dan bangunlah Dahului matahari dan sinarnya Bangun dan basuh mukamu dengan wudu Uraian sajadahmu Jika tidak, kelak azan kan menamparmu

Karena telinga tulimu

    Majas personifikasi terdapat pada baris ....
  1. baris 6
  2. baris 5
  3. baris 4
  4. baris 3
  5. baris 1

Pahami sifat dan bentuk majas personifikasi!

Majas personifikai yang terdapat pada puisi di atas ada pada baris kelima, yaitu pada klausa azan akan menamparmu. Kata kerja menampar adalah tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia. Jika kata ini disematkan ke kata lain yang bukan manusia, seperti kata azan, hal ini akan menciptakan personifikasi.

12.    Proyek Puisi Kontemporer

Kursi diperbanyak 5.000 kursi untuk ruang tunggu yang dikosongkan. - aku berjanji bertemu denganmu tanpa diperbanyak Sepatu diperbanyak 5.000 sepatu untuk jadwal perjalanan yang dikosongkan. - kamu sudah datang sebelum aku tanpa diperbanyak Kunci diperbanyak 5.000 koper untuk gudang yang dikosongkan dan gudang yang dikosongkan - kamu seperti tukang cat menungguku tanpa diperbanyak

(Afrizal Malna)

    Jenis repetisi pada puisi di atas adalah ....
  1. epizeuksis
  2. anafora
  3. tautoles
  4. epistrofa
  5. simploke

Cermati setiap jenis dan bentuk majas repetisi! Perhatikan posisi setiap perulangan yang muncul!

Perulangan yang terjadi pada puisi di atas berada pada posisi di awal dan akhir setiap baris. Perhatikan kata diperbanyak dan dikosongkan pada setiap baris. Selain itu, pada baris ketiga dan terakhir, repetisi kembali diperkuat dengan perulangan kata kamu dan diperbanyak. Berdasarkan hal ini, jenis repetisi yang terjadi adalah simploke, yaitu perulangan di awal dan akhir.

13.    Bacalah puisi berikut!

Airmata
Oleh: Joko Pinurbo

Biarkan hujan yang haus itu .... airmata yang mendidih di cangkirmu.

(2012)

    Personifikasi yang tepat untuk bagian rumpang puisi di atas adalah ....
  1. menyeka
  2. melihat
  3. melahap
  4. memandang
  5. mengundang

Pahami kepaduan makna dalam tiap baris dan antarbaris dengan melihat kata-kata yang digunakan!

Personifikasi pada baris pertama adalah hujan yang haus itu. Kata kerja yang epat yang berhubungan dengan kata haus ada pada kata melahap. Dengan demikian, kata yang tepat untuk mengisi bagian rumpang di atas adalah melahap.

14.    Bacalah puisi berikut!

Angin mulai menggosok musim gugur Daun-daun mengering, lepas, retak Memasuki toko musim dingin jadi jaket.       Topi (sebentar: foto selfie) sarung tangan Penutup leher - - - - -> belum pengikut leher

- Afrizal Malna –

    Makna personifikasi pada baris pertama puisi tersebut adalah ….
  1. Angin dan musim gugur tanda daun mengering.
  2. Angin datang karena musim gugur.
  3. Angin pertanda datangnya musim gugur.
  4. Musim gugur pertanda datangnya angin.
  5. Musim gugur menciptakan angin yang membawa kekeringan.

Perhatikan kata kerja yang membentuk personifikasinya!

Makna personifikasi dilihat dari tindakan yang dilekatkan pada kata. Jika kata menggosok dilekatkan pada manusia, misalnya, manusia menggosok-gosokkan kayu untuk membuat api, kemungkinan besar makna angin mulai menggosok musim gugur adalah angin sebagai petanda datangnya musim gugur.

15.    Berikut ini puisi dengan repetisi epistrofa adalah ....

  1. Hari-hari lewat, pelan tapi pasti Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru Karena aku akan membuka lembaran baru

    (“Puisi Kehidupan” karya Chairil Anwar)

  2. Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan

    (“Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua pada Anaknya Berangkat Dewasa” karya Taufik Ismail)

  3. Camkanlah wahai anakku Dunia itu tak punya telinga Sekalipun kau berteriak Ia takkan mampu mendengar Dan hanya akan terus menerjang

    Bagai sapi gila yang memamahbiakkan virusnya

  4. Kekasihku tinggal nama, ia hilang Dicuri sepotong senja diam-diam, hilang Direbut lagi oleh malam, hilang Di suatu pagi kau kembali

    Hanya untuk bilang, aku takkan pulang

  5. Aku bernapas dengan suaramu dengan matamu yang bening dan dalam

    Dengan segala alunan rambutmu yang sore itu tergerai

Amati ciri majas repetisi epistrofa!

Repetisi epistrofa adalah majas yang melakukan perulangan pada akhir tiap baris. Berdasarkan pemahaman ini, dapat kita lihat puisi yang mengalami perulangan semacam itu ada pada opsi yang memperlihatkan perulangan kata hilang.

16.    Di antara puisi berikut yang mengandung majas repetisi simploke adalah ….

  1. Jika, seluruh asaku kau katakan gila Jika, goyangnya langkahku kau anggap gila Jika, nafasku yang kembang kempis juga kau bilang gila

    Kau lebih gila mau selalu perhatikan yang gila

  2. Tadi aku mampir ke tubuhmu Tapi tubuhmu sedang sepi Dan aku tidak berani mengetuk pintunya Jendela di luka lambungmu masih terbuka Dan aku tidak berani melongoknya.

    (Joko Pinurbo -Mampir- )

  3. Orang-orang miskin di jalan, Yang tinggal dalam selokan, Yang kalah di dalam pergulatan, Yang diledek oleh impian, Janganlah mereka ditinggalkan.

    (Rendra -Sajak Orang Miskin-)

  4. Ada suara bising di bawah tanah. Ada suara gaduh di atas tanah. Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah. Ada tangis tak menentu di tengah sawah. Dan, lho, ini di belakang saya ada tentara marah-marah.

    (Rendra -Sajak Mata-Mata)

  5. Kegaduhan suara hatimu membangunkanku Di tengah malam pukul satu Bulan marah dan pergi Bintang undur diri Angin pulang

    Hanya aku yang mendekat

Amati ciri repetisi simploke yang ada dalam puisi!

Repetisi simploke adalah majas yang mengalami perulangan pada bagian awal dan akhir baris. Bentuk semacam ini tampak pada puisi berikut ini.

Jika, seluruh asaku kau katakan gila Jika, goyangnya langkahku kau anggap gila Jika, nafasku yang kembang kempis juga kau bilang gila

Kau lebih gila mau selalu perhatikan yang gila

Puisi tersebut mengulang kata jika dan gila.

17.    Berikut ini adalah puisi yang mengandung repetisi sekaligus personifikasi, yaitu ….

  1. Dunia membuka dunia menutup tak jadi manusia Aku kejar ujung jalan menyebelah maut ke mana aku kejar Dunia sendiri tanpa manusia Berlari Seperti perahu tak berkemudi Terlepas dari jarak:

    Beri aku orang! (Afrizal Malna -Ekstase Waktu-)

  2. Matahari bangkit dari sanubariku Menyentuh permukaan samodra raya Matahari keluar dari mulutku, Menjadi pelangi di cakrawala

    (Rendra -Sajak Matahari)

  3. Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbaur cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang

    (Taufik Ismail - Dengan Puisi Aku-)

  4. Pergilah, jangan malu Tak usah sungkan untuk beranjak Dari sini

    Wahai dosa

  5. Kematianmu adalah anugrah bagiku Pemakamanmu akan kuhadiri dengan sukacita Akan kubaca berkali-kali nisanmu

    di sini bersemayam rasa sombong

Cermati dengan teliti perulangan kata dan perubahan makna yang terjadi pada puisi puisi di atas!

Puisi yang mengalami repetisi sekaligus personifikasi tampak pada "Sajak Matahari" karya Rendra. Repetisi muncul atas kata matahari pada baris pertama dan ketiga, sedangkan personifikasi muncul pada kata bangkit dan keluar yang dilekatkan ke kata matahari.

18.    Perhatikan Puisi berikut !


untuk Andreas dan Dorothea

Hujan beratus warna
tumpah di hamparan kanvas senja.

Pohon-pohon …….. sebab dari ranting-rantingnya yang sakit

kuncup jua daun-daun beratus warna.

Burung-burung bernyanyi riang, terbang riuh dari dahan ke dahan dengan sayap beratus warna. ...

(Joko Pinurbo)

Personifikasi yang tepat untuk mengisi bagian rumpang puisi di atas adalah ....

  1. menangis sejadi-jadinya
  2. bersorak gembira
  3. berteriak lepas
  4. bermanja-manja
  5. terkulai lemas

Diksi yang tepat dapat ditemukan dengan melihat koleksi kata-kata sebelum dan sesudah.

Pada bait kedua baris ketiga, terdapat informasi tentang daun-daun yang menguncup. Hal ini menunjukkan ada kehidupan yang muncul sehingga frasa personifikasi yang tepat juga harus memberi nilai rasa yang positif dan bahagia. Frasa yang tepat adalah bersorak gembira.

19.    Berikut ini adalah puisi dengan repetisi anafora, yaitu ….

  1. Ketika aku mengucapkan cinta suatu malam depan masjid di sana aku paham hatimu berada di tempat lain ketika

    Hujan perlahan turun membasahi tubuh

  2. Suara gemerisik dari ujung telepon lalu kemudian sunyi

    Dan hujan tiba-tiba tersemburat dari gagangnya

  3. Gadis-gadis muda dengan perut membuncit Berdiri jajakan suara di perempatan lampu merah Lalu pergi sambil merokok di temani sang pria

    Yang kuduga pasangannya

  4. Sudah kuduga sejak lama bahwa cinta kita akan mati Dari suaramu yang semakin hari

    Semakin pucat pasi

  5. Di Dada kusimpan apa yang kau turunkan itu lurus ke hati lurus ke langit sebelah tubuhku pedih terbakar sebelah lainnya nyaman gemerlap entah mana yang kelak akan abadi

    2014- Toni Lesmana

Pahami pengertian dan bentuk repetisi anafora!

Repetisi anafora adalah majas yang mengulang-ulang kata pada bagian awal baris. Bentuk
seperti ini muncul pada puisi berikut ini. 

Di Dada kusimpan apa yang kau turunkan itu lurus ke hati lurus ke langit sebelah tubuhku pedih terbakar sebelah lainnya nyaman gemerlap entah mana yang kelak akan abadi

2014- Toni Lesmana

Cermati kata lurus yang berulang pada baris 4 dan 5 lalu kata sebelah pada baris 6 dan 7 di setiap awal baris.

20.    Berikut ini, puisi yang mengalami bentuk personifikasi adalah ....

  1. Sebutir embun meluncur turun dari selembar daun
    menetes di tanah basah sisa hujan tadi malam
  2. Adakah awan menyapa bumi Ketika beribu asap knalpot kendaraan menghitamkan wajah kekasihnya?

    Awan hanya bisa menangis sejadi-jadinya

  3. Banyak kuli-kuli tinta yang membakar tubuh mereka di atas
    Bara api dosa redaksi media yang memuja harta
  4. Air yang mengalir jernih sawah yang menghijau Capung yang beterbangan

    Tak lagi ada di kotaku

  5. Ada anak menangis dalam sepi malam Teriakannya menggelegar menuju angkasa

    Anak itu bernama hati

Pahami makna-makna konotasi yang menimbulkan efek hidup bagi benda-benda nonhidup/bukan manusia.

Puisi yang mengalami bentuk personifikasi hadir pada puisi berikut ini. Adakah awan menyapa bumi Ketika beribu asap knalpot kendaraan menghitamkan wajah kekasihnya?

Awan hanya bisa menangis sejadi-jadinya

Hal ini dapat dilihat dari klausa awan menyapa dan awan hanya bisa menangis. Kata kerja tersebut hanya berlaku bagi manusia dan jika dilekatkan pada bentuk nonmanusia, hal itu akan memunculkan bentuk personifikasi.

Menjumpai masalah dengan konten?

21.    Bacalah puisi berikut ini dengan saksama.

Perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka Mereka ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa

(”Perempuan-Perempuan Perkasa”, Hartojo Andang Djaja)

   Citraan yang terdapat dalam puisi tersebut adalah ....
  1. citraan taktil
  2. citraan auditif
  3. citraan visual
  4. citraan penciuman
  5. citraan pengecapan

Perhatikanlah kata-kata dalam puisi yang menunjukkan pengimajian atau pencitraan.

Kata-kata awal pada bait puisi menunjukkan citraan visual. Hal tersebut dapat diketahui dengan mengimajinasikan keadaan perempuan yang membawa bakul di pagi buta. Saat membaca bait puisi tersebut, kita dapat membayangkan hal yang sedang kita baca.

22.    Bacalah puisi berikut ini dengan saksama.

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di atas air kotor tapi begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni

Untuk bisa membagi dukaku


(”Gadis Peminta-minta”, Toto Sudarto Bachtiar)

   Citraan yang ada dalam puisi tersebut adalah ....
  1. citraan visual dan penciuman
  2. citraan visual dan taktil
  3. citraan visual dan auditif
  4. citraan visual
  5. citraan taktil

Perhatikanlah kata-kata dalam puisi yang menunjukkan pengimajian atau pencitraan dan menghayatinya dengan baik.

Saat membaca bait puisi tersebut, kita dapat membayangkan secara visual keadaan seseorang yang sedang berjalan di atas jalan yang kotor dengan keadaan yang kekurangan. Lalu, ada kata duka pada bait selanjutnya yang menandakan adanya citraan taktil. Untuk memvisualisasikan, kita juga dapat membaca judul puisi tersebut, yaitu tentang gadis peminta-minta.

23.    Berikut ini puisi yang menunjukkan citraan auditif adalah ....

  1. Laut berlari mendatang Bersua pantai landai Memecah menghemat buih Menarik damai tenang merata

    (”Mendalam”, Armijn Pane)

  2. Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia, selalu

    (“Padamu Jua”, Amir Hamzah)

  3. Gergaji tak pernah berjanji kepada angin untuk mengembalikan pohon kepada burung

    (”Tentang Pohon 3”, Sapardi Djoko Damono)

  4. Seruling di pasir ipis, merdu antara gundukan pohon pina tembang menggema di dua kaki, Burangrang-Tangkubanprahu

    (”Tanah Kelahiran, 1”, Ramadhan K.H.)

  5. Bukankah surat cinta ini ditulis ditulis ke arah siapa saja Seperti hujan yang jatuh rimis menyentuh arah siapa saja

    (”Surat Cinta”, Goenawan Mohamad)

Perhatikanlah kata yang menunjukkan citraan pendengaran.

Kata seruling menghasilkan imaji berupa suara yang berhubungan dengan indera pendengar, begitu pula dengan tembang menggema di dua kaki.

Menjumpai masalah dengan konten?

24.    Berikut ini citraan yang ada dalam puisi, kecuali ....

  1. citraan gerak
  2. citraan visual
  3. citraan auditif
  4. citraan imaji
  5. citraan taktil

Pahami atau ingatlah kembali berbagai citraan yang ada dalam puisi.

Citraan imaji tidak ada dalam citraan puisi. Imaji sebutan lain untuk citraan dan memili pengertian yang sama. Citraan merujuk pada penggunaan alat indera dalam memahami isi puisi.

25.    Citraan yang memberikan gambaran tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak disebut citraan ....

  1. citraan auditif
  2. citraan taktil
  3. citraan pengecapan
  4. citraan visual
  5. citraan gerak

Pahami pengertian dari setiap citraan yang ada dalam puisi.

Citraan gerak memberikan gambaran tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak, misalnya embun berdikit turun merintik.

26.    Berikut ini citraan yang ada dalam puisi…

Harum madu di mawar merah mentari di tengah-tengah

..... 

   (Priangan si Jelita bagian dua dari ”Tanah Kelahiran”, Ramadhan K.H.) 
   Citraan yang ada dalam puisi tersebut adalah ....
  1. citraan auditif
  2. citraan pengecapan
  3. citraan penciuman
  4. citraan taktil
  5. citraan gerak

Perhatikanlah dengan saksama kata yang menunjukkan citraan atau pengimajian dalam puisi tersebut.

Kata awal pada puisi yaitu harum madu menunjukkan gambaran terhadap indera penciuman. Oleh karena itu, kata tersebut memberikan citraan penciuman dalam puisi yang memberikan kesan kepada pembaca bahwa pembaca turut mencium harum madu di mawar merah.

27.    Perhatikan puisi berikut ….

Berikut ini citraan yang ada dalam puisi…

Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke hidup bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinari daun-daunan

dalam rimba dan padang hijau 


(”Surat dari Ibu”, Asrul Sani)

Citraan yang ada pada baris puisi yang bercetak miring adalah ....

  1. citraan auditif
  2. citraan taktil
  3. citraan visual
  4. citraan gerak
  5. citraan pengecapan

Perhatikanlah dengan saksama kata-kata yang menimbulkan citraan dalam puisi.

Saat membaca bait puisi dan matahari pagi menyinari daun-daunan/dalam rimba dan padang hijau, kita dapat menggambarkan keadaan matahari tersebut dalam pikiran. Hal itu pula menunjukkan bahwa bait tersebut menimbulkan citraan visual.

28.    Perhatikan puisi berikut

Sebelum matahari tinggi, naiklah ke mari, ke tebing daging kami. Angin, tulang menggigil, darah masih beku dibekap waktu. Dingin, tentu Tuan, tetapi bukankah memang dingin-- gemetar, rindu Para Pendaki? 

Citraan yang ada pada baris puisi yang bercetak miring adalah ....

  1. citraan visual
  2. citraan pengecapan
  3. citraan auditif
  4. citraan gerak
  5. citraan taktil

Perhatikanlah susunan kata dalam puisi yang menimbulkan citraan atau pengimajian.

Saat membaca bait puisi, Angin, tulang menggigil, darah masih beku dibekap waktu/Dingin, tentu Tuan, tetapi bukankah memang dingin-- gemetar, rindu Para Pendaki? Apa yang dapat kalian rasakan? Kata menggigil, beku, dingin, gemetar, dan rindu dapat mewakili citraan taktil untuk pembaca. Pembaca dapat turut merasakan dingin atau rindu yang ditulis penyair dalam bait puisinya tersebut.

29.    Berikut ini adalah beberapa fungsi citraan dalam puisi, kecuali ....

  1. memberi kesan berupa gambaran atau angan kepada pembaca
  2. membangun suasana dan penghayatan terhadap pembaca
  3. membuat gambaran dalam penginderaan dan pikiran yang lebih hidup
  4. menyulitkan pembaca dalam menikmati puisi
  5. mendapatkan perhatian dari pembaca

Pahami dan ingatlah kembali materi yang menjelaskan tentang fungsi citraan dalam puisi.

Fungsi citraan dalam puisi ada 4, yaitu memberi kesan berupa gambaran atau angan kepada pembaca, membangun suasana dan penghayatan terhadap pembaca, membuat gambaran dalam penginderaan dan pikiran yang lebih hidup, dan mendapatkan perhatian dari pembaca. Pembaca menjadi sulit menikmati puisi bukan bagian dari fungsi citraan. Citraan sengaja diciptakan oleh penyair untuk membantu pembaca turut merasakan atau menghayati isi puisinya.

30.    Berikut ini adalah beberapa fungsi citraan dalam puis

Gula ditabur di atas mulut rakyat yang menganga Demi pesugihan menggenggam langit Bila langit sudah tergenggam

Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru 


(”Terang Bulan di Atas Comberan”, Dicky Rivaldi)

Citraan yang terdapat pada baris puisi yang bercetak miring adalah ....

  1. citraan visual
  2. citraan auditif
  3. citraan taktil
  4. citraan penciuman
  5. citraaan pengecapan

Perhatikanlah susunan kata yang menghasilkan citraan pengecapan.

Saat membaca baris puisi, Gula ditabur di atas mulut rakyat yang menganga dan Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru, kalian dapat memperhatikan kata utama yang ada dalam puisi. Pada puisi ini, ada kata gula dan /pil pahit. Kata-kata tersebut menimbulkan kesan terhadap indera pengecapan. Gula yang manis dan pil pahit adalah hal yang menunjukkan pada citraan pengecapan.

31.    Perhatikan puisi berikut !

Teratai

                    Kepada Ki Hajar Dewantara Dalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai

Tersembunyi kembang indah permai

Tiada terlihat orang yang lalu Akarnya tumbuh di hati dunia Daun berseri, Laksmi mengarang Biarpun dia diabaikan orang

Seroja kembang gemilang mulia

Teruslah, o, Teratai bahagia Berseri di kebun Indonesia

Biarkan sedikit penjaga taman

Biarpun engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat

Engkau turut menjaga jaman

Puisi tersebut menggambarkan sosok Ki Hajar Dewantara yang dikagumi oleh penyair. Dalam puisinya, kerendahan hati Ki Hajar Dewantara digambarkan laksana sekuntum bunga teratai, tersembunyi kembang indah permai. Hal itu dapat diartikan sebagai ....

  1. seseorang yang terkenal dalam masyarakat
  2. seseorang yang memiliki cita-cita demi kemajuan bangsa Indonesia
  3. seseorang yang memiliki gagasan dalam pendidikan
  4. seseorang yang tidak dikenal oleh banyak orang, diabaikan, atau tidak diminati tetapi gagasannya diterima secara umum bahkan diakui dunia
  5. seseorang yang selama hidupnya diabdikan kepada pemerintah

Perhatikan dan hayatilah setiap larik puisi tersebut.

Puisi ini ditujukan kepada Ki Hajar Dewantara dan isi puisi ini tentu berhubungan dengannya. Pada bait pertama, kita dapat memperhatikan gambaran penyair tentang Ki Hajar Dewantara. Ia menuliskan Dalam kebun di tanah airku/ Tumbuh sekuntum bunga teratai/ Tersembunyi kembang indah permai. Larik itu mengambarkan seseorang yang dikagumi oleh penyair. Sosok tersebut laksana sekuntum bunga teratai. Sosok tersebut dapat dikatakan indah tetapi tersembunyi. Hal ini dapat diartikan bahwa sosok ini mungkin tidak dikenal banyak orang, atau mungkin pernah diabaikan dan dilupakan tetapi dia memberikan pengaruh terhadap bangsa dan diakui dunia. Selain itu, kita kenal dengan semboyannya, yaitu tut wuri handayani dalam dunia pendidikan.

32.    Perhatikan puisi berikut…

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata kayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus.

(”Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini”, karya Taufiq Ismail) .

Realitas sosial yang ingin ditunjukkan oleh puisi tersebut adalah ....

  1. orang-orang yang hidup sejahtera dalam suatu negara
  2. orang-orang hidup damai dan layak
  3. orang-orang yang bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan
  4. orang-orang yang mengaku sebagai pemilik republik
  5. orang-orang yang nasibnya tidak diperhatikan oleh negara dan tidak mendapatkan kelayakan padahal sudah merdeka

Perhatikan dan hayatilah setiap larik puisi tersebut.

Dalam puisi tersebut, kita dapat memperhatikan larik /Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara/ Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama/ Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka/ Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan/ Dan seribu pengeras suara yang hampa suara. Larik tersebut dapat menunjukkan keadaan sosial yang terjadi di Indonesia terutama keadaan rakyat masa itu. Penyair dengan tegas mengatakan ‘kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara’ dan kekuasaan saat itu tidak memberi keadaan rakyat yang membaik. Puisi ini menjadi salah satu puisi patriotik pada masa kekuasaan Orde Lama dan menjadi catatan penting pada masa tersebut.

Menjumpai masalah dengan konten?

33.    Perhatikan puisi berikut…

Terlahir di bangsa berbahasa sendiri, Diapit keluarga kanan dan kiri, Besar budiman di tanah Melayu,

Berduka suka, sertakan rayu;

Perasaan serikat menjadi padu, Dalam bahasanya permai merdu, Meratap menangis bersuka raya

dalam bahagia bala dan baya;

Bernapas kita pemanjangkan nyawa, Dalam bahasa sambungan jiwa Di mana Sumatra, di situ bangsa

Di mana Perca, di sana bahasa.

Andalasku sayang, jana bejana, Sejakkan kecil muda teruma, Sampai mati berkalang tanah, Lupa ke bahasa tiadakan pernah; Ingat pemuda, Sumatra hilang,

Tiada bahasa, bangsa pun hilang.

(”Bahasa, Bangsa”, Mohammad Yamin)

Rasa yang ditunjukkan puisi di atas kepada pembaca adalah ….

  1. kebahagiaan
  2. cinta tanah air
  3. persatuan bangsa
  4. kesedihan
  5. kesepian

Cermati kata kunci yang paling banyak.

Puisi tersebut menunjukkan rasa cinta tanah air dan dapat dilihat dari salah satu lariknya, yaitu Dalam bahasa sambungan jiwa/ Di mana Sumatra, di situ bangsa/ Di mana Perca, di sana bahasa dan larik Sampai mati berkalang tanah/ Lupa ke bahasa tiadakan pernah/ Ingat pemuda, Sumatra hilang/ Tiada bahasa, bangsa pun hilang. Pada bait terakhir ini, kita dapat menyimpulkan tentang pentingnya bahasa dan sebuah bangsa.

34.    Perhatikan puisi berikut….

Angin bahorok Bertiup di lereng bukit Membawa kekeringan

Membawa kematangan

Daerah danau Toba Lagu hidup dan kerja Bangsa pembajak

Lemah lembut kerbau

Yang memberi aku lagu ”Pulau di tengah danau”

Tandus dan setia ....

Isi puisi tersebut berhubungan dengan ....

  1. realitas sosial
  2. realitas masyarakat
  3. realitas alam
  4. realitas budaya
  5. realitas politik

Perhatikan setiap larik atau susunan kata dalam puisi tersebut.

Jika kita perhatikan puisi tersebut, kata yang membangun puisi didominasi oleh kata-kata yang menunjukkan realitas alam, yaitu angin, lereng, bukit, danau, dan termasuk judul puisi tersebut.

Menjumpai masalah dengan konten?

35.    Perhatikan puisi berikut….

Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Salemba

Sore itu

”Ini dari kami bertiga pita hitam pada karangan bunga sebab kami ikut berduka bagi kakak yang ditembak mati

siang tadi.” 

Realitas sosial yang terjadi dalam puisi tersebut menggambarkan perasaan ....

  1. bersuka cita
  2. berduka cita
  3. gembira riang
  4. ketakutan
  5. kebencian

Perhatikanlah setiap larik dan imajikan tentang suasana puisi tersebut.

Puisi ”Karangan Bunga” ini merupakan hasil dari kepekaan penyair terhadap suatu peristiwa yang terjadi pada tahun 1966, yaitu pada masa Orde Lama. Seorang demonstran tertembak dan meninggal dunia. Hal ini menjadi perhatian penyair dan membuat puisi ”Karangan Bunga”. Melalui pilihan diksi penyair, kita menemukan kata pita hitam dan berduka. Hal ini menunjukkan adanya rasa berduka cita dalam puisi tersebut.

36.    Berikut ini adalah hal-hal yang mempengaruhi penyair dalam menciptakan puisi, kecuali ....

  1. keadaan realitas sosial
  2. kenyataan sejarah
  3. pengalaman hidup
  4. masalah kebudayaan
  5. kesempitan berpikir

Kalian dapat membaca kembali materi yang telah dijelaskan sebelumnya dan menyimpulkan berbagai hal yang mempengaruhi kepenyairan seseorang.

Penyair menciptakan puisi yang pasti dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya adalah keadaan sosial, kenyataan sejarah, pengalaman hidup, masalah kebudayaan, dan sebagainya. Penyair yang memiliki kesempitan dalam berpikir tentu tidak akan pandai menyatakan berbagai hal dalam puisi, karena memerlukan pemilihan diksi, bunyi, lambang, dan sebagainya untuk mewujudkan makna yang dalam untuk puisi.

37.    Perhatikan penggalan puisi berikut ini…

Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. Maju Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti Sudah itu mati.

...............................

(”Diponegoro”, karya Chairil Anwar)

    Rasa yang tumbuh saat membaca puisi tersebut adalah ....
  1. kegetiran
  2. keberanian
  3. patriotisme
  4. idealisme
  5. ketangguhan

Perhatikan dan hayatilah setiap larik puisi tersebut sehingga dapat merasakan rasa atau suasana yang hendak disampaikan oleh penyair.

Puisi ”Diponegoro” merupakan salah satu puisi yang dapat menumbuhkan rasa patriotisme pada pembaca. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap larik puisinya, Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali/ Pedang di kanan, keris di kiri/ Berselempang semangat yang tak bisa mati/ Maju/ Ini barisan tak bergenderang-berpalu/ Kepercayaan tanda menyerbu/ Sekali berarti/ Sudah itu mati. Membaca larik puisi tersebut, kita dapat merasakan rasa kepercayaan diri dan pantang menyerah untuk melawan penjajah.

Menjumpai masalah dengan konten?

38.    Perhatikan puisi berikut….

Dua raja tengah membunuh waktu Hitam putih menjadi langkah keduanya Pion-pion tumbang dan lenggang Dua raja mengadu ilmu

Menunjukkan kesaktiannya

Gula ditabur di atas mulut rakyat yang mengaga Demi pesugihan mengenggam langit Bila langit sudah tergenggam

Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru

Berjatuhan sesal Terlontar kutukan-kutukan Dihujani kristal nestapa

Berselimut debu-debu

Dan lagi-lagi rakyat termangu Jutaan kepala tertunduk layu

Di bawah terang bulan di atas comberan

("Terang Bulan di Atas Comberan", Dicky Rivaldi)

    Realitas sosial yang digambarkan dalam puisi tersebut adalah ....
  1. rasa sesal seseorang tentang suatu hal
  2. persaingan antara dua raja dalam mengadu ilmu
  3. rakyat diberi banyak janji manis tetapi malah mendapatkan kehidupan yang pahit
  4. rakyat tertunduk layu karena sejahtera
  5. kutukan untuk sesal dan kekuasaan

Cermati hubungan yang dimaksud antara raja dan rakyat.

Pada bait pertama, kita dapat menemukan kata “raja” atau “dua raja”. Lalu, pada bait kedua ada kata “rakyat”. Hal ini dapat diimajikan antara pemerintah dan rakyat. Saat belum menjadi “raja”, rakyat menjadi hal yang penting. Semua hal yang diinginkan rakyat didengarkan dan janji akan direalisasikan seperti gula yang manis dalam mulut rakyat, tetapi setelah menjadi “raja” mulut rakyat penuh dengan “pil pahit”. Akhirnya, rakyat hanya termangu karena janji manis tidak pernah nyata. Rakyat tertunduk layu dengan sesal.

39.    Perhatikan puisi berikut…

Dua raja tengah membunuh waktu Hitam putih menjadi langkah keduanya Pion-pion tumbang dan lenggang Dua raja mengadu ilmu

Menunjukkan kesaktiannya

Gula ditabur di atas mulut rakyat yang mengaga Demi pesugihan mengenggam langit Bila langit sudah tergenggam

Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru

Berjatuhan sesal Terlontar kutukan-kutukan Dihujani kristal nestapa

Berselimut debu-debu

Dan lagi-lagi rakyat termangu Jutaan kepala tertunduk layu

Di bawah terang bulan di atas comberan

("Terang Bulan di Atas Comberan", Dicky Rivaldi)

    Realitas sosial yang digambarkan dalam puisi tersebut adalah ....
  1. rasa sesal seseorang tentang suatu hal
  2. persaingan antara dua raja dalam mengadu ilmu
  3. rakyat diberi banyak janji manis tetapi malah mendapatkan kehidupan yang pahit
  4. rakyat tertunduk layu karena sejahtera
  5. kutukan untuk sesal dan kekuasaan

Cermati hubungan yang dimaksud antara raja dan rakyat.

Pada bait pertama, kita dapat menemukan kata “raja” atau “dua raja”. Lalu, pada bait kedua ada kata “rakyat”. Hal ini dapat diimajikan antara pemerintah dan rakyat. Saat belum menjadi “raja”, rakyat menjadi hal yang penting. Semua hal yang diinginkan rakyat didengarkan dan janji akan direalisasikan seperti gula yang manis dalam mulut rakyat, tetapi setelah menjadi “raja” mulut rakyat penuh dengan “pil pahit”. Akhirnya, rakyat hanya termangu karena janji manis tidak pernah nyata. Rakyat tertunduk layu dengan sesal.

Menjumpai masalah dengan konten?

40.    Perhatikan ilustrasi berikut….

Orang-orang miskin di jalan/ yang tinggal di dalam selokan/ yang kalah di dalam pergulatan/ yang diledek oleh impian ..........................................................................................

Jangan kamu bilang negara kita kaya/ kerna orang-orang miskin berkembang di kota dan di desa/ Jangan kamu bilang dirimu kaya/ bila tetanggamu memangsa bangkai kucingnya/ Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu/ Dan perlu diusulkan/ agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda/ Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

(”Orang-Orang Miskin", W.S. Rendra)

    Realitas sosial yang digambarkan dalam puisi tersebut adalah ....
  1. perbedaan orang miskin dan orang kaya
  2. ketegangan antara tentara dan mahasiswa
  3. kehidupan tetangga yang kelaparan
  4. ketidakadilan tidak hanya berhubungan dengan rakyat kecil tetapi keadilan diberlakukan bagi setiap manusia seperti mahasiswa
  5. banyak orang-orang miskin di kehidupan kota

Perhatikan dan hayatilah setiap larik puisi tersebut.

Dalam puisi tersebut, kita dapat melihat penyair yang mengkritik tentang pembangunan yang belum berhasil untuk rakyat. Hal itu menimbulkan ketidakadilan yang berdampak pada rakyat kecil yang miskin, termasuk kepada mahasiswa. Mahasiswa juga perlu diperlakukan sama dengan manusia lainnya, yang diungkapkan penyair pada lirik dan perlu diusulkan/ agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda/ Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

41.    Perhatikan puisi berikut…

Tidakkah sakal, negeriku? Muram dan liar Negeri ombak Laut yang diacuhkan musafir Kerna tak tahu kapan badai keluar dari eraman Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri Negeri burung-burung gagak Yang bertelur dan bersarang di muara sungai Unggas-unggas sebagai datang dan pergi Tapi entah untuk apa

Nelayan-nelayan tak tahu

(”Doa untuk Indonesia”, Abdul Hadi W.M.)

    Realitas yang digambarkan dalam puisi tersebut adalah ....
  1. realitas budaya
  2. realitas alam
  3. realitas sosial
  4. realitas masyarakat
  5. realitas politik

Perhatikanlah setiap lirik puisi dan ingatlah tanda yang ditunjukkan dalam setiap realitas puisi.

Puisi tersebut ditulis oleh Abdul Hadi W.M. Ia seorang penyair Madura dan dibesarkan di daerah pesisir. Karena latar belakang inilah, puisinya sering menggunakan kata-kata seperti, angin, laut, gelombang, pantai, nelayan, dan sebagainya. Kita dapat melihat hal tersebut pada puisinya ”Doa untuk Indonesia” yang didominasi oleh kata-kata yang menggambarkan realitas alam.

42.    Perhatikan cuplikan puisi berikut ini!

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang

....

Aspek verbal yang perlu diperhatikan saat membacakan puisi di atas adalah sebagai berikut, kecuali ....

A.     pelafalan kata-katanya harus jelas

B.     pengaturan kenyaringannya harus tepat

C.     ketepatan dalam naik-turun dan tinggi-rendahnya suara

D.      pembacaan harus dilakukan dengan percaya diri

E.       jeda antarbaris yang diberikan harus sesuai

Perhatikan teknik pembacaan puisi dari aspek verbal.

Teknik pembacaan puisi harus memperhatikan tiga aspek, yaitu kejiwaan, verbal, dan nonverbal. Dari aspek verbal, hal-hal yang harus diperhatikan adalah artikulasi (kejelasan pengucapan), volume (kenyaringan suara), intonasi (naik-turunnya suara), dan hentian atau jeda. Maka, hal yang tidak termasuk ke dalam aspek verbal adalah “pembacaan harus dilakukan dengan percaya diri”.

43.   

Suasana yang digambarkan dalam puisi di atas adalah ....

  1. kecewa
  2. khidmat
  3. takut
  4. marah
  5. sedih

Perhatikan suasana yang digambarkan dalam puisi tersebut.

Teknik pembacaan puisi yang baik mampu menggambarkan suasana puisi yang dibacakan. Suasana yang digambarkan dalam puisi di atas adalah khidmat karena puisi di atas berisi tentang renungan seorang hamba kepada Tuhannya.

44.   

Simak cuplikan puisi berikut ini!

Isi puisi di atas adalah ....

  1. kasih sayang ibu
  2. rasa syukur pada ibu
  3. gambaran fisik ibu
  4. kelebihan ibu
  5. pencarian ibu

Perhatikan isi puisi yang dibacakan di atas.

Pada pembacaan puisi di atas, aspek yang dapat dinilai hanya aspek verbal, yaitu artikulasi, intonasi, volume, dan jeda. Aspek lain tidak dapat dinilai karena pembacaan puisi hanya berupa audio (bukan visual).

45.    Simak cuplikan puisi berikut ini!

(Puisi “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi “, Goenawan Muhammad)

Aspek yang dapat dinilai dari pembacaan puisi di atas adalah ....

  1. gerak tubuh
  2. mimik
  3. artikulasi
  4. mental
  5. ekspresi

Perhatikan aspek-aspek teknik pembacaan puisi yang muncul pada pembacaan puisi di atas.

Pada pembacaan puisi di atas, aspek yang dapat dinilai hanya aspek verbal, yaitu artikulasi, intonasi, volume, dan jeda. Aspek lain tidak dapat dinilai karena pembacaan puisi hanya berupa audio (bukan visual).

46.    Perhatikan puisi berikut ini!

Menghisap sebatang lisong melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka Matahari terbit. Fajar tiba. Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan. Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet, dan papan tulis-papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan. Delapan juta kanak-kanak menghadapi satu jalan panjang, tanpa pilihan, tanpa pepohonan, tanpa dangau persinggahan,

tanpa ada bayangan ujungnya.

     Ekspresi yang tepat untuk menggambarkan suasana puisi di atas adalah ....
  1. marah dengan diri sendiri
  2. sakit hati berkepanjangan
  3. semangat bersuka-cita
  4. pilu penuh kekecewaan
  5. semangat penuh kemarahan

Perhatikan isi puisi di atas dengan baik.

Puisi di atas berisi tentang kondisi sosial masyarakat yang terjadi pada saat penyair hidup. Ekspresi yang tepat untuk menggambarkan suasana puisi di atas adalah semangat penuh kemarahan.

47.   

Simak pembacaan puisi berikut ini!

Isi puisi tersebut adalah ....

  1. nasihat
  2. ajakan
  3. perintah
  4. larangan
  5. tawaran

Perhatikan isi puisi pada pembacaan puisi di atas.

Puisi di atas berjudul “Nasehat-nasehat Kecil Orang Tua pada Anaknya yang Beranjak Dewasa” karya Taufik Ismail. Sesuai judunya, puisi tersebut berisi mengenai nasihat atau ajaran yang harus diberikan orang tua kepada anaknya.

48.    Perhatikan puisi berikut ini!

Mengurung diri dalam tungku Dibakar cinta dan rindu Api memercik dari setiap tetes darah Tubuhku yang luka. Dan iman pun menyala

Di tengah hamparan gurun tak bernama

Pasir-pasir hanyut Dalam sujudku. Batu-batu Tumpah Mataku buta oleh tangis seratus tahun

....

    Suasana yang digambarkan pada puisi di atas adalah ....
  1. takut
  2. syahdu
  3. bahagia
  4. sakit
  5. marah

Perhatikan kata-kata yang digunakan dalam puisi di atas.

Pembacaan puisi yang baik harus memperhatian mimik muka untuk menggambarkan suasana dalam puisi. Suasana yang digambarkan pada puisi di atas adalah syahdu karena terdapat kata-kata mengurung diri, rindu, sujud, dan tangis.

49.   

Perhatikan puisi berikut ini!

Tema puisi yang dibacakan di atas adalah ....

  1. kebutuhan suami istri
  2. indahnya pernikahan
  3. berbuat baik pada tetangga
  4. kehidupan rumah tangga
  5. penyesalan suami istri

Perhatikan isi puisi yang dibacakan di atas.

Puisi di atas berisi pelajaran yang harus diperhatikan oleh suami istri. Maka, tema puisi yang paling tepat adalah kehidupan rumah tangga.

50.    Perhatikan puisi berikut ini!

Kuketuk pintu masaku muda hendak masuk rasa kembali taman terkunci dibelan pula

tinggallah aku sunyi sendiri.

Kudatangi gelanggang tempat menyebung masa bujang tempat beria kulihat siku singgung menyinggung

aku terdiri haram disapa

Teruslah aku perlahan-lahan sayu rayu hati melipur nangislah aku tersedan-sedan mendengarkan pujuk duka bercampur.

....

    Ekspresi paling tepat untuk mendukung isi puisi di atas adalah ....
  1. bahagia
  2. menyesal
  3. marah
  4. kecewa
  5. sedih

Perhatikan isi puisi di atas dan tentukan ekspresi yang paling mendukung isi puisi tersebut.

Puisi di atas berisi tentang seseorang yang ingin kembali ke masa muda namun tidak bisa sehingga dia hanya bisa menangisi masa lalu. Ekspresi paling tepat untuk mendukung isi puisi tersebut adalah menyesal.

51.    Perhatikan puisi berikut ini…

airmataku menyungai di sela kata airmataku yang hangat dan basah hilang rupa di atas sajadah

diseka cahaya alifMu 


(“Malam 1 Syawal”, Soni Farid Maulana)

    Perasaan yang digambarkan dalam penggalan puisi tersebut adalah ....
  1. takut
  2. kacau
  3. sedih
  4. marah
  5. rindu

Perhatikan setiap larik puisi tersebut.

Pada larik puisi terdapat frasa ‘airmataku menyungai di sela kata’ dan pada larik selanjutnya frasa ‘airmataku’ diulang kembali. Frasa tersebut menunjukkan adanya kesedihan yang dirasakan penyair saat berdoa kepada Sang Pencipta.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA