Apa yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan dosa?

Ketagihan terhadap dosa merupakan musibah besar bagi seorang mukmin. Dosa memiliki karakternya tersendiri yaitu kondisi yang tidak nyaman pada diri pelakunya, hilangnya ketenangan dalam hidup karena siapapun yang melakukan dosa pasti ia akan gundah, perbuatannya tidak ingin dilihat oleh orang lain sehingga suasana nyaman dalam hidup menjadi pudar dan akibatnya ia mengisolasi diri dari masyarakat.Suasana-suasana negative inilah yang menjadikan setiap mukmin ingin melepaskan dirinya dari belenggu dosa yang selalu didengungkan dan diprofokasikan oleh sang promotor kemaksiatan yaitu syetan.

Allah swt telah menyediakan media bagi hambanya yang ingin meloundry dirinya dari lumuran dosa dan kemaksiatan, media itu adalah Taubatan Tashuha (66 : 8). Nashuha yang secara etimologi bermakna shaadiqah (benar), yang itu berarti bahwa taubatan nashuha adalah taubat yang benar di mana syarat-syarat taubat dipenuhi oleh sang pentaubat. Namun realitas yang kita saksikan dalam kehidupan keagamaan kaum muslimin, banyak kita temukan yang tidak mampu  untuk bertahan dalam ketaaatan pasca taubat dan tidak mengulangi  dosa-dosa yang dilakukannya. Mereka seakan tidak berdaya menghadirkan konsistensi dalam ketatan kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Sehingga  kembalilah mereka melakukan dosa-dosa yang pernah mereka lakukan seakan ketagihan terhadap dosa-dosa masa lalu. Pertanyaannya adalah mengapa hal itu terjadi ?

Penyebab Ketagihan Terhadap Dosa

Dalam kitab Minhajul Qashidin, Imam Ibnu Qudamah berkata bahwa, penyebab ketagihan terhadap dosa ada dua, yaitu Ghoflah (lalai) dan Nafsu. Ghoflah (lalai) adalah penyebab utama seseorang mengulang kembali dosa yang pernah ia lakukan. Lalai terhadap obyek yang semestinya harus ia ketahui dalam agama. Lalai sehingga ia tidak mendalami ajaran Islam dengan baik. Akhirnya pengetahuan mereka tentang Robbnya, Rasul-Nya dan risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw  sangat dangkal sekali sehingga ia tidak memiliki imunatas keimanan yang kokoh yang berakibat rentan dengan kemaksiatan. Adapun Nafsu ia memiliki karakteristinya. Allah swt berfirman dalam surat Yusuf (12) ayat 53 : “Sesungguhnya nafsu menyuruh manusia untuk melakukan keburukan”. Jadi tatkala dua penyebab dosa ini bersinergi pada diri seseorang niscaya ia akan ketagihan untuk melakukannya. Wal iyadzu billah

Mengobati Ketagihan Terhadap Dosa

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa penyebab ketagihan terhadap dosa adalah lalai dan nafsu. Maka cara mengobatinya adalah dengan mengatasi dua penyebabnya tersebut. Adapun Ghoflah (lalai) maka sesungguhnya ia tidak dapat dienyahkan melainkan dengan ilmu. Sedangkan nafsu ia tidak bisa dienyahkan kecuali dengan kesabaran memotong sebab-sebab yang menggerakkan kepada nafsu.

Ghoflah (lalai) dan mengikuti hawa nafsu merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Minimal ada tiga sebab mengapa ia sangat berbahaya.

  1. Orang yang ditimpa penyakit hati tidak merasa bahwa ia sedang sakit, berbeda dengan penyakit fisik ia dapat melihat penyakitnya kasat mata.
  2. Akibatnya tidak disaksikan di dunia, berbeda dengan penyakit fisik yang akhirnya adalah kematian yang tampak jelas di depan mata yang biasanya akan dihindari manusia.
  3. Penyakit hati adalah penyakit menular yang tidak bisa dideteksi oleh dokter. Orang alimlah yang mampu mendeteksinya dan mengobatinya.

Rekomendasi Untuk Para Pecandu Dosa

Seorang mukmin tidak layak berputus asa (al-Ya’su wal Qonuth). Allah swt melarang orang-orang yang beriman berputus asa terhadap rahmat Allah swt. Dalam surat Zumar (39) ayat 53 Allah swt berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Keyakinan bahwa pintu rahmat Allah swt selalu terbuka bagi hamba-Nya yang ingin memperbaiki diri dan  kembali kepada-Nya akan menjadi energy positif untuk keluar dari jerat kemaksiatan. Bagi sebagian mukmin yang masih menjadikan dosa dan maksiat sebagai menu hariannya dan sulit melepaskannya. Ada enam amalan yang dapat membantu melepaskan dirinya dari jerat dosa.

  1. Memperbanyak membaca dan mentadabburi ayat-ayat yang bertemakan tentang neraka dan adzab Allah swt.
  2. Memperbanyak membaca kisah-kisah shalafus shalih yang terkait dengan musibah yang menimpa mereka  karena dosa yang mereka lakukan.
  3. Menghadirkan keyakinan bahwa musibah yang menimpa seseorang penyebabnya adalah karena kejahatan yang mereka lakukan. Fudhail ibnu iyadh berkata, “Aku benar-benar durhaka kepada Allah yang kuketahui dari tingkah laku keledaiku dan pembantuku”.
  4. Menghadirkan ingatan yang kontinyu atas siksaan bagi pelaku dosa, seperti dosa peminum komr, zina, pembunuhan, sombong, dengki, ghibah, namimah dan lainnya.
  5. Istiqomah hadir di majlis-majlis ilmu.
  6. Memperbanyak ibadah yang dapat meredam gejolak nafsu seperti puasa, qiyamullail dan lainnya.

Penulis : H. Abdul Muyassir, Lc. M.PdI

    (Ketua STIS Al Manar )

Tim Dakwah Kreatif – Departemen Syiar HIMMPAS UI

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari perbuatan dosa dan kesalahan, baik yang tidak disengaja bahkan ada yang melakukannya dengan sengaja. Meskipun demikian, Allah SWT selalu memerintahkan umat manusia untuk berusaha menjauhi segala perbuatan dosa atau kemaksiatan dan tidak menyepelekan kemaksiatan sekalipun itu adalah dosa kecil, yaitu dengan senantiasa bertaubat dan memohon ampunan dari Allah SWT jika telah terlanjur melakukannya.

Sebagaimana terdapat potongan dari salah satu firman Allah SWT yang diriwayatkan oleh Nabi SAW yang artinya: “…… Hai Hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu…..”

Rasulullah SAW. bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Artinya : Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat (1)

Kenapa Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk selalu bertaubat dan berbuat baik? Karena Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna diantara semua makhluk ciptaan-Nya untuk menjadi khalifah di bumi, sedang iblis tidak menerimanya dan bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan Allah sampai datangnya hari kiamat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna dibandingkan kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (2)

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Artinya: Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. (3)

 إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
        Artinya: Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia musuh. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala(4)

Selain balasan dari dosa yang kita perbuat adalah masuk neraka bersama iblis, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan beberapa poin betapa pentingnya meninggalkan perbuatan dosa, diantaranya :

  1. Setiap dosa pasti di dalamnya terdapat keburukan. Jadi setiap orang yang tidak siap meninggalkan dosa, maka pada dasarnya dia telah membuka pintu kehidupannya untuk mendapatkan keburukan yang akan berujung pada kebinasaan.
  2. Menghilangkan kenikmatan ibadah, siapapun yang sudah mencicipi dosa, maka kenikmatan yang halal akan dicabut dan ditransfer kepada sesuatu yang haram, kecuali dia dirahmati Allah sehingga bertobat.
  3. Meninggalkan dosa menjadi sebab dikabulkannya doa. Dosa menghalangi doa sebagaimana kabut menghalangi sinar mentari.

Kewajiban setiap manusia terhadap DOSA yaitu : Mempelajarinya, Membencinya, dan Berkomitmen untuk meninggalkannya; karena banyak hamba Allah berbuat dosa tetapi tidak pernah menyadari bahwa dirinya telah melakukan dosa. Menurut para ulama, termasuk ke dalam suatu Musibah ialah ketika hamba Allah tidak menyadari perbuatan dosa yang telah dilakukannya.

Seiring bertambah majunya kehidupan manusia di dunia yang seakan tiada batas, semakin memberi kemudahan bagi “musuh manusia (setan)” untuk menjerumuskan, hingga melakukan berbagai macam dosa yang tidak mereka sadari karena sudah dianggap sebagai suatu hal yang “biasa”.

Diantara Dosa-Dosa yang dianggap biasa antara lain:

a. Musik

“Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik”.(5)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan bahwa musik adalah anak-anak panah beracunnya syaithan.

Dari Abu Malik Al-Asy’ari, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, akan ada orang-orang dari umatku yang meminum khamr, mereka menamakannya dengan selain namanya. Mereka dihibur dengan musik dan alunan suara biduanita. Allah akan membenamkan mereka ke dalam bumi dan Dia akan mengubah bentuk mereka menjadi kera dan babi”.(6)

Kenapa musik termasuk ke dalam maksiat? Karena kalimat/ perkataan di dalamnya dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa sepengetahuan mereka. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan, dan mengamalkan isi Al-Qur’an”. Karena Al-Qur’an dan nyanyian bagaikan air dan minyak yang selamanya tidak mungkin Bersatu dalam satu hati karena keduanya saling bertolak belakang.

Apakah semua musik dan nyanyian termasuk maksiat? Sedangkan tidak sedikit juga nyanyian-nyanyian Islami yang kalimatnya mengingatkan kepada Allah dan menyeru kebaikan? Wallahu a’lam bish-shawab  .

Oleh sebab itu, alangkah baiknya kita berusaha menjauhkan diri dari musik dan nyanyian, terutama yang isinya tidak mengingatkan kita akan Allah dan malah menjauhkan dari mengingat dan menyebut nama Allah. Jika dirasa meninggalkannya tidak menimbulkan kerugian daan mendengarkannya tidak mendatangkan manfaat, lebih baik dijauhi.

b. Khalwah atau khalwat dan Pacaran

Khalwat yaitu berdua-duaan dengan yang bukan mahram. Khalwat dipastikan terjadi ketika laki-laki dan perempuan memiliki hubungan yang namanya “Pacaran”, dan semua kegiatan yang dilakukan tertuju pada perzinaan. Sedang Allah SWT melarang hamba-Nya bahkan untuk sekadar mendekati zina. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; zina itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.(7)

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW., Beliau bersabda:

كُـتِبَ عَلَـى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُـهُ مِنَ الـِزّنَا مُدْرِكٌ ذٰلِكَ لَا مَـحَالَـةَ : فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُـمَـا النَّظَرُ،وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُـمَـا الْاِسْتِمَـاعُ ، وَالـِلّسَانُ زِنَاهُ الْـكَلَامُ، وَالْيَـدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْـخُطَى ، وَالْقَلْبُ يَـهْوَى وَيَتَمَنَّى ، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَ يُـكَـذِّبُـهُ
Artinya: Telah ditentukan atas anak Adam (manusia) bagian zinanya yang tidak dapat dihindarinya : Zina kedua mata adalah melihat (yang diharamkan), zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan), zina lisan adalah berbicara (yang diharamkan), zina tangan adalah dengan meraba atau memegang (yang diharamkan/ wanita yang bukan mahram), zina kaki adalah melangkah (ke tempat yang haram), dan zina hati adalah menginginkan dan berangan-angan, lalu semua itu dibenarkan (direalisasikan) atau didustakan (tidak direalisasikan) oleh kemaluannya.(8)

Inilah alasan kenapa para ulama menggolongkan Pacaran sebelum menikah hukumnya haram, karena tanpa sadar melalui pacarana, pasangan yang belum halal secara agama akan berkhalwat, melakukan zina hati, zina tangan, dan sebagainya seperti yang dijelaskan hadits di atas. Oleh karena itu, sebisa mungkin dihindari agar seseorang tidak jatuh ke dalam maksiat dan dosa.

c. Meninggalkan Shalat

Dari Buraidah ra., Nabi SAW bersabda yang artinya: “Perjanjian yang mengikat atara kita dan mereka adalah shalat, maka siapa saja yang meninggalkan shalat, sungguh ia telah kafir”.(9)

Seorang tabi’in bernama “Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memandang kufur karena meninggalkan amal, kecuali shalat”.(10)

d. Riba

“Orang-orang yang maka (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya terserah kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (11)

Dari Jabir bin “Abdillah ra., beliau berkata: “Rasulullah SAW melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (peminjam), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya”. Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama (dalam melakukan yang haram)”. (12)

Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali”. (13)

Oleh sebab itu tinggalkan dan jauhilah sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan riba.

e. Ghibah

Ghibah (menggunjing) termasuk dosa besar, yang mana kata Imam Nawawi adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16: 129). Bahkan dikatakan dalam Majma’ Al Anhar (2: 552), segala sesuatu yang ada maksud untuk mengghibah termasuk dalam ghibah dan hukumnya haram. Hukum ghibah itu diharamkan berdasarkan kesepakatan ulama.

Termasuk ghibah yaitu (1) membeberkan aib orang lain; (2) menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-olok; (3) menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim sedang ia tidak menyukainya, dan lain-lain.

Nabi SAW. menjelaskan makna ghibah melalui sebuah hadits yang artinya: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya”, ditanyakan: “Bagaimana halnya jika apa yang saya katakan itu (memang) terdapat pada saudaraku?”. Beliau menjawab: “Jika apa yang kamu katakan itu terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah), dan jika tidak terdapat padanya, maka engkau telah berdusta padanya.” (14)

Allah SWT menggambarkan ghibah dengan sesuatu yang kotor dan menjijikkan, sebagaimana dalam firman Allah SWT, yang artinya: “……dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kaamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?, maka tentulah kamu merasa jijik dengannya”. (15)

Oleh karenanya, alangkah lebih baik kita menjauhkan diri dari hal-hal yang menjurus ke dalam ghibah dan lebih baik diam daripada berkata-kata yang hanya menimbulkan dosa.

f. Riya’

Riya’ yaitu menampakkan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain. Jadi, riya’ berarti melakukan amalan tidak ikhlas karena Allah karena yang dicari adalah pandanan, sanjungan, dan pujian manusia, bukan balasan murni di sisi Allah SWT.

 g. Hutang Yang Tidak Dibayar

Dari ‘Abdillah bin’Amr bin Al’Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.”(16)

 h. Syirik

Syirik itu ketika manusia menjadikan suatu tandingan (sekutu) bagi Allah, dan menyembah kepada selain-Nya, misalnya batu, pohon, bulan, nabi, syaikh, jin, bintang, malaikat, dan sebagainya. Bahkan memiliki jimat yang kemudian diyakini memiliki kekuatan atau percaya akan ramalan, zodiac, adanya pengaruh bintang dan planet terhadap berbagai kejadian dan kehidupan manusia juga termasuk ke dalam Syirik.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”.(17)

Dalam hadits dari Jabir bin ‘Abdillah ra., Nabi SAW. bersabda yang artinya : “Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah SWT dengan sesuatu apa pun, makai a akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun, makai a akan masuk neraka”(18)

 i. Duduk Bersama Orang-Orang Munafik atau Fasik Untuk Beramah-Tamah

Banyak orang yang lemah imannya, bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat, bahkan mungkin ia bergaul pula dengan sebagian orang yang menghina syari’at Islam, melecehkan Islam dan para penganutnya. Tidak diragukan lagi, perbuatan semacam itu adalah haram dan membuat cacat akidah.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain, dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”. (19)

 j. Tidak Tuma’ninah dan Banyak Melakukan Gerakan Sia-Sia Dalam Shalat

Sebagian umat Islam hampir tak terelakkan dari bencana ini, yakni tidak sempurna gerakan shalatnya dan banyak melakukan gerakan yang tak ada gunanya dalam shalat. Padahal Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk shalat dengan khusyu’ dan tuma’ninah. Tuma’ninah termasuk ke dalam Rukun Shalat, sehingga tanpa melakukannya shalat menjadi tidak sah.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’”. (20)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak sah shalat seseorang, sehingga ia menegakkan (meluruskan) punggungnya Ketika ruku’ dan sujud”. (21)

 k. Bersumpah Dengan Nama Selain Allah

Dalam sebuah hadits marfu’ dari Ibnu Umar ra. diriwayatkan, yang artinya:

“Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT melarang kalian bersumpah dengan nama nenek moyangmu. Barang siapa bersumpah hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah SWT atau lebih baik diam”. (22)

“Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah SWT, maka ia telah berbuat syirik”.(23)

l. Thiyarah

Merasa bernasib sial dengan sesuatu tanda-tanda buruk yang dijumpai atau dialami dan dia sangka akan menimpa kepada dirinya. Termasuk Thiyarah yaitu: (1) Merasa bernasib sial dengan bulan-bulan tertentu, seperti tidak mau melakukan pernikahan pada bulan Shafar; (2) Kepercayaan bahwa hari Rabu yang jatuh pada akhir setiap bulan membawa kemalangan terus- menerus; (3) Merasa sial dengan angka 13, nama-nama tertentu atau orang cacat, dan lain-lain.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya”.(24)

Nabi SAW menerangkan hukum perbuatan ini dalam sabdanya, yang artinya: “ Thiyarah adalah syirik”. (25)

m. Memberi atau Menerima Suap

Dalam sebuah hadits marfu’ riwayat Abu Hurairah ra. yang artinya: “Allah melaknat penyuap dan penerima suap dalam (urusan) hukum”. (26)

n. Zina

Di zaman sekarang, bahkan perbuatan zina yang merupakan salah satu dosa besar – pun sudah dianggap biasa di kalangan anak muda. Sedangkan di antara tujuan syari’at Islam adalah menjaga kehormatan dan keturunan, oleh karenanya syari’at Islam mengharamkan perzinaan. Bahkan untuk mendekati zina saja Allah SWT sangat melarangnya (terdapat dalam QS. Al-Isra’ ayat 32).

REFERENSI/ KEPUSTAKAAN

Al-Munajjid , Muhammad bin Shaleh. 2007. Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa. Terjemahan oleh Ainul Harits Umar Thayyib. Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. Tersedia pada : //islamhouse.com/id/books/71037/.

Tuasikal, Muhammad Abduh. 2018. Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat: Dosa Besar Yang Dianggap Biasa. Rumaysho.Com

Kajian Kitab Dosa-Dosa Yang Diangggap Biasa oleh Ustadz Oemar Mita, Lc.. Tersedia pada : //www.youtube.com/watch?v=jbnVBkmY6X0.

(1) HR. Tirmidzi no 2499

(2) QS. Al-Isra’ : 70

(3) QS. Al-A’raf : 16 – 17

(4) QS. Fathir : 6

(5) HR. Bukhari no 5590

(6) HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban

(7) QS. Al-Isra’ : 32

(8) HR. Bukhari no 6243 dan HR. Muslim no 2657

(9) HR. Tirmidzi no 2621

(10) HR. Tirmidzi no 2622

(11) QS. Al-Baqarah: 275

(12) HR. Muslim no 1598

(13) (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)

(14) HR. Muslim: 4/ 2001

(15) QS. Al-Hujurat : 12

(16) HR. Muslim no. 1886

(17) QS. An Nisa’:48

(18) HR. Muslim no 93

(19) Q.S: Al An’am: 68

(20) Q.S; Al Baqarah: 238

(21) HR. Abu Daud: 1/ 533 dalam shahihul jami’, hadits no 7224

(22) (HR. Bukhari, dalam fathul Bari: 11/530)

(23) HR. Ahmad: 2/ 125

(24) QS. Al A’raf : 131

(25) HR. Ahmad no 3955 dalam Shahihul Jami’

(26) HR. Ahmad: 2/ 387

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA