Suatu konflik yang melibatkan banyak orang serta memiliki tujuan dan kepentingan yang sama adalah

ilustrasi konflik. © leaderchat.com

JATIM | 6 November 2020 20:30 Reporter : Rakha Fahreza Widyananda

Merdeka.com - Di Indonesia, pastinya kita sudah sering menemui berita-berita seputar konflik di berbagai wilayah. Konflik tersebut biasanya beragam, dari konflik pribadi hingga konflik antar kelompok.

Konflik berasal dari bahasa Latin “configure” yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

Selanjutnya, menurut Pace & Faules, dalam bukunya Organizational Communication (1994:249) menyatakan konflik adalah ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.

Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.

Setelah mengetahui beberapa pengertian konflik, berikut informasi mengenai 7 jenis konflik dari berbagai sudut pandang dan penyebabnya seperti dilansir dari Liputan6.

2 dari 4 halaman

Terdapat beberapa jenis konflik yang seringkali terjadi di masyarakat antara lain :
1. Konflik PribadiKonflik pribadi merupakan jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu atau dengan kelompok masyarakat. Jenis konflik ini sangat sering terjadi di dalam keluarga, pertemanan, dunia kerja, dan lainnya.

2. Konflik Rasial

Konflik rasial merupakan jenis konflik yang terjadi antar ras atau yang berbeda. Konflik rasioal akan terjadi ketika setiap ras merasa lebih unggul dan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri.

3. Konflik Agama

Jenis konflik yang selanjutnya yaitu konflik agama. Konflik agama adalah konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki agama dan keyakinan berbeda. Sebagian besar masyarakat menganggap agama sebagai tuntunan dan pedoman hidupnya yang harus diikuti secara mutlak.

Sehingga apapun yang berbeda atau tidak sesuai dengan agamanya akan dianggap masalah dan kemudian memicu terjadinya konflik.

3 dari 4 halaman

4. Konflik Antar Kelas SosialAdanya pengelompokan kelas di dalam masyarakat sangat berpotensi menimbulkan terjadinya konflik. Perebutan dan upaya mempertahankan peran dan status di dalam kelompok masyarakat seringkali menimbulkan konflik.Misalnya kelompok kaya dan kelompok miskin/ menengah yang saling memperebutkan kekuasaan di dalam politik.

5. Konflik Politik

Konflik politik merupakan jenis konflik yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan di dalam kehidupan politik. Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok ingin berkuasa terhadap suatu sistem pemerintahan. Konflik politik merupakan konflik yang sering terjadi saat menjelang pemilu.

6. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah konflik yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat. Misalnya masalah pergaulan, masalah ekonomi, komunikasi, dan lain-lain.

7. Konflik Internasional

Konflik internasional adalah konflik yang terjadi antar negara-negara di dunia, baik itu negara berkembang maupun negara maju.

Konflik ini bisa terjadi karena salah satu negara merasa dirugikan oleh negara lainnya atau karena masing-masing negara ingin memperebutkan eksistensinya. Misalnya, perang dingin antara Rusia dan Amerika Serikat.

4 dari 4 halaman

Biasanya, dalam sebuah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan konflik, terdapat beberapa penyebab dari konflik tersebut antara lain:
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial karena ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.

(mdk/raf)

tirto.id - Keberadaan masyarakat yang majemuk dapat memicu konflik sosial.

Konflik muncul dilatarbelakangi perbedaan individu maupun kelompok saat berinteraksi, misalnya perbedaan adat istiadat, keyakinan, pengetahuan, fisik, dan lainnya.

Konflik dapat terjadi antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan kelompok.

Definisi konflik sosial menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah proses sosial yang dialami individu atau kelompok saat mereka berusaha memenuhi tujuannya dengan melawan pihak lawan yang disertai ancaman dan/atau kekerasan.

Terjadinya konflik menandakan perseteruan berupa benturan fisik dan/atau verbal.

Selain Soerjono, Kornblurn memiliki gagasan mengenai konflik sosial. Menurutnya, konflik sosial adalah fenomena yang menjadi bagian hidup masyarakat yang bersosial dan berpolitik.

Konflik tersebut dapat menjadi pendorong perubahan di dalam masyarakat.

Konflik Sosial dalam Masyarakat Modern: Penyelesaian Menurut Hukum Positif, Politik, dan Adat memaparkan, konflik selalu hadir dalam hidup individu maupun kelompok merupakan realitas yang diterima sebagai kewajaran dan sangat biasa.

Namun, konflik dapat menjadi hal yang tidak wajar jika mengakibatkan korban jiwa dan kehancuran masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan, peran individu dan kelompok dalam masyarakat majemuk dapat menciptakan konflik yang mendorong perubahan sosial dan politik, baik ke arah negatif dan positif.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat, para sosiolog mendefinisikan klasifikasi konflik sosial berdasarkan kriteria tertentu.

Berikut adalah klasifikasi konflik sosial menurut ahli yang dirangkum dari Modul Sosiologi Kelas IX (2020).

Teori Menurut Ranjabar

Merangkum dari Ranjabar, konflik sosial dalam masyarakat terbagi menjadi dua, yakni konflik individual dan konflik kolektif.

Konflik individual adalah konflik yang terjadi dalam mental atau diri seseorang. Konflik ini dapat muncul karena adanya pilihan yang berbeda dengan kata hati. Umumnya konflik ini bersifat informal dan tersembunyi.

Individu yang mengalami konflik ini biasanya melakukan tindakan negatif, seperti melakukan sabotase, penipuan, dan lainnya.

Contohnya, seseorang menyesal menjadi pencuri untuk melunasi utang-utang keluarganya. Dalam dirinya, ia mengalami benturan antara nilai moral dengan tekanan ekonomi yang harus dipenuhi.

Sedangkan konflik kolektif adalah konflik yang pihak-pihak terlibat di dalamnya berjumlah lebih dari satu, serta memiliki tujuan dan kepentingan yang sama.

Konflik ini memiliki dorongan kuat dibandingkan konflik individu. Sifat konflik kolektif cukup rumit karena memiliki benturan dari berbagai individu yang memiliki tingkat emosi yang tinggi.

Contoh dari konflik ini adalah tawuran antarsiswa dari sekolah yang berbeda.

Teori Menurut Ralf Dahrendorf

Ralf Dahrendorf menilai konflik muncul melalui relasi-relasi sosial yang terdapat dalam sistem. Dahrendorf mengklasifikasikan konflik sosial ke dalam lima bentuk, yaitu sebagai berikut.

  1. Konflik peran. Dalam konflik ini seseorang mendapati kondisi realitas yang berlawanan dengan perannya dalam kehidupan nyata. Contohnya, pekerja yang ditekan untuk mengerjakan pekerjaan yang bukan tanggung jawabnya.
  2. Konflik kelompok sosial. Konflik yang terjadi antara kelompok sosial ini terjadi karena perbedaan kepentingan dalam upaya mencukupi kebutuhan kelompok tersebut. Misalnya, konflik antarkeluarga yang disebabkan karena perbedaan kepentingan di dalam keluarga.
  3. Konflik antarkelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir. Pihak terorganisir memiliki kekuasaan yang lebih dalam menentukan kebijakan. Sedangkan pihak tidak terorganisir tidak memiliki kekuasaan. Konflik ini biasanya terjadi saat melakukan aksi unjuk rasa, yakni polisi dengan massa demonstrasi.
  4. Konflik antarsatuan nasional. Konflik ini disebut sebagai konflik antarkepentingan organisasi. Konflik ini umumnya terjadi di dalam badan politik baik di tingkat RT, RW, desa, hingga tingkat nasional sekali pun.
  5. Konflik antaragama. Konflik ini terjadi karena adanya benturan intoleransi antaragama.

Baca juga:

  • Contoh Konflik Sosial di Indonesia dan Penyebabnya
  • Contoh Konflik Antar Kelas Sosial di Indonesia dan Pengertiannya
  • Mengenal Pengertian Konflik Sosial dan Teorinya Menurut Para Ahli

Baca juga artikel terkait KONFLIK SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Khansa Nabilah
(tirto.id - khn/tha)


Penulis: Khansa Nabilah
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Khansa Nabilah

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA