Apa saja perlawanan perlawanan bersenjata terhadap penduduk Jepang?

Doni Setyawan | Februari 8, 2018 | Soal USBN Sejarah |

Perhatikan data berikut!

  1. Lahir di singaparna tahun 1899 dengan nama umri alias hudemi
  2. Berdasarkan SK presiden no. 064/TK/ 1972, pada tanggal 6 november 1972 pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional
  3. Pada masa pemerintah belanda pernah dicurigai mengajarkan ilmu agama
  4. Pada masa pendudukan jepang menolak melakukan seikerei

Berdasarkan data tersebut, tokoh yang dimaksud adalah….

(A) K. H. Hasan basri

(B) Supriyadi

(C) Teuku umar

(D) K. H. Mas mansyur

(E) K. H. Zainal Mustafa

Pembahasan:

Perlawanan di Aceh

Perlawanan rakyat Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami akibat kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan membangun parit, lapangan terbang, jalan, dan lain-lain. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting adalah penyerangan di Cot Plieng yang terjadi pada tanggal 10 November 1942. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng. Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buyaterjadi di bawah pimpinan T. Hamid.

Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)

Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Sebab perlawanan adalah adanya perintah upacara Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah matahari terbit) dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dihukum mati.

Perlawanan di Indramayu

Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan. Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.

Perlawanan PETA di Blitar

Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melakukan tipu muslihat. Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman. Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.

Jadi:

Berdasarkan data tersebut, tokoh yang dimaksud adalah….  (E) K. H. Zainal Mustafa

  • (A) K. H. Hasan Basri merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1984-1990.
  • (B) Supriyadi pemimpin perlawanan PETA di Blitar
  • (C) Teuku umar pahlawan dari Aceh yang gigih melawan Belanda
  • (D) K. H. Mas Mansyur salah satu tokoh nasional yang menempuh jalur kooperatif saat terjadi Pendudukan  Jepang.  K. H. Mas Mansyur salah satu anggota dari Empat Serangkai

Untuk meteri secara lengkap mengenai Masa Pendudukan Jepang di Indonesia silahkan klik link youtube berikut ini. Jika bermanfaat, jangan lupa subscribe, like, komen dan share. Terimakasih

Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih

Lihat Foto

Seri Nusantara Membara: Invasi ke Sumatra (2019)

Penduduk Aceh dengan gembira menyambut kedatangan pasukan Garuda Kekaisaran Jepang berbaris melewati Masjid Raya Kutaraja.

KOMPAS.com - Sikap Jepang yang semena-mena dan menyengsarakan rakyat Indonesia, lambat laun makin terasa dan disadari.

Penderitaan ini memicu kebencian rakyat terhadap Jepang. Di sebagian wilayah, rakyat memilih angkat senjata.

PETA, organisasi militer yang dibentuk Jepang sendiri bahkan melawan. Begitu pula para tokoh nasional yang melawan dengan caranya masing-masing.

Berikut sejumlah perlawanan rakyat terhadap Jepang seperti dirangkum dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (2019):

Baca juga: Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia

Perlawanan rakyat Cot Plieng

Perlawanan terbuka terhadap Jepang pertama terjadi di Cot Plieng Bayu, Aceh.

Di daerah dekat Lhokseumawe itu, rakyat melawan tentara Jepang setelah delapan bulan Jepang singgah.

Perlawanan dipimpin seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Djalil. Guru mengaji itu melawan karena membela ajaran agamanya.

Tengku Abdul Djalil menentang melakukan seikerei yang diwajibkan Jepang. Seikerei adalah penghormatan kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan badan ke arah Tokyo.

Baca juga: MIAI dan Masyumi, Cara Jepang Galang Dukungan Umat Islam

Untuk meredam perlawanan ini, Jepang berusaha membujuk sang ulama. Namun karena tidak berhasil, Jepang kemudian menyerang di pagi buta ketika rakyat sedang shalat subuh.

Dengan persenjataan seadanya, rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang ke Lhokseumawe.

Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang

Adanya perlakuan yang semena-mena oleh tentara Jepang dan pelaksanaan romusha menjadikan rakyat menderita. Akibatnya, timbul rasa benci yang mendalam terhadap tentara Jepang, sehingga terjadi perlawanan bersenjata dari rakyat, diantaranya sebagai berikut.

Perlawanan rakyat Aceh pada Jepang terjadi dua kali, yaitu perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid. Perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil terjadi di daerah Cot Plieng, pada 10 November 1942. Latar belakang terjadinya perlawanan adalah tindakan semena-mena pasukan Jepang kepada umat Islam, seperti pembakaran masjid dan pembunuhan sebagian jamaah ketika sedang shalat Subuh.

Perlawanan rakyat Aceh selanjutnya terjadi di Sesa Meureu pada November 1944di bawah pimpinan Tengku Hamid. Perlawanan rakyat Aceh di bawah pimpinanTengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid ditumpas secara keji oleh tentara-tentaraJepang.

  • Perlawanan Rakyat Sukamanah (Tasikmalaya)

Perlawanan rakyat Sukamanah terjadi pada 25 Februari 1945 di bawah pimpinan K.H. Zaenal Mustafa. Perlawanan rakyat Sukamanah di akibatkan rakyat Sukamanah menolak melaksanakan Seikerei, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah timur (Tokyo). Akibat penolakan ini, tentara Jepang melakukan pembantaian pada umat Islam yang melaksanankan shalat Subuh. K.H.Zaenal Mustafa pimpinan pesantren di Sukamanah, memimpin rakyat untuk melakukan perlawana pada tentara Jepang. Perlawanan rakyat ini dapat dipadamkan oleh Jepang. K.H.Zaenal Mustafa berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman mati.

KH. Zaenal Mustafa
  • Pemberontakan PETA di Blitar

Pemberontaakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 di bawah pimpinanSuprijadi, seorang komandan pleton PETA. Pemberontakan ini dikarenakan tidaktahan melihat penderitaan rakyat akibat pelaksanaan romusha. PemberontakanPETA di Blitar merupakan pemberontakan terbesar yang dihadapi Jepang, sehinggahal ini menyadarkan Jepang bahwa sikap nasionalisme rakyat Indonesia telahberkembang. Pemberontakan PETA diBlitar dapat dipadamkan setelah Jepangmenggunakan berbagai cara. Anak buahSuprijadi sebanyak 35 orang berhasilditangkap lalu dijatuhi hukuman. Suprijadisendiri nasibnya tidak diketahui hinggasaat ini.

Pemberontakan PETA di Blitar
  • Perlawanan Rakyat di Indramayu

Perlawanan rakyat Indramayu terjadi pada Juli 1944 di bawah pimpinan H. Madriyas Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh tindakan kejam tentara Jepang kepada rakyat. Perlawanan ini juga dapat ditindas secara keji oleh tentara Jepang.

  • Perlawanan tidak Bersenjata

Perlawanan rakyat Indonesia kepada Jepang tanpa senjata dilakukan oleh kelompok yang tidak mau bekerja sama atau non kooperatif, dipimpin Soekarni dan Chaerul Saleh. Perlawanan dilakukan dengan cara membuat organisasi yang diberi nama Pemuda Menteng 31. Golongan non koopertif berjuang secara terorganisir, teratur, dan berjuang dibawah tanah (tersembunyi).

Golongan ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tokoh tokoh pergerakan nasional yang berjuang secara legal. Dalam perkembangannya golongan ini menolak bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian dari Jepang, sehingga mereka mendesak Soekarno – Hatta untuk memproklamasikan Indonesia tanpa menunggu dari Jepang.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA