Apa pesan/pelajaran apa yang ada dapat dari peristiwa rapat raksasa ikada

Suasana rekonstruksi rapat raksasa Ikada 1945 di lapangan Monas, Jakarta Pusat, Ahad sore, 16 September 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan setelah Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi, pemerintah Indonesia belum berhasil mengukuhkan kekuasaannya di semua bidang. Para pemuda pun tergerak untuk mengadakan rapat umum memperingati sebulan kemerdekaan guna menegaskan status negara dan merekatkan secara emosional antara pemerintah dan rakyat Indonesia.

Di masa awal kemerdekaan, terdapat dua macam pemerintahan, yaitu pemerintahan bala tentara Dai Nippon dan pemerintahan Republik Indonesia. Aboe Bakar Loebis dalam Kilas Balik Revolusi (1992) menuliskan saat itu posisi menteri diisi oleh orang-orang bekas pegawai kolonial yang menjadi kepala jawatan di zaman Jepang.

Acara yang sedianya diadakan pada 17 September diundur dua hari dan dilakukan di lapangan Ikatan Atletik Djakarta atau IKADA. Peristiwa ini juga disebut sebagai rapat Ikada.

Penggagas rapat raksasa ini yaitu komite van aksi yang merupakan wadah bagi para pemuda dan mahasiswa. Mereka mampu memobilisasi massa hingga 300 ribu orang dan mendesak pemerintah untuk hadir dalam agenda tersebut. Komite ini terdiri dari beberapa sub organisasi seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API), BARA (Barisan Rakyat), dan Barisan Buruh Tani (BBT).

Pemerintah Dai Nippon yang mendengar rencana rapat ini membuat perintah tandingan. Mereka melarang mengadakan rapat umum di lapangan IKADA dan mengancam akan menitindakan tegas untuk mencegah hal itu berlangsung.

Walaupun mendapat tekanan dari pemerintah Jepang, para pemuda tersebut menolak tunduk pada pelbagai ancaman yang diberikan. Namun Pemerintah Indonesia justru bersikap lunak karena tidak mau mengambil resiko untuk melawan kemauan Jepang. Presiden Sukarno bahkan dikabarkan awalnya menolak untuk datang. Namun para pemuda dari Asrama Prapatan 10 terus membujuk Sukarno.

Bung Kano pun melunak dan mau menghadiri rapat tersebut. Kedatangan Bung Karno sudah ditunggu oleh para pemuda dari pagi hingga petang menjelang. Massa yang awalnya riuh, setelah Sukarno mendatangi rapat tersebut, hening seketika.

Bersama Bung Hatta, Bung Karno meminta massa rapat besar IKADA untuk tetap tenang dan percaya kepada pemerintah. “Kalau memang saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan ini, walaupun kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan itu kepada kami, dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dan disiplin. Sesudah perintah kami ini, marilah kita sekarang pulang dengan tenang dan tentram," ucapnya.

GERIN RIO PRANATA

Baca juga:

Kagum dengan Lapangan Banteng Kini, Ahok: Dulu Kan Seram

Pada awalnya, rapat raksasa tersebut direncanakan digelar pada 17 September 1945, tepat sebulan setelah Proklamasi. Lokasi yang dipilih adalah Lapangan lkada yang mampu menampung banyak orang. Lapangan ini sekarang letaknya dekat Monumen Nasional (Monas) .

Makna penting dari Rapat Raksasa di Lapangan Ikada adalah mempertemukan pemerintah yang berkuasa dengan rakyat sebagai penguatan atas rasa nasionalisme yang diraih sejak diproklamasikan kemerdekaan sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Perwujudan kewibawaan pemerintah Indonesia di hadapan rakyat Indonesia dan berhasil meningkatkan kepercayaan rakyat sebagai satu kesatuan dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka jawabannya adalah C
 

Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945, saat Soekarno memberikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas.

Rapat tersebut dilakukan untuk mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya, mewujudkan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat, menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri, mendapatkan dukungan rakyat terhadap pemerintah yang baru terbentuk yang dibuktikan dengan pelaksanaan setiap instruksi dari pimpinan mereka.

Dengan demikian, rapat raksasa di Lapangan Ikada merupakan sarana yang dilakukan pemerintah setelah satu bulan kemerdekaan untuk menarik simpati dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan yang baru saja terbentuk.

Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945

Daftar Isi


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Rapat Raksasa Lapangan Ikada adalah peristiwa pemberian pidato singkat dari Presiden Soekarno di hadapan ribuan rakyat indonesia di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta).

Rapat raksasa yang terjadi pada 19 September 1945 ini dilaksanakan dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan.

Dalam rapat raksasa ini juga dilaksanakan rapat umum yang dipelopori oleh Komite Van Aksi.

Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda mengadakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan.

Lokasi Lapangan Ikada saat ini berada di sebelah selatan Lapangan Monas. (1)

Baca: Suishintai (Barisan Pelopor)

Baca: Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)

Ir Soekarno-Mohammad Hatta. (Arsip Nasional RI) (Arsip Nasional RI)

Situasi setelah Kemerdekaan

Tidak ada yang berubah pada kehidupan masyarakat pascaproklamasi.

Hal itu terlihat dari masih adanya penayangan film-film buatan Jepang atau yang berbau tentara Jepang di bioskop.

Pertunjukan tinju juga masih terus diadakan serta kegiatan lotre saat itu juga masih tetap berjalan.

Masyarakat pun masih menggunakan penanggalan tahun Jepang lantaran tertulis 2605 untuk penyebutan tahun 1945.

Selain itu, suasana dalam masyarakat melempem lantaran pimpinan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dianggap kurang tegas.

Pemuda menilai Soekarno-Hatta masih ragu dalam memimpin karena masih memperhitungkan sikap pembesar-pembesar Jepang yang sudah kalah perang.

Soekarno sendiri memilih untuk menunggu kedatangan Sekutu, sehingga tidak ada pergerakan dari dirinya.

Aksi dan Gagasan Pemuda

Merasa resah melihat hal tersebut, para pemuda kemudian mulai melancarkan berbagai kegiatan untuk mengubah situasi.

Lalu muncullah beberapa kelompok dan pusat gerakan pemuda yang kemudian melahirkan Angkatan Pemuda Indoensia (API).

Mereka melancarkan aksinya dengan mencoret-coret dan menuliskan semboyan perjuangan di tembok, kereta api, trem, hingga merebut senjara dan kendaraan dari Jepang.

Tak lama setelahnya, Inggris bersama beberapa orang Belanda datang.

Merasa sangat geram, pemuda mencetuskan ide untuk menyelenggarakan rapat raksasa di Ikada untuk memperkenalkan Pemerintah Republik Indonesia di muka umum serta menunjukkan kepada penjajah bahwa Indonesia sudah benar-benar merdeka.

Awalnya, Soekarno tidak menyetujui gagasan tersebut, namun, melihat banyaknya rakyat yang datang ke Ikada, Soekarno akhirnya memutuskan datang.

Ia bersama Hatta dengan diiringi oleh berbagai mobil dan motor untuk berjaga-jaga dari serangan Jepang.

Bahkan, mereka menggunakan mobil Kempeitaicho, yaitu mobil Kepala Polisi Militer Jepang, agar dapat masuk ke lapangan Ikada.

Dalam lautan manusia itu, Soekarno menyampaikan kepada rakyat yang hadir untuk terus percaya kepada pemerintah dan segera pulang meninggalkan lapangan dengan menunggu perintah dalam keadaan siap sedia.

Setelah berpidato, Soekarno langsung meninggalkan lapangan Ikada, sementara masyarakat yang hadir segera membubarkan diri dengan tertib.

Rapat ini menjadi bukti bahwa rakyat benar-benar patuh kepada pemerintah yang melaksanakan kehendak rakyat.

Rapat tersebut menunjukkan persatuan pemuda, mahasiswa, dan rakyat dalam tekad hendak membela kemerdekaan terhadap serangan penjajah. (2)

Baca: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Baca: Stadion Sumpah Pemuda

Pada tanggal 20 September 1945, yakni sehari seusai diadakannya Rapat Raksasa, daerah Menteng 31 yang menjadi pusat perkumpulan gerakan pemuda digrebek oleh Jepang.

Puluhan anggota API, anggota Barisan Buruh Indonesia, serta anggota Barisan Rakyat dari luar kota ditangkap oleh Jepang yang bekerja sebagai polisi Sekutu.

Beberapa pasukan sekutu turut menyusul untuk datang ke Indonesia saat perjuangan rakyat sedang meninggi.

Rakyat akhirnya mampu mengoper kekuasaan dari Jepang dan merebut senjata Jepang.

Hal ini membuktikan betapa berpengaruhnya Rapat Raksasa di Ikada tanggal 19 September tersebut dalam mengobarkan semangat kemerdekaan rakyat Indonesia. (2)

Baca: Gedung Joang 45 Jakarta

Baca: Gedung Arsip Nasional

Makna yang diperoleh dari terselenggarakannya Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada 19 September 1945, antara lain sebagai berikut.

• Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat.

• Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.

• Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.

• Rakyat mendukung pemerintah yang baru terbentuk, yang tercermin dari kepatuhan rakyat melaksananakn setiap instruksi dari pimpinan. (1)

Baca: Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

Baca: Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

(TribunnewsWiki.com/Septiarani)

Tempat
Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)
Tanggal
19 September 1945
Tujuan
Menunjukkan kekuatan pemerintah dan rakyat Indonesia
Manfaat
Mengobarkan semangat kemerdekaan

Editor: Febri Ady Prasetyo

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA