Sebutkan beberapa contoh perbuatan mendurhakai orang tua

Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala.  Saking besarnya dosa durhaka kepada kedua orang tua Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyebutnya sebagai dosa terbesar kedua setelah syirik. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah menyampaikan kepada para sahabat;

“Maukah kalian aku tunjukkan dosa besar yang paling besar?” Nabi mengulangi pertanyaan ini sampai tiga kali.  Para  sahabat menjawab tentu Ya Rasulullah Beliau mengatakan, “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”.

Dalam hadis yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menegaskan bahwa durhaka kepada kedua orang tua merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau mengatakan;

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada Ibu” (H.R Bukhari dan Muslim dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih al-Jami’).

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga menggambarkan bahwa orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan dipandang oleh Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat kelak. Beliau mengatakan;

“Ada tiga orang yang tidak akan dilihat dengan pandangan rahmat dan kasih sayang oleh Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat nanti orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya pecandu khamr atau peminum minuman keras dan al manan (orang yang senantiasa mengungkit ungkit pemberian). (HR. An Nasa’i, Al Bazzar dan al-Hakim dishahihkan oleh Al Hakim dan Syekh al-albani)

Bahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengabarkan bahwa durhaka kepada kedua orang tua merupakan perbuatan dosa yang disegerakan balasannya di dunia oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Ada beberapa sikap seorang anak yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan durhaka kepada kedua orang tua. Syaikh  Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh (Ketua Haiah Kibar Ulama Saudi Arabia) menyebutkan tujuh sikap  buruk kepada kedua orang tua yang masuk kategori durhaka kepada kedua orang tua. Ketujuh sikap tersebut adalah;

1. Lebih Mendahulukan Anak dan istri daripada Kedua Orang Tua

Kadang seorang anak setelah menikah dan memiliki anak maka ketaatan dan kepatuhan kepada kedua orang tuanya berkurang. Rasa  cinta dan perhatian kepada kedua orang tua dikalahkan dan digantikan oleh rasa cinta dan perhatian kepada anak dan istri.

Terkadang ketika seorang anak diperhadapkan pada dua pilihan antara membantu atau menolong orang tuanya dengan memenuhi kebutuhan anak dan istrinya dia lebih mendahulukan anak dan istrinya.

Karna bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya khususnya kepada Ibu tidak berhenti meskipun seorang anak telah berumah tangga memiliki anak dan istri. Justru sesungguhnya bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya dapat menjadi salah satu sebab kebahagiaan dan keberkahan rumah tangga seorang anak.

2. Bermuka Masam  di Hadapan Kedua Orang Tua

Diantara contoh dan bentuk sikap durhaka kepada kedua orang tua adalah menampakkan wajah cemberut dan bermuka saat berada dihadapan kedua orang tua atau salah satu dari keduanya.

Seorang anak Kadang dapat berwajah ceria saat berhadapan dengan kawan-kawannya. namun dia tidak dapat melakukan hal itu saat berada di hadapan kedua orang tuanya. padahal menampakan wajah yang berseri-seri merupakan salah satu kebaikan yang sangat ditekankan di dalam Islam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengatakan;

“Janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan sedikitpun, meskipun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri”.

Dan  tentu saja orang tua atau ayah dan ibu merupakan orang pertama yang berhak untuk mendapatkan perlakuan dan sikap seperti ini.

Dalam  hadits yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan;

“Senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah”.

Jika  ini berlaku umum kepada seluruh kaum muslimin maka kepada kedua orang tua lebih utama. Selain  bernilai sedekah juga bernilai taqarrub kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Selain  bernilai sedekah juga bernilai sebagai birrul walidaini merupakan bagian dari Bakti kepada kedua orang tua.

Namun sangat disayangkan sebagian anak lebih suka bermuka masam dan cemberut kepada orang tuanya. Padahal hal ini merupakan sikap durhaka yang amat dibenci oleh Allah Ta’ala.

3. Meninggikan Suara atau Memotong Perkataan Orang Tua dengan Kasar

Meninggikan suara secara berlebihan kepada lawan bicara atau memtong perkataan lawan merupakan sikap yang tidak sopan. Semua orang berakal sepakat bahwa itu sangat buruk dan mencerminkan rendahnya akhalaq dan budi pekerti seseorang. Lalu bagaimana jika hal itu dilakukan kepada ayah atau ibu yang seharusnya dimuliakan dan dihormati? Tentu mengangkat suara di hadapan mereka atau memotong pembicaraan mereka termasuk sikap durhaka, apalagi jika hal itu membuat mereka sakit hati dan tersinggung.

Sikap ini juga bertentangan perintah Allah yang menyuruh untuk bersikap sopan, santun, dan berkata lembut kepada kedua orang tua. “. . . . Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu kepadanya dengan penuh kasih sayang, . . . “. (Qs. Al-Isra:23-24).

Makna perkataan yang baik (qaulan karima[n]) dalam ayat ini adalah, “(perkataan) yang lembut, baik, indah, sopan, penuh hormat dan ta’dziem”. (Tafsir Ibm Katsir, 3/1657).

4. Memandang Orang Tua dengan Tatapan Sinis dan Tajam

Tatapan sinis dan tajam biasanya merupakan luapan dan ekspresi perasaan di dalam hati. Sehingga tentu sangat tidak pantas jika seorang anak menatap orang tuanya dengan tatapan yang mengandung makna sinis dan marah.  Imam Mujahid rahimahullah mengatakan; “Tidak dianggap berbuat baik kepada kedua orang tuanya orang yang menatap orang tuanya dengan tatapan tajam”.

Perakataan uff (ah) kepada kedua orang tua dilarang oleh Allah, karena hal itu menyebabkan keduanya tersakiti. Maka demikian pula dengan tatapan tajam dan sinis atau melotot. Dipastikan hal itu membuat orang tua tersakiti.

Ini juga masuk dalam larangan “janganlah engkau membentak keduanya (wa la tanharhuma)’’, maknanya, “Janganlah muncul perlakuan buruk darimu kepada keduanya, dan jangan acungkan tanganmu kepadanya“. (Tafsir Ibn Katsir, 3/1657)

5. Menunda-nunda Memenuhi Permintaan dan Keperluan Mereka

Diantara sikap yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan durhaka kepada kedua  oran tua adalah mengabaikan permintaan dan keperluan mereka. Misalnya orang tua meminta sesuatu kebutuhan, tetapi si anak dengan berbagai alasan menolak atau mengulur dan menunda dengan berbagai alasan. Mulai dari alasan kerja, anak istri, capek, dan sebagainya. Atau sebagaian anak memenuhi hajat dan keperluan serta perminttaan bantuan kedua orang tuanya dengan berat hati disertai omelan. Tentu ini merupakan sikap tercela dam termasuk kedurhakaan kepada orang tua.

6. Menolak /Tidak Menjawab Panggilan Mereka

Diantara bentuk durhaka kepada kedua orang tua adalah tidak menjawab panggilan mereka, termasuk menjawab panggilan mereka melalui telepon. Padahal  dalam hadits dijelaskan bahwa boleh membatalkan salat Sunnah untuk menjawab panggilan orang tua kedua orang tua atau salah satu dari kedua orang tua. Jika shalat sunnah boleh dibatalkan untuk memenuhi panggilan orang tua, maka ini menunjukkan hak kedua orag tua yang sangat besar kepada anak.

7. Mencela dan Mencaci-maki Kedua Orang Tua

Mencaci-maki dan mencela  kedua orang tua merupakan dosa besar. Mencaci maki kedua orang tua terjadi  secara langsung maupun  tidak langsung.  Menghina dan mencaci maki kedua orang tua secara tidak langsung adalah seseorang menghina orang tua orang lain lalu orang tersebut membalas.  Dalam hadits dikatakan;

“Termasuk dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya,  ditanyakan kepada Rasulullah Bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya?Nabi bersabda “Seseorang menghina ayah orang lain lalu orang tersebut membalas menghina ayahnya atau mencaci Ibu orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki ibunya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Inilah beberapa contoh dan bentuk sikap durhaka kepada kedua orang tua. Mari berusaha untuk menghindari dan meninggalkannya agar terhindar dari dosa besar yang dimurkai Allah. [sym].

Sumber dari: //wahdah.or.id/naudzu-billah-7-hal-ini-termasuk-sikap-durhaka-kepada-kedua-orang-tua/

Oase.id - Hubungan antara orang tua dan anak kadang tak selamanya mulus. Tak jarang juga ada kesalahpahaman antara keduanya. Hal tersebut terbilang wajar, asal tidak sampai berlebihan dan menimbulkan perilaku durhaka serta menyakiti hati orang tua. 

Selain menjadi sebuah dosa besar, perilaku tersebut tentunya bukanlah perbuatan terpuji. Oleh karena itu, kenali beberapa perilaku durhaka anak kepada orang tua menurut Islam.

1. Mengeluarkan kalimat cacian dan mendoakan hal buruk kepada orang tua
Perilaku durhaka anak kepada orang tua menurut Islam yang pertama adalah mengeluarkan kalimat cacian dan mendoakan keburukan kepada orang tua.

Rasulullah ﷺ bersabda:

 ولعَن اللهُ مَنْ لعَن والديهِ

Artinya: “Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya.”

Hadis di atas dengan jelas menyebutkan bahwa Allah membenci anak yang melakukan keburukan pada orang tuanya. Allah juga berjanji untuk melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya.

2. Membentak dan melakukan perbuatan yang membuat orang tua menangis
Hendaknya seorang anak menyadari akan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Banyak sekali yang mereka lakukan, orang tua selalu sabar membimbing dan mengajari anak-anaknya. Dan kebaikan tersebut harus dibalas dengan kesabaran juga di masa tuanya.

Oleh karena itu, dalam ajaran agama Islam menjelaskan bahwa membuat orang tua menangis termasuk perbuatan yang durhaka. Seperti sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis yang berbunyi:

بكاء الوالدين من العقوق

Artinya: “Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepadanya.”

3. Berperilaku buruk yang membuat orang tua marah
Perbuatan yang ketiga ini juga terdapat dalam sabda Rasulullah ﷺ yang berbunyi:

مَن أصْبحَ مُطيعًا لله في والِدَيه أصْبحَ له بابانِ مَفتوحانِ مِن الجنَّة، وإنْ أمسى فمِثْل ذلك، ومَن أصْبحَ عاصيًا لله في والِدَيه أصْبحَ له بابانِ مَفتوحانِ إلى النَّار، وإنْ أمْسى فمِثْل ذلك، وإنْ كان واحدًا فواحدٌ، قال رجل: وإنْ ظَلَماه؟ قال: وإنْ ظَلَماه، وإنْ ظَلَماه، وإنْ ظَلَماه

Artinya: “... Dan, barang siapa pagi-pagi membuat marah kedua orang tuanya maka baginya dua pintu yang terbuka menuju neraka, dan jika ia sore-sore berbuat demikian maka baginya seperti itu dan kalau orang tua seorang maka ia mendapatkan satu pintu meskipun keduanya menganiaya, meskipun keduanya menganiaya, meskipun keduanya menganiaya." (HR Baihaqi)

Hadis di atas menjelaskan bahwa memancing kemarahan orang tua merupakan perilaku durhaka anak kepada orang tua menurut Islam. Seorang anak yang baik akan menghindari perbuatan yang memancing kemarahan orang tuanya.

4. Mengeluarkan kalimat hinaan kepada orang tua
Perbuatan ini sudah pasti akan menyakiti hati orang tua. Semarah-marahnya orang tua, hatinya tetap lembut dan penuh kasih sayang terhadap anaknya. Namun ketika sang anak mencelanya, hati orang tua akan tersakiti dan membuatnya sedih.

Perbuatan ini tertulis dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ:

إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ: «يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أَمَّهُ

Artinya: "Termasuk dosa besar, (yaitu) seseorang mencela dua orang tuanya." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah orang yang mencela dua orang tuanya?" Beliau SAW menjawab, "Ya, seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain itu mencela bapaknya. Seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain itu mencela ibunya." (HR al-Bukhari-Muslim)

5. Lebih memprioritaskan pasangan dibanding orang tua
Islam telah mengajarkan bahwa orang tua adalah prioritas utama bagi anaknya. Sebagaimana orang tua yang membesarkan anak-anaknya dan merawat sedari kecil.

Tapi pasangan yang baik tentunya akan berusaha menyenangkan orang tuanya. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih pasangan hidup. Karena pasangan ini yang akan menjadi salah satu dukungan untuk tetap menjadi anak yang baik bagi keluarga terutama orang tua.


(ACF)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA