Doni Setyawan | Februari 8, 2018 | Soal USBN Sejarah |
Perhatikan data berikut!
- Lahir di singaparna tahun 1899 dengan nama umri alias hudemi
- Berdasarkan SK presiden no. 064/TK/ 1972, pada tanggal 6 november 1972 pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional
- Pada masa pemerintah belanda pernah dicurigai mengajarkan ilmu agama
- Pada masa pendudukan jepang menolak melakukan seikerei
Berdasarkan data tersebut, tokoh yang dimaksud adalah….
(A) K. H. Hasan basri
(B) Supriyadi
(C) Teuku umar
(D) K. H. Mas mansyur
(E) K. H. Zainal Mustafa
Pembahasan:
Perlawanan di Aceh
Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Perlawanan di Indramayu
Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan. Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
Perlawanan PETA di Blitar
Jadi:
Berdasarkan data tersebut, tokoh yang dimaksud adalah…. (E) K. H. Zainal Mustafa
- (A) K. H. Hasan Basri merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1984-1990.
- (B) Supriyadi pemimpin perlawanan PETA di Blitar
- (C) Teuku umar pahlawan dari Aceh yang gigih melawan Belanda
- (D) K. H. Mas Mansyur salah satu tokoh nasional yang menempuh jalur kooperatif saat terjadi Pendudukan Jepang. K. H. Mas Mansyur salah satu anggota dari Empat Serangkai
Untuk meteri secara lengkap mengenai Masa Pendudukan Jepang di Indonesia silahkan klik link youtube berikut ini. Jika bermanfaat, jangan lupa subscribe, like, komen dan share. Terimakasih
Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih
Seri Nusantara Membara: Invasi ke Sumatra (2019)
Penduduk Aceh dengan gembira menyambut kedatangan pasukan Garuda Kekaisaran Jepang berbaris melewati Masjid Raya Kutaraja.
KOMPAS.com - Sikap Jepang yang semena-mena dan menyengsarakan rakyat Indonesia, lambat laun makin terasa dan disadari.
Penderitaan ini memicu kebencian rakyat terhadap Jepang. Di sebagian wilayah, rakyat memilih angkat senjata.
PETA, organisasi militer yang dibentuk Jepang sendiri bahkan melawan. Begitu pula para tokoh nasional yang melawan dengan caranya masing-masing.
Berikut sejumlah perlawanan rakyat terhadap Jepang seperti dirangkum dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (2019):
Baca juga: Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Perlawanan rakyat Cot Plieng
Perlawanan terbuka terhadap Jepang pertama terjadi di Cot Plieng Bayu, Aceh.
Di daerah dekat Lhokseumawe itu, rakyat melawan tentara Jepang setelah delapan bulan Jepang singgah.
Perlawanan dipimpin seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Djalil. Guru mengaji itu melawan karena membela ajaran agamanya.
Tengku Abdul Djalil menentang melakukan seikerei yang diwajibkan Jepang. Seikerei adalah penghormatan kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan badan ke arah Tokyo.
Baca juga: MIAI dan Masyumi, Cara Jepang Galang Dukungan Umat Islam
Untuk meredam perlawanan ini, Jepang berusaha membujuk sang ulama. Namun karena tidak berhasil, Jepang kemudian menyerang di pagi buta ketika rakyat sedang shalat subuh.
Dengan persenjataan seadanya, rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang ke Lhokseumawe.
Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang
Adanya perlakuan yang semena-mena oleh tentara Jepang dan pelaksanaan romusha menjadikan rakyat menderita. Akibatnya, timbul rasa benci yang mendalam terhadap tentara Jepang, sehingga terjadi perlawanan bersenjata dari rakyat, diantaranya sebagai berikut.
Perlawanan rakyat Aceh pada Jepang terjadi dua kali, yaitu perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid. Perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil terjadi di daerah Cot Plieng, pada 10 November 1942. Latar belakang terjadinya perlawanan adalah tindakan semena-mena pasukan Jepang kepada umat Islam, seperti pembakaran masjid dan pembunuhan sebagian jamaah ketika sedang shalat Subuh.
Perlawanan rakyat Aceh selanjutnya terjadi di Sesa Meureu pada November 1944di bawah pimpinan Tengku Hamid. Perlawanan rakyat Aceh di bawah pimpinanTengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid ditumpas secara keji oleh tentara-tentaraJepang.
- Perlawanan Rakyat Sukamanah (Tasikmalaya)
Perlawanan rakyat Sukamanah terjadi pada 25 Februari 1945 di bawah pimpinan K.H. Zaenal Mustafa. Perlawanan rakyat Sukamanah di akibatkan rakyat Sukamanah menolak melaksanakan Seikerei, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah timur (Tokyo). Akibat penolakan ini, tentara Jepang melakukan pembantaian pada umat Islam yang melaksanankan shalat Subuh. K.H.Zaenal Mustafa pimpinan pesantren di Sukamanah, memimpin rakyat untuk melakukan perlawana pada tentara Jepang. Perlawanan rakyat ini dapat dipadamkan oleh Jepang. K.H.Zaenal Mustafa berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman mati.
- Pemberontakan PETA di Blitar
Pemberontaakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 di bawah pimpinanSuprijadi, seorang komandan pleton PETA. Pemberontakan ini dikarenakan tidaktahan melihat penderitaan rakyat akibat pelaksanaan romusha. PemberontakanPETA di Blitar merupakan pemberontakan terbesar yang dihadapi Jepang, sehinggahal ini menyadarkan Jepang bahwa sikap nasionalisme rakyat Indonesia telahberkembang. Pemberontakan PETA diBlitar dapat dipadamkan setelah Jepangmenggunakan berbagai cara. Anak buahSuprijadi sebanyak 35 orang berhasilditangkap lalu dijatuhi hukuman. Suprijadisendiri nasibnya tidak diketahui hinggasaat ini.
- Perlawanan Rakyat di Indramayu
Perlawanan rakyat Indramayu terjadi pada Juli 1944 di bawah pimpinan H. Madriyas Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh tindakan kejam tentara Jepang kepada rakyat. Perlawanan ini juga dapat ditindas secara keji oleh tentara Jepang.
- Perlawanan tidak Bersenjata
Perlawanan rakyat Indonesia kepada Jepang tanpa senjata dilakukan oleh kelompok yang tidak mau bekerja sama atau non kooperatif, dipimpin Soekarni dan Chaerul Saleh. Perlawanan dilakukan dengan cara membuat organisasi yang diberi nama Pemuda Menteng 31. Golongan non koopertif berjuang secara terorganisir, teratur, dan berjuang dibawah tanah (tersembunyi).
Golongan ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tokoh tokoh pergerakan nasional yang berjuang secara legal. Dalam perkembangannya golongan ini menolak bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian dari Jepang, sehingga mereka mendesak Soekarno – Hatta untuk memproklamasikan Indonesia tanpa menunggu dari Jepang.