Apa yang dilakukan Abu lahab terhadap dakwah nabi Muhammad

Kisah Penentangan Abu Lahab dan Istrinya terhadap Ajakan Rasulullah SAW

4.0 (80%) 7 votes

Abu lahab dan istrinya Ummu Jamil yang bernama asli Arwa menentang ajakan rasulullah SAW. Keduanya pun celaka dan masuk neraka . Harta Abu lahab tak mampu menylamatkannya, demikian pula segala usahanya. Abu lahab adalah keturunan quraisy yang memusuhi , menetang , dan menghalang halangi perjuangan dakwah Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Islam di Mekkah. Abu lahab selalu menghasut para pengikut Nabi Muhammad SAW supaya tidak mengikuti ajaran Nabi dan selalu berupaya merendahkan agama Islam.

Suatu ketika Rasulullah mengundang para kerabatnya dan kaum Quraisy , Rasulullah naik ke atas bukit Shafa.  ketika mereka telah berkumpul . Rasulullah lalu berkata, “sekiranya saya sekarang mengatakan kepada kalian bahwa pasukan musuh akan menyerang kaian di pagi ini atau sore ini, apakah kalian akan mempercayainya?” mereka serentak menjawab “Ya.” Rasulullah lalu berkata. “sesungguhnya saya sekarang memberi peringatan kepada kalian bahwa akan datang azab yang perih.” Mendengar ucapan Nabi SAW tersebut, Abu Lahab langsung menentang dan berkata dengan lantang, “Celaka Engkau , apakah hanya untuk menyampaikan hal ini engkau mengumpulkan kami?!” Allah SWT lalu menurunkan surat Al Lahab.

Artinya :

  1. Binasahlah kedua tangan Abu Lahab dan benar benar binasa ia!
  2. Tidaklah berguna hartanya dan apa yang ia usahakan.
  3. Kelak ia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
  4. Dan (begitu pula) istrinya , pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
  5. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.

Istri Abu Lahab juga mengikuti jejak abu lahab yaitu mengalang halangi Islam dengan menyebarkan duri -duri di tempat yang akan di lalui Baginda Rasulullah SAW. Abu Lahab dengan pengakuannya seperti itu amatlah rugi dan sangat celaka, amalnya sia-sia, usahanya untuk mengahalang halangi Islam menjadi percuma. Harta, pangkat , kedudukannya yang ia banggakan tidak berarti apa apa . Abu Lahab kelak akan disiksa dengan api neraka yang sangat panas.

Sumber : Muhammad Abu Fajr, Juz ‘Amma anak shaleh & pintar

Baca Juga  Lelaki Baik untuk Wanita Baik

Berdakwah atau mengajak orang kepada jalan yang benar adalah perintah Allah Swt. Oleh karenanya, setiap orang harus melakukannya. Tentu hal ini harus dilakukan dengan kapasitas dan ruang lingkupnya masing-masing.

Allah Swt berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl [16]: 125)

Namun, setiap hal yang kita kerjakan, tak terkecuali berdakwah, mau tidak mau pasti akan mengalami banyak rintangan dan cobaan. Sekaliber Nabi Muhammad Saw pun sama: mengalami rintangan dalam dakwahnya. Bahkan tak tanggung-tanggung, penolakan itu datang dari anggota keluarganya sendiri, yakni Abu Lahab, pamannya.

Abu lahab adalah paman keempat nabi. Nama aslinya adalah Abdul ‘Uzza. Dalam Dalam kitab Nur al-Dhalam disebutkan bahwa ia dijuluki Abu Lahab karena wajahnya yang begitu tampan. Nama kuniyah-nya (nama panggilan) adalah Abu Utaibah. Ia wafat dalam keadaan yang sangat mengenaskan karena terjangkit penyakit lepra. (Selengkapnya di sini)

Menurut Sayyid Muhammad bin Muhammad dalam Jala’ul Afham, Abu Lahab adalah salah satu orang yang paling keras menentang dakwah Nabi. Bukti penolakan itu salah satunya adalah yang disebutkan dalam hadis riwayat Ahmad.

Suatu ketika, seorang yang telah masuk Islam bernama Rabi’ah bin ‘Abbad melihat Nabi sedang berada di pasar. Nabi, saat itu, sedang menyeru kepada orang-orang yang ada di sana.

“Wahai para manusia, katakanlah, Laa ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah), maka kalian akan beruntung,” kata Nabi.

Tiba-tiba ada seorang lelaki dari belakang Nabi berkata, “Dia adalah anak yang suka berdusta”.

Karena tak merasa kenal, akhirnya Rabi’ah bin ‘Abbad bertanya kepada orang-orang di pasar, siapa gerangan yang menyela dan mengatai Nabi itu. Mereka menjawab pria itu adalah Abu Lahab, paman Nabi.

Kisah di atas juga dikutip oleh Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya ketika ia menerangkan surat al-Masad (al-Lahab).

Di titik ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa dalam sebuah perjuangan di jalan Allah, pasti akan ada rintangan yang menghadang. Akan ada orang yang tidak suka dengan apa yang kita lakukan. Selama kita yakin bahwa yang kita lakukan adalah suatu yang benar, maka lanjutkan saja. Kita tidak harus menyenangkan semua pihak, kok.

Sebagaimana yang dialami Nabi, maka bisa jadi penolakan atas setiap hal baik yang kita lakukan itu datang dari orang-orang di sekeliling kita. Bisa orangtua, saudara, paman, dan yang lainnya. Sehingga, dari sini, kita harus benar-benar pintar dalam memposisikan diri.

Di satu sisi, siapa saja yang menolak harus kita abaikan. Kita harus tetap melangkah ke depan. Namun, di sisi lain, kita harus tetap menghormati sosok dan figur orang itu, apalagi ia masih memiliki hubungan keluarga dengan kita. Dan, dari sini kita harus memahami bahwa yang kita tolak adalah gagasannya, bukan orangnya.

Juga, dari peristiwa Nabi yang ditolak dakwahnya dan dihina di tengah-tengah pasar di atas, kita bisa belajar bahwa dalam berdakwah (dan hal baik lainnya), hendaknya seseorang memiliki mental yang kuat dan kokoh dan tidak mudah putus asa. Wallahu a’lam.

Abu Thalib adalah pribadi yag tiada duanya. Dia mampu menyatukan Bani Hasyim dan Bani Muththalib, mengajak mereka menjadi benteng yang kokoh guna melindungi Rasulullah Saw dari ganasnya siksaan dan penganiayaan kaum musyrikin.

Akan tetapi, setelah meninggalnya Abu Thalib, maka benteng yang kokoh, yang sengaja dibuat untuk melindungi Muhammad itu pun hancur.

Dengan hancurnya tembok penghalang itu, maka Rasulullah Saw menjadi vis a vis dengan kaum kafir Quraisy. Dengan demikian, kaum kafir Quraisy dapat melakukan berbagai bentuk penganiayaan terhadap Rasulullah Saw. Dua di antara orang Qurays yang kuat sekali penentangannya terhadap Rasul Saw adalah Abu Lahab beserta istrinya dan Abu Jahal.

Abu Lahab –paman Rasulullah Saw—dan istrinya Ummu Jamil binti Harb bin Ummayah adalah di antara orang-orang yang paling keras penganiayaannya terhadap Rasulullah Saw.

Ummu Jamil senantiasa membawa duri yang biasa disebar di jalan yang biasa dilewati Rasulullah Saw. Bahkan dia rela menjual kalungnya yang sangat berharga untuk biaya penganiayaan terhadap Rasulullah Saw. Kemudian turunlah firman Allah Swt sehubungan dengan dia dan suaminya:

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berguna kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab: 1-5)

Setelah Ummu Jamil mendengar ayat Alquran yang turun tentang dirinya dan suaminya, maka dia mendatangi Rasulullah Saw yang sedang duduk di masjid di sisi Ka’bah dengan ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq. Di tangan Ummu Jamil ada batu sebesar genggaman tangan.

Setelah Ummu Jamil berada di hadapan keduanya, maka Allah Swt menutup pandangannya kepada Rasulullah Saw, sehingga dia tidak melihat siapa-siapa selain Abu Bakar.

Dia berkata, “Wahai Abu Bakar, mana temanmu. Telah sampai kepadaku bahwa temanmu itu telah mengejekku dengan syairnya! Demi Allah, kalau aku menemukannya, pasti aku pukul mulutnya dengn batu ini.” Kemudian dia pun pergi.

Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa kamu tidak terlihat olehnya, padahal aku melihatmu?”. Rasulullah Saw berkata, “Sebab dia tidak melihatku adalah karena Allah menutup pandangannya terhadapku.”

Sementara itu, Abu Jahal bin Hisyam bertemu dengan Rasulullah Saw. Kepada Rasulullah Saw, Abu Jahal berkata, “Demi Allah, wahai Muhammad, berhentilah dari mencaci-maki tuhan-tuhan kami, jika tidak, maka kami pun akan mencaci maki Tuhanmu yang kamu sembah!” Sehubungan dengan hal ini Allah Swt berfirman:

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al-An’am: 108)

Sejak itu Rasulullah Saw berhenti dari memaki sembahan-sembahan mereka, dan beliau mulai menyeru mereka kepada Allah Swt. Ketika turun firman Allah:

“Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqum.” (QS. Al-Waqiah: 51-52)

Abu Jahal berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, apakah kalian tahu pohon zaqqum, yang dengan pohon zaqum ini Muhammad menakut-nakuti kalian?”. “Tidak!” jawab mereka. Abu Jahal berkata, “”(pohon zaqum itu adalah) Ajwah Yastrib yang diolesi keju, demi Allah, jika kami kelak benar-benar menyentuhnya, maka sungguh kami akan menelannya.” Maka turunlah firman Allah Swt:

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu (adalah) makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.” (QS. Ad-Dukhan: 43-46)

Artinya pohon zaqqum itu tidak seperti yang dikatakan oleh orang durjana itu, tetapi ia merupakan sesuatu yang lain.

Shodiq Ramadhan

SEJAK Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam, para kafir Quraisy pun mengobarkan permusuhan. Sebagaimana yang dialami oleh para nabi dan rasul terdahulu, Rasulullah juga mendapatkan caci-maki, hinaan, teror, dan intimidasi.

Hampir setiap hari, dan gerak langkah dakwahnya ia mendapatkan rintangan, tekanan, tantangan, bahkan sampai beberapa kali usaha percobaan pembunuhan. Allah SWT berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ

Wa każālika ja'alnā likulli nabiyyin 'aduwwan syayāṭīnal-insi wal-jinni

Artinya: ”Dan Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh (berupa) setan-setan (dari) manusia dan jin. ” (QS. 6/Al An’am: 112)

 Baca juga: Kisah Abu Jahal Menentang Islam Meski Percaya Muhammad Rasulullah

Dikutip dari Buku Pintar Agama Islam, karya Syamsul Rijal Hamid, tantangan yang dialami oleh Rasulullah SAW dalam mendakwahkan Islam memang sangat luar biasa.

Amru bin Hisyam atau Abu Jahal adalah tokoh utama yang menentang Rasulullah. Abu Jahal adalah seorang hartawan yang berasal dari Bani Abdid-Dar dan Bani Abdi Manaf yang memiliki kedudukan terpandang. Kala itu, ia bersama Umar bin Khatab merupakan seorang yang paling sengit, dan berani memusuhi umat Islam.

Dalam menghadapi mereka, Rasulullah berdoa, ”Ya Allah aku serahkan kepadamu dua Umar, yakni Abu Jahal Amru bin Hisyam dan Umar bin Khoththob, agar Engkau beri petunjuk.” Akhirnya Umar bin Khatab pun memeluk Islam, ia menjadi pendamping setia Nabi Muhammad, sedangkan Abu Jahal tetap dalam kekafirannya.

Cara-cara kotor yang dilakukan oleh Abu Jahal dalam memusuhi Rasulullah, antara lain:

(1) Menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW.

(2) Mengajak dan memimpin kaum kafir Quraisy memboikot (memutuskan hubungan kekerabatan dan tidak megadakan transaksi) keluarga Nabi, dan para pengikutnya.

(3) Mengatakan kepada warga kaum Quraisy, bahwa peristiwa Isra’ Mi’rj Nabi Muhamad hanyalah kebohongan belaka.

(4) Mengolok-olok ayat-ayat Alquran, namun ia termasuk pembesar Quraisy yang secara diam-diam sering mendengarkan Nabi mengaji.

Kemudian Abu Jahal meninggal dunia dalam kekafirannya. Namun lain halnya dengan Ikrimah, anak Abu Jahal malah menjadi pengikut Nabi Muhammad yang setia, dan ia termasuk Sahabat yang saleh.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: //muslim.okezone.com/alquran

(sal)

  • #Kafir Quraisy
  • #Rasulullah
  • #Nabi Muhammad SAW
  • #Sejarah Islam
  • #Abu Jahal

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA