Tuliskan 22 wilayah di Indonesia yang Rawan gempa bumi dan tsunami

Peta Rawan Bencana

Kekeringan

Daerah Rawan Tsunami

Daerah Rawan Banjir Kota Cilegon

Daerah Rawan Longsor Kota Cilegon

Daerah Rawan Banjir Kabupaten Serang

Daerah Rawan Longsor Kabupaten Serang

Daerah Rawan Banjir Kabupaten Tangerang

Daerah Rawan Banjir Kota Serang

Daerah Rawan Banjir Kota Tangerang

Daerah Rawan Banjir Kota Tanggerang Selatan

Daerah Rawan Banjir Kabupaten Lebak

Daerah Rawan Longsor Kabupaten Lebak

Daerah Rawan Banjir Kabupaten Pandeglang

Daerah Rawan Longsor Kabupaten Pandeglang

Daerah Rawan Banjir Provinsi Banten

Daerah Rawan Longsor Provinsi Banten

RAWAN GEMPA INDONESIA

Gempa adalah salah satu fenomena alam yang tidak dapat kita hindari atau tidak dapat dicegah. Kemunculan peristiwa gempa sangatlah sulit untuk diprediksi secara akurat. Oleh karena itu, hal ini menempatkan gempa sebagai salah satu bencana terbesar di Indonesia karena resiko yang dapat ditimbulkan. Sebagaimana diketahui seluruh wilayah Indonesia berada pada kawasan Cincin Api Pasifik, yaitu suatu kawasan yang paling sering mengalami gempa. Oleh karena itu dapat dikatakan, Indonesia selalu berhadapan dengan ancaman goncangan akibat pergerakan lempeng tektonik. Goncangan ini setidaknya dapat terjadi hampir setiap hari dengan kekuatan sekitar magnitudo 5 atau 6. Kekuatan yang lebih tinggi di atas magnitudo 7 juga berpotensi muncul yang diprediksi setiap tahunnya dapat terjadi dua hingga tiga kali. Resiko bahaya yang ditimbulkan sungguh luar biasa, baik berdasarkan korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur dan terganggunya lingkungan hidup. 

Gambar 1 Peta Zonasi Gempa Indonesia

Sumber : www.google.com

Tsunami yang terjadi di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 diawali dengan gempa. Kekuatan gempa yang terjadi berada di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 kilometer di dasar laut. Wilayah sumber gempa berjarak sekitar 149 kilometer sebelah barat Meulaboh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (namanya saat itu). Gempa yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit ini tercatat mempunyai magnitudo sekitar 9,0. Setelah itu gelombang tsunami mulai memberikan dampaknya pada wilayah Aceh dan sebagian di Sumatera Utara. Kerusakan parah terjadi di wilayah Aceh dengan kurang lebih sekitar 170.000 orang tewas. Semua bangunan hancur yang berada di sekitar pantai dan ratusan orang kehilangan tempat tinggalnya. Begitu pula dengan gempa yang mengguncang D.I Yogyakarta pada 27 Mei 2006 dengan kekuatan 5.9 SR dengan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga) pada kedalaman 11,3 km dan berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta. Gempa ini menimbulkan korban sebanyak 4.983 jiwa dengan korban luka mencapai 36.000 orang. Infrastruktur baik jalan, jaringan listrik, air mati tidak bisa digunakan. Bangunan berupa rumah maupun fasilitas publik banyak yang rusak bahkan roboh. Peristiwa gempa besar lainnya yang terjadi di Indonesia adalah gempa Lombok yang terjadi pada 29 Juli 2018 pukul 06.47 WITA. Pusat gempa berada di 47 km timur laut Kota MataramNusa Tenggara Barat dengan kedalaman 24 km dengan kekuatan 5.7 SR. Peristiwa ini menimbulkan korban jiwa sebanyak 20 orang dan 401 orang luka-luka.

Belum hilang kesedihan akibat gempa yang melululantakkan KotaLombok, Nusa Tenggara Barat, gempa dahsyat kembali mengguncang wilayah Tanah Air, Jumat 28 September 2018. Gempa magnitudo 7,4 yang diikuti tsunami dahsyat membuat sebagian wilayah Palu dan Donggala rata dengan tanah. Jumlah korban meninggal gfempa itu mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang pengungsi berad di luar Sulawesi. Dan mungkin masih banyak lagi peristiwa gempa yang terjadi di Indonesia.

Gambar.2 Dampak yang ditimbulkan gempa di aceh

Sumber : www.google.com 

Dengan letak atau kondisi wilayah Indonesia yang rawan gempa, seluruh stakeholder, baik pemerintah dan masyarakat dituntut untuk selalu waspada dengan melakukan berbagai tindakan pencegahan. Melalui “kesiapsiagaan” berbagai dampak atau resiko yang mungkin timbul dapat diminimalkan. Untuk itu, semua informasi sumber gempa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk penanganan pencegahan, penelitian dan penyiapan standar pedoman manual mitigasi bencana harus disebarkan ke seluruh masyarakat Indonesia. Segala upaya untuk mengurangi resiko bahaya gempa perlu dilakukan dengan tindakan pencegahan sebagai tindakan preventif penanggulangan bencana. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penyusunan Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 yang disusun oleh Pusat Studi Gempa Nasional Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan, referensi, serta salah satu upaya mitigasi terhadap rawan gempa di Indonesia.

Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 dapat diunduh pada tautan llink dibawah ini

//drive.google.com/file/d/1rOxdOXKBvdAjS7BzuptKdNlP_2J6XJfm/view

KOMPAS.com - Dalam artikel berjudul "Selatan Jawa Berpotensi Alami Tsunami, Begini Cara Ahli Menghitungnya", kami menyinggung bukan hanya Selatan Jawa yang berpotensi mengalami tsunami, tapi sebagian besar wilayah Indonesia.

Sejarah mencatat, tsunami pernah menerjang pesisir Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan juga Papua sejak ratusan tahun lalu.

Perlu diketahui, bencana alam seperti tsunami dan gempa besar merupakan fenomena dengan siklus berulang yang artinya ratusan tahun lalu pernah terjadi, beberapa tahun belakangan terjadi, dan di masa depan pasti akan terjadi lagi.

Oleh karena itu, para ahli kegempaan dan tsunami di Indonesia mengkaji potensi bencana dengan skenario terburuk, untuk membuat kita mawas diri dan bersiap.

Skenario terburuk di sini artinya, para ahli mencari kemungkinan paling maksimum dan paling berisiko bila suatu saat tsunami menerjang suatu daerah.

Baca juga: Selatan Jawa Berpotensi Alami Tsunami, Begini Cara Ahli Menghitungnya

Lewat pemodelan potensi yang dibuat ahli tersebut, diharapkan semua elemen masyarakat mampu saling bekerja sama.

Mulai dari pejabat pemerintahan hingga tatanan RT setidaknya memiliki program tanggap bencana, agar bila sewaktu-waktu terjadi bencana alam kita semua tahu apa yang harus dilakukan dan agar masyarakat yang tinggal di pesisir pantai bisa lebih waspada.

Potensi tsunami di Indonesia

Indonesia merupakan negara maritim dengan sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir. Oleh sebab itu, mengetahui tentang potensi ancaman gempa besar dan tsunami adalah suatu kewajiban.

Widjo Kongko, ahli tsunami sekaligus Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPFP) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan, karena Indonesia dikelilingi oleh tiga lempeng tektonik yang terus bergerak, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.

Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami. Dari hal ini, Indonesia rawan tsunami.

Widjo berkata, ketiga lempeng tersebut saling bergerak dan tidak pernah berhenti selama Bumi berputar.

"Pertanyaannya adalah, kapan lempeng akan melepaskan energi. Itu yang tidak kita tahu," ucap Widjo.

Widjo menerangkan, selain diapit oleh tiga lempeng, Indonesia memiliki banyak sekali sesar atau patahan gempa.

Sesar-Sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.

Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi. Nah, tsunami umumnya disebabkan oleh gempa megathrust.

Baca juga: Katanya Bisa Memicu Tsunami Besar, Apa Sebenarnya Megathrust?

Dalam kesempatan wawancara lain, Daryono yang baru diangkat sebagai Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG pernah menerangkan tentang megathrust.

"Thrust" merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik. Dengan demikian, megathrust bisa diartikan gerak sesar naik yang besar.

Mekanisme gempa itu bisa terjadi di pertemuan lempeng benua. Dalam geologi tektonik, wilayah pertemuan dua lempeng ini disebut zona subduksi.

Menurut Daryono, zona megathrust terbentuk ketika lempeng samudera bergerak ke bawah menunjam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi.

"Zona subduksi ini diasumsikan sebagai sebuah zona “patahan naik yang besar” atau populer disebut zona megathrust," kata Daryono kepada Kompas.com, Sabtu (7/4/2018).

Zona megathrust di Indonesia bukan hal baru karena sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan.

Sebagai sebuah area sumber gempa, maka zona ini dapat memunculkan gempa bumi dengan berbagai magnitudo dan kedalaman. Gempa megathrust dianggap menakutkan karena dianggap selalu bermagnitudo besar dan memicu tsunami.

"Segmentasi subduksi itu di laut dan bisa menyebabkan tsunami. Ada 16 titik megathrust yang dimiliki Indonesia," jelas Widjo sambil menunjukkan gambar kotak-kotak di laut yang tertera pada peta bencana gempa dan tsunami Indonesia di buku Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) di bawah ini.

Lihat Foto

Pemutakhiran segmentasi Megathrust Peta Gempa Nasional 2017.

Zona subduksi itu ada di Aceh dan sudah lepas energinya pada 2004, sehingga menimbulkan tsunami Aceh.

Kemudian di bawah zona subduksi Aceh-Andaman ada Nias-Simelue, Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai-Pagai, Enggano, selat Sunda, Jawa Barat, selatan Jawa, Bali, Sulawesi, Banda, hingga utara Papua.

"Daerah inilah yang bisa menimbulkan gempa bumi besar dan tsunami," ungkap Widjo.

"Potensi inilah yang ingin kita sampaikan ke masyarakat. Kita sampaikan ada potensi dari data dan bukti, tapi kita enggak tahu kapan terjadinya," tutup Widjo.

Untuk lebih lengkap, dapat dilihat di tabel bawah ini, lengkap dengan sejarah gempa besarnya.

Widjo Kongko Parameter Gempa Subduksi di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA