Untuk mengatasi kekeringan pemerintah menampung air hujan di kawasan yang luas dengan membangun

6 Profil Pelajar Pancasila: 1. Beriman dan beratakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia. 2. Kebhinekaan global. 3. Gotong royong. 4. Mandiri. 5. Ber … nalar kritis. 6. Kreatif. Bagaimanakah menurut tanggapan siswa tentang adanya 6 pilar Profil Pelajar Pancasila, yang diterapkan dan selaraskan dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah? Tolong d Jawab ya kak

quizsebutkan makanan yang berasal dari Jawa timur!? (10 saja)nt = no copas✓ no ngasal✓ teliti✓aaa selebew ​

Dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan utama. Jelaskan pertimbangan tersebut!

4komponen ketrampilan bertanya tingkat lanjut tentang keragaman suku bangsa dan budaya .

pidato tentang kesan kesan selama ikut kegiatan Pramuka pidato​

Demokrasi Parlementer adalah salah satu demokrasi yang pernah dijalankan di Indonesia pada tahun 1950-1959 yang ditandai dengan banyaknya partai-parta … i. Salah satu keberhasilan pada demokrasi Parlementer adalah terlaksananya untuk pertama kali pemilu secara demokratis. Kegiatan pelaksanaan pemilu dilakukan pada saat masa kabinet... a. natsir b. ali sastroamidjojo c. burhanuddin harahap d. kabinet djuanda

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem tata kelola pemerintahan yang baik seyogyanya menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas … jelaskan konsekuensi dari hal tersebut

Bagaimana arah pandangan pada gerak lari di tempat sambil bertepuk tangan?

Menurut konsep panel,dalam masyarakat terdapat 3 konsep kepentingan? sebutkan!

Kebangkitan nasional 1908 ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu

Petani membajak sawahnya yang mengalami kekeringan di Persawahan kawasan Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 2 Juli 2019. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika atau (BMKG) memprakirakan Indonesia akan dilanda musim kemarau sampai Agustus 2019. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, membangun penampung air hujan di tiga titik untuk mengatasi persoalan kekeringan yang rutin terjadi setiap tahun di wilayah tersebut. "Ini penanganan bencana kekeringan jangka panjang," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan setempat Wawan Setiawan di Karawang, Sabtu, 13 Juli 2019.

BACA: Pemerintah Antisipasi Dampak Kemarau Panjang terhadap InflasiIa mengatakan tempat penampungan air tersebut nantinya dipergunakan untuk menampung air hujan dengan kapasitas masing-masing 500 liter."Air hujan itu selanjutnya bisa diolah dengan standar layak pakai," katanya.

Saat ini penampungan air tersebut dibangun di tiga titik, yakni Desa Sukaluyu, Adiarsa Barat dan Bengle.

BACA: Kekeringan Meluas, BPPT Hitung Kerugian Negara Capai Rp 3 TriliunSementara itu, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengatakan pihaknya akan segera melakukan kajian wilayah terdampak kekeringan di musim kemarau 2019. Kajian dilakukan untuk menentukan langkah penanganan kekeringan.Ia mengatakan beberapa cara penanganan kekeringan akan dikaji oleh pemerintah daerah, di antaranya pembuatan bendungan, sumur resapan, sumur bor hingga pembuatan embung tadah hujan.

"Tetapi semua itu perlu kita kaji. Misalnya pembuatan bendungan kan perlu kita perhatikan. Seperti bagaimana lahannya, lalu sumur juga perlu kita perhatikan bagaimana kondisi air tanahnya," katanya.

Baca berita tentang kekeringan lainnya di Tempo.co.

Musim kemarau berkepanjangan yang terjadi di Indonesia ini memiliki dampak kepada masyarakat. Bagaimana tidak, saat musim kemarau banyak wilyah yang mengalami kekeringan, kekurangan air bersih bahkan tanaman harus mati akibat kekurangan. Bukan pertama kali Indonesia mengalami kekeringan, hampir setiap tahunya saat musim kemarau beberapa wilayah mengalami kekeringan.

Mengatasi masalah kekeringan sebenernya bisa dilakukan dengan dengan mengubah budaya masyarakat dan beberapa pihak terkait. Budaya tersebut adalah dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana kekeringan.

Masih belum dilakukannya budaya "memanen" dan "menabung" air hujan oleh masyarakat dan pemerintah daerah, hal ini membuat tidak ada air dimasyarakat saat musim kemarau. Ketidaksiapan masyarakat inilah yang menimbulkan penderitaan kekeringan di berbagai daerah.

Oleh sebab itu kegiatan "memanen" dan "menabung" air hujan harus sudah dilakukan oleh masyarakat tertuma yang rawan bencana kekeringan. Kegiatan ini bisa juga dijadikan untuk meningkatkan kesiapan  masyarakat menghadapi bencana kekeringan

Cara ini bisa dilakukan secara preventif (sebelum terjadi kekeringan) dan kuratif (saat terjadi kekeringan). Cara preventif adalah upaya antisipasi dan persiapan yang dilakukan saat musim hujan, sementara cara kuratif adalah dengan menggunakan cara-cara pragmatis emergency, misalnya dengan mencari sumber-sumber air, menunggu droping air dan membeli air dan sebagainya.

Cara preventif memanen dan menabung air hujan adalah dengan menampung air hujan ketika musim hujan menggunakan PAH, memasukan air hujan ke sumur resapan dan membuat ekodrainase dengan jargon TRAP (Tampung,Resapkan,Alirkan dan Pelihara).

Sementara cara kuratif dengan mencari sumber air/mata air yang masih tersisa di sumber-sumber air sepanjang sungai, sumber air pada sungai bawah tanah, sumber air pada sekitar danau, telaga dan situ, sumber air sekitar rawa, sumber air pada daerah sekitar dan sepanjang saluran irigasi dan drainase.

//ugm.ac.id/id/berita/14789-pakar.ugm:.kelola.air.hujan.solusi.mengatasi.kekeringan

ITB Kampus Ganesha

Jl. Ganesa 10 Bandung - Jawa Barat, Indonesia


Musim kemarau yang terjadi di Indonesia beberapa bulan belakangan ini mulai berdampak kepada masyarakat. Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kondisi ini akan terus terjadi sampai akhir September, dan hujan baru akan terjadi pada Oktober dan November.Menurut Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, dosen Magister Teknik Sipil UGM, masalah kekeringan sesungguhnya dapat diselesaikan dengan merubah budaya masyarakat dan beberapa pihak terkait. Budaya tersebut antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi bencana kekeringan. Belum membudayanya kegiatan "memanen" dan "menabung" air hujan oleh masyarakat dan pemerintah/ pemerintah daerah ini menjadikan tidak adanya persediaan air di masyarakat di saat musim kemarau. Ketidaksiapan masyarakat inilah yang menimbulkan penderitaan kekeringan di berbagai daerah."Karena itu, gerakan "memanen" dan "menabung" air hujan mestinya bisa menjadi suatu gerakan, gerakan masyarakat menghadapi bencana kekeringan dan bukan selalu bergantung pada pemerintah," katanya, di ruang rapat Humas dan Protokol UGM, Rabu (20/9) dalam jumpa pers bertema Menangani Masalah Kekeringan, Banjir dan Kerusakan Lingkungan.Penyelesaian masalah kekeringan melalui "memanen" dan "menabung" air hujan sekaligus meningkatkan kesiapan  masyarakat menghadapi bencana kekeringan, menurut Agus Maryono, dapat dilakukan secara preventif (sebelum terjadi kekeringan) dan kuratif (saat terjadi kekeringan). Cara preventif merupakan upaya antisipasi dan melakukan persiapan di saat musim penghujan sebelumnya. Sedangkan kuratif menggunakan cara-cara pragmatis emergency, misalnya dengan mencari sumber-sumber air, menunggu droping air dan membeli air dan sebagainya."Jika hanya cara kuratif yang dijalankan maka hal ini memperlihatkan ketidaksiapan masyarakat menghadapi kekeringan. Apalagi, masyarakat sudah terbiasa dengan menerima bantuan droping air, membeli air dan lain-lain," katanya. Beberapa cara preventif "memanen" dan "menabung" air hujan saat musim hujan, diantaranya dengan menampung air hujan dengan PAH, memasukkan air hujan ke sumur-sumur resapan sebanyak-banyaknya dan membuat ekodrainase dengan jargon TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan dan Pelihara). Sementara cara kuratif dengan mencari sumber air/mata air yang masih tersisa di sumber-sumber air sepanjang sungai, sumber air pada sungai bawah tanah, sumber air pada sekitar danau, telaga dan situ, sumber air sekitar rawa, sumber air pada daerah sekitar dan sepanjang saluran irigasi dan drainase.Agus Maryono yakin dengan melakukan pengelolaan air hujan yang baik dapat meningkatkan kualitas lingkungan disamping mengurangi bencana banjir dan kekeringan. Karena itu, semua ini diharapkan menjadi gerakan yang dapat memberdayakan masyarakat."Upaya pengurangan risiko bencana kekeringan dengan mengelola atau "memanen" air hujan merupakan upaya nyata mencegah banjir dan mencegah penurunan kualitas air tanah dan permukaan," tandasnya. (Humas UGM/ Agung)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA