Apa maksud dari h 1

Foto kolase perbandingan suasana kendaraan yang melintas di pintu Tol Cikampek Utama, Karawang, sebelum (atas) dan saat pandemi virus Corona (bawah), Jawa Barat, Sabtu, 23 Mei 2020. Menjelang Lebaran, salah satu titik kepadatan arus mudik di ruas tol Cikampek terpantau sepi dikarenakan adanya larangan mudik dari Pemerintah demi mencegah penyebaran wabah virus Corona. ANTARA/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi mengatakan hingga siang hari ini atau hari pertama setelah Lebaran (H+1) belum terjadi keramaian lalu lintas dari kendaraan yang keluar atau menuju Jakarta. Bahkan, menurut dia, lalu lintas saat ini masih sepi.

"Belum (ada keramaian), masih sepi landai saja," kata Budi saat dihubungi, Senin, 25 Mei 2020. Namun Budi masih enggan membeberkan jumlah volume kendaraan yang masuk, maupun keluar Jakarta.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk, mencatat sebanyak 465.582 kendaraan meninggalkan Jakarta melalui arah Timur, arah barat dan selatan dalam sepekan terakhir Lebaran. Corporate Communication & Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan angka ini turun 62 persen dari lalu lintas (lalin) di periode Lebaran 2019.

"Untuk distribusi lalu lintas di ketiga arah adalah sebesar 39 persen dari arah Timur, 34 persen dari arah Barat dan 27 persen dari arah Selatan," ujar Dwimawan dalam siaran pers, Ahad, 24 Mei 2020.

Adapun rinciannya yakni lalu lintas meninggalkan Jakarta dari arah timur merupakan kontribusi lalin dari dua Gerbang Tol (GT) pengganti GT Cikarang Utama, yaitu GT Cikampek Utama untuk pengguna jalan menuju Jalan Tol Trans Jawa dan GT Kalihurip Utama untuk pengguna jalan menuju Jalan Tol Cipularang-Padaleunyi.

Untuk distribusi lalu lintas untuk GT Cikampek Utama 1, dengan jumlah 103.440 kendaraan, turun sebesar 81 persen dari Lebaran 2019. Selain itu, GT Kalihurip Utama 1, dengan jumlah 76.357 kendaraan, turun sebesar 64persen dari Lebaran tahun 2019.

"Total kendaraan yang melintas menuju arah Timur adalah sebanyak 179.797 kendaraan, turun sebesar 76 persen dari Lebaran tahun 2019," kata Dwimawan.

Lalu untuk arah barat JSMR mencatat jumlah kendaraan yang meninggalkan Jakarta dari arah Barat melalui GT Cikupa Jalan Tol Merak-Tangerang adalah sebesar 157.926 kendaraan. Angka ini turun sebesar 42 persen dari Lebaran tahun 2019.

Sementara itu, jumlah kendaraan yang meninggalkan Jakarta dari arah Selatan/Lokal melalui GT Ciawi Jalan Tol Jagorawi adalah sebesar 127.859 kendaraan. Jumlah itu turun sebesar 33 persen dari Lebaran tahun 2019.

Untuk lalu lintas harian sejak H-7 s.d H-1 Lebaran 2020, Jasa Marga mencatat lalu lintas tertinggi untuk kendaraan yang meninggalkan Jakarta dari ketiga arah tersebut terjadi pada H-4 Lebaran 2020, yaitu sebesar 92.668 kendaraan.

Sebelumnya pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 H. Beleid itu juga diikuti oleh Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 04 Tahun 2020, yang juga menjadi landasan pelarangan mudik Lebaran tahun ini untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.

Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi D-Day atau Hari-H

KOMPAS.com - Penggunaan istilah "Hari H" untuk menggambarkan waktu dilaksanakannya sebuah acara sering kita jumpai sehari-hari. 

Bahkan, kemungkinan sebagian besar orang pernah menggunakannya, termasuk untuk menghitung mundur atau maju dari sebuah acara, seperti H-1, H-2, H+1, H+2, dan seterusnya.

Seperti H-1 Lebaran, hari H pelaksanaan pernikahan atau H+2 kejadian. 

Namun, adakah yang tahu bagaimana sejarah penggunaan istilah ini dan apa arti dari huruf H ini?

Ternyata apabila ditelusuri, penggunaan istilah ini tidak terlepas dari terminologi militer yang pernah populer digunakan selama Perang Dunia II.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam bahasa Inggris, istilah Hari-H juga digunakan, yaitu menjadi D-Day.

Makna D dalam D-Day atau H dalam Hari-H

Melansir History, pada 6 Juni 1944, pasukan Sekutu melakukan serangan besar-besaran kepada Jerman di pantai Normandia, Perancis.

Invasi ini sering disebut dengan "D-Day".

Sebagian orang berpendapat bahwa D mewakili "day" atau "hari" dalam bahasa Indonesia. 

Namun, sebagian lainnya berpendapat tentang arti lain seperti "departure" atau "keberangkatan" hingga "decision" atau "keputusan" maupun "doomsday" atau kiamat.

Obrolan tentang waktu selalu mengisi keseharian kita. Entah saat kita menanyakan tanggal berapa hari ini, berapa hari lagi saudara kita sampai ke rumah, menentukan hari untuk bertemu dengan kawan lama, dan lain-lain.

Namun biasanya, kita lebih senang menyebutkan tanggal atau nama hari. Seperti: “Kita bertemu tanggal 2 saja ya …, Kamis temui aku di rumah ya …” dan lain-lain.

Untuk jangka waktu, terkadang hal ini cukup membuat kita berpikir sejenak. Tiga hari dari hari ini, empat hari dari hari ini. Atau dua hari kemarin. Sebenarnya, waktu-waktu tersebut ada lho kata sebutannya dalam bahasa Indonesia.

Di Universitas Al-Azhar, Kairo, Bahasa Indonesia Resmi jadi Bahasa Kedua

Lalu apa saja ya? Kita akan bahas sebutan keterangan waktu yang paling jarang diketahui yaitu selumbari, tulat/langkat, dan tubin. Yuk simak bagan di bawah:

Sebutan keterangan waktu dalam satu minggu. Sumber
  • Yang pertama kita mulai dari selumbari. Selumbari adalah H-2. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), selumbari berarti kemarin dulu.
  • Tulat atau langkat. Dua sebutan tersebut sangat jarang digunakan untuk mengatakan keterangan waktu H+3. Dua kata tersebut pun punya arti sama untuk menyebutkan keterangan H+3 ini. Singkatnya, tulat atau langkat adalah hari setelah lusa.
  • Terakhir, tubin. Tubin mungkin jadi kata yang paling jarang diucapkan untuk menyebut keterangan waktu H+4. Biasanya orang langsung menyebutkan hari atau tanggal waktu untuk menyatakan H+4. Semisal hari ini Senin 2 Desember 2019, maka yang kerap diucapkan adalah, “Jumat saja ya …, Besok, tanggal 6 kita bertemu di perpustakaan saja …, dll.”

Sebutan keterangan waktu tersebut memang jarang diucapkan, tapi tidak ada salahnya jika kalian ingin mempopulerkannya. Toh dengan melakukannya, kita turut memperkaya penggunaan kata bahasa Indonesia kepada masyarakat.

RUJUKAN

Upvote Downvote

Total votes: 120

Upvotes: 45

Upvotes percentage: 37.500000%

Downvotes: 75

Downvotes percentage: 62.500000%

Previous Article
Next Article

Suara.com - Banyak orang yang menggunakan istilah 'Hari H' untuk menggambarkan waktu dilaksanakannya sebuah acara sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.

Bukan hanya 'Hari H' banyak juga orang yang menggunakan istilah H+1, H+, atau H-1. Hingga saat ini tidak banyak yang tahu asal usul istilah Hari H yang kerap digunakan ini.

Misalnya seperti Lebaran H-2 atau penggunaan kata Lebaran H+2, H+3 yang mengistilahkan 2 hari setelah hari lebaran atau 3 hari setelah hari lebaran.

Melansir dari History, adanya istilah 'Hari H' tidak terlepas dari terminologi militer yang pernah populer selama Perang Dunia II. Dalam istilah Bahasa Inggis 'Hari H' disebut dengan D-Day.

Baca Juga: Ramai Dituduh Tidak Islami, Padahal Begini Sejarah dan Filosopi Klepon

Berikut beberapa makna dari kemunculan 'Hari H' :

  1. Makna Hari H: Hari H tidak berarti apa-apa
    Pada awal Perang Dunia II, militer AS menggunakan istilah Hari H untuk menentukan tanggal peluncuran misi. Salah satu alasannya adalah untuk menjaga tanggal yang sebenarnya dari tangan mata-mata. Mereka juga menggunakan H-Hour untuk waktu spesifik peluncuran.
  2. Digunakan sejak perang dunia I

    'D-Day' atau 'Hari-H' selain digunakan pada Perang Dunia I, dalam salah satu perintah di lapangan AS pada bulan September 1918 yang berbunyi "Angkatan Darat pertama akan menyerang di 'H-Hour' pada 'D-Day' dengan tujuan memaksa evakuasi dari St. Mihiel". Negara lain juga menggunakan format ini, orang Perancis menggunakan kode tanggal 'le jour J' dan Inggris memulainya dengan 'Z-Day' dan 'Zero Hour'.

Itulah makna dan sejarah Hari H yang tidak banyak orang ketahui.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA