Apakah Shalat Istisqa didahului azan dan iqamah?

Tata cara salat istisqa. Sumber: freepik.com

Salat istisqa merupakan amalan salat sunnah yang dilaksanakan untuk meminta kepada Allah SWT supaya diturunkan hujan. Salat ini banyak dikerjakan oleh umat muslim di tinggal di daerah yang sedang mengalami kekeringan atau musim kemarau berkepanjangan. Terdapat sejumlah tata cara salat istisqa yang perlu diperhatikan oleh setiap muslim.

Berikut ini adalah tata cara salat istisqa yang dikutip dari buku Super Lengkap Shalat Sunah karya Ubaidurrahim El-Hamdy dan Manshur El-Mubarok (2014).

Adapun bacaan niat salat istisqa adalah sebagai berikut.

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal istisqa'i rak'ataini (imaaman/ma'muman) lillahi ta'ala

Artinya, "Aku sengaja salat sunnah minta hujan dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah ta'ala."

2. Dianjurkan untuk berpuasa selama tiga hari berturut-turut, sellau berbuat baik, dan bertobat. Lalu seluruh penduduk diminta untuk keluar rumah dan berkumpul di tempat yang lapang.

3. Melaksanakan salat dua rakaat, tanpa didahului azan dan iqamah. Disunnahkan untuk mengeraskan bacaan.

4. Pelaksanaan salat istisqa sama seperti salat Idul Fitri, yaitu melakukan takbir sebanyak 7 kali pada rakaat pertama yang dilanjutkan ta’awudz dan doa iftitah serta melakukan takbir sebanyak lima kali pada rakaat kedua yang dilanjutkan dengan membaca ta’awudz.

5. Setelah sholat, khatib akan membaca khutbah. Pada khutbah salat istisqa pertama adalah membaca istighfar sebanyak sembilan kali dan pada khotbah kedua sebanyak 7 kali.

Tata cara salat istisqa. Sumber: freepik.com

Bacaan Doa Setelah Salat Istisqa

Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī'an marī'an (lan riwayat murī'an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā'iman.

Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj'alnā minal qānithīn

Allāhumma inna bil 'ibādi wal bilādi wal bahā'imi wal khalqi minal balā'i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.

Allāhumma anbit lanaz zar'a, wa adirra lanad dhar'a, wasqinā min barakātis samā'i, wa anbit lanā min barakātil ardhi

Allāhummarfa' 'annal jahda wal jū'a wal 'urā, waksyif 'annal balā'a mā lā yaksyifuhū ghairuka

Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā'a 'alainā midrārā

Daffa titik-titik kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena mendapatkan nilai yang baik​

pengertian takrijul hadis​

carikan hukum Tajwidnya خلق الإنسان من ثقافة​

Kepemimpinan keempat khulafaurrosyidin berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadinya dan situasi masyarakatnya. Berikut ini adalah model kepeminpina … n Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq ....A.pusat kekuasaan bersifat desentral, segala kekuputusan ada di tangan kepala daerahB.pusat kekuasaan bersifat sentral, segala kekuputusan ada di tangan rakyat.C.pusat kekuasaan bersifat desentral, segala kekuputusan ada di tangan sahabatD.pusat kekuasaan bersifat sentral, segala keputusan ada di tangan Khalifah Abu Bakar.​

ayoo dongg bantuuu jawabbb, aku kasih point' yg bnyk niii,Jan asal²an yaa​

pada hari kiamat semua manusia akan mengalami pengadilan dari Allah subhanahu wa ta'ala ketika mulut dikunci semua anggota badan bersaksi dan berbicar … a Hal ini membuktikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki sifat... A. Al 'adlB. Al-BarrC. AL-QayyumD. Ar-Rahman​

sebutkan ahli fisafat masa pemerintahan abasiah yang di beri gelar aristoteles |||​

amalan apakah yg harus dikerjakan dengan ikhlas pada Surat Al bayyinah ayat5​

tolonggg bantuu jawabbb plissss, bsokk di kumpulin:)​

//kartunlucupopuler.blogsp صديقةُartinya apa​

Dari Abdullah bin Zaid radhiallahu anhu dia berkata:

خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَسْقِي فَتَوَجَّهَ إِلَى الْقِبْلَةِ يَدْعُو وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالْقِرَاءَةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar untuk melaksanakan shalat istisqa’, beliau lalu berdoa dengan menghadap ke arah kiblat sambil membalikkan kain selendangnya. Kemudian beliau melaksanakan shalat dua rakaat dengan mengeraskan bacaannya pada kedua rakaat itu.” (HR. Al-Bukhari no. 1025 dan Muslim no. 894)

Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:

شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ: إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ: { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ }

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ. ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ. ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً فَرَعَدَتْ وَبَرَقَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ بِإِذْنِ اللَّهِ فَلَمْ يَأْتِ مَسْجِدَهُ حَتَّى سَالَتْ السُّيُولُ فَلَمَّا رَأَى سُرْعَتَهُمْ إِلَى الْكِنِّ ضَحِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

“Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang musim kemarau yang panjang, maka beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat shalat (tanah lapang), lalu beliau berjanji kepada orang-orang untuk bertemu pada suatu hari yang telah ditentukan.” Aisyah berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza wa Jalla, lalu bersabda, “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan keterlambatan turunnya hujan dari musimnya, padahal Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian agar kalian memohon kepada-Nya dan Dia berjanji akan mengabulkan doa kalian.” Kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4). LAA ILAHA ILLALLAHU YAF’ALU MAA YURIID. ALLAHUMMA ANTALLAHU LAA ILAHA ILLA ANTAL GHANIYYU WA NAHNUL FUQARA`. ANZIL ALAINAL GHAITSA WAJ’AL MAA ANZALTA LANAA QUWWATAN WA BALAGHAN ILAA HIIN (Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan).” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan senantiasa mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau membalikkan punggungnya membelakangi orang-orang dan merubah posisi selendangnya, sedangkan beliau masih mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua raka’at. Seketika itu Allah mendatangkan awan yang di sertai dengan gemuruh dan kilat. Maka turunlah hujan dengan izin Allah, beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah mengalir (di sekitarnya). Ketika beliau melihat orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: “Aku bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku adalah hamba dan rasul-Nya.” (HR. Abu Daud no. 1173 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 668)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا يَسْتَسْقِي فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ بِلَا أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ ثُمَّ خَطَبَنَا وَدَعَا اللَّهَ وَحَوَّلَ وَجْهَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ ثُمَّ قَلَبَ رِدَاءَهُ فَجَعَلَ الْأَيْمَنَ عَلَى الْأَيْسَرِ وَالْأَيْسَرَ عَلَى الْأَيْمَنِ

“Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk melakukan istisqa`. Beliau shalat dua raka’at mengimami kami tanpa azan dan iqamah. Kemudian beliau berkhutbah di hadapan kami dan berdoa kepada Allah. Beliau mengarahkan wajahnya ke arah kiblat seraya mengangkat kedua tangannya. Setelah itu beliau membalik selendangnya, menjadikan bagian kanan pada bagian kiri dan bagian kiri pada bagian kanan.” (HR. Ibnu Majah no. 1268, Ahmad no. 8303, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baaz dalam ta’liq beliau terhadap kitab Fathul Bari: 2/500)

Ibnu Abbas berkata tentang keluarnya Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk shalat istisqa`:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى. فَلَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا كَانَ يُصَلِّي فِي الْعِيدِ
“Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam keluar rumah dengan penuh ketundukan, tawadhu’ dan kerendahan sehingga tiba di tempat shalat. Beliau tidak berkhutbah seperti khutbah kalian ini, akan tetepi beliau tidak henti hentinya berdoa, merendah, bertakbir dan melaksanakan shalat dua raka’at sebagaimana ketika beliau shalat Id.” (HR. Abu Daud no. 984, At-Tirmizi no. 588, An-Nasai no. 1491, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 669)

Penjelasan ringkas:
Ketika hujan tidak turun dan tanah menjadi tandus, maka Allah Ta’ala mensyariatkan kepada kaum muslimin untuk segera bertaubat kepada Allah, kembali kepada-Nya, memperbanyak istighfar, serta meminta hujan kepada-Nya. Dimana mereka mengerjakan semua amalan ini disertai dengan sikap ketundukan, tawadhu’, dan kerendahan hati (seperti yang tersebut dalam hadits Ibnu Abbas di atas) yang semua itu menunjukkan sangat butuhnya mereka kepada Allah.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaad Al-Ma’ad (1/456-458) menyebutkan enam tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam meminta hujan kepada Allah, dan pada tuntunan yang kedua beliau menyebutkan adanya shalat untuk meminta hujan (istisqa`). Inilah yang kita bahas pada artikel kali ini, karena pada artikel sebelumnya telah kita singgung bahwa dalam meminta hujan tidak mesti harus didahului dengan shalat, akan tetapi bisa dengan langsung berdoa kepada Allah.

Berikut beberapa masalah yang berkenaan dengan shalat istisqa`: a.    Hukumnya

Tidak ada satupun dalil yang memerintahkan shalat istisqa`, karenanya hukumnya adalah sunnah karena shalat ini hanya dinukil dari perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA