Peran Ir. Soekarno yang dilakukannya ketika pada tanggal 16 Agustus 1945 jam 23.00 WIB adalah

JAKARTA - Beberapa peristiwa dan catatan sejarah penting terjadi baik dalam maupun luar negeri yang terjadi pada tanggal 16 Agustus tiap tahunnya. Beberapa diantaranya adalah peristiwa Rengasdeklok.

Untuk mengingat ataupun menambah wawasan sejarah, Okezone telah merangkum sejumlah peristiwa dan kejadian penting di tanggal 16 Agustus dari Wikipedia, antara lain:

1. Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aiditdan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.

Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta.

Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

2. Pemerintah Belanda akui Indonesia Merdeka

Pada 16 Agustus 2005 - Pemerintah Belanda, melalui Menteri Luar Negeri Bernard Bot, mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Wujudkan Indonesia Sehat 2025, Lifebuoy dan Halodoc Berkolaborasi Berikan Akses Layanan Kesehatan Gratis

(kha)

Oleh Liputan6.com pada 16 Agu 2021, 16:19 WIB

Diperbarui 16 Agu 2021, 16:19 WIB

Perbesar

Sukarno, Hatta, dan rumah tempat mereka "diamankan" di Rengasdengklok

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945. Peristiwa ini dikenal karena penculikan Sukarno-Hatta oleh golongan muda dengan tujuan untuk segera melaksanakan proklamasi.

Golongan muda tersebut diwakili oleh Wikana, Sukarni, Chairul Saleh, Asmara Hadi, Subadio Sastrosatomo, Sajuti Melik, dan lainnya yang menculik Sukarno-Hata dengan dorongan pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Rengasdengklok dipilih menjadi tempat penculikan S\ukarno-Hatta karena tempat tersebut sudah sepenuhnya dikuasai oleh Pembela Tanah Air (PETA).

Sukarno-Hatta bersepakat dengan kelompok pemuda tentang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di tempat ini.

Sebelum penculikan terjadi, adanya pertengkaran dan perdebatan perbedaan pendapat antara golongan muda dengan Sukarno-Hatta.

Rapat ini terjadi 15 Agustus 1945 di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

Penculikan terjadi karena golongan muda menganggap posisi Sukarno-Hatta sangat mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh Jepang.

Perbesar

Foto presiden pertama Indonesia di Rumah Pengasingan Sukarno dan Mohammad Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Kamis (16/8). Rumah ini menjadi tempat penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Setelah adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dengan Sukarno-Hatta, Wikana dan Darwis menuju ke salah satu markas golongan muda di Jalan Cikini 71.

Kemudian golongan muda mengadakan rapat di Jalan Menteng 31 yang tempatnya lebih luar, rapat ini juga diikuti oleh kelompok Soekarni dan PETA, di kutip dari Antara.

Karena adanya perbedaan pendapat tersebut, golongan muda menganggap posisi Sukarno-Hatta mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh Jepang.

"Salah satu pemuda, yaitu Johar Noor, kemudian mengusulkan untuk menculik Sukarno-Hatta. Pemuda yang lain setuju. Kemudian dipilih Rengasdengklok yang menjadi salah satu markas PET," kata sejarawan Rusdhi Hoesein, dilansir Antara.

Sutan Syahrir tidak setuju dengan rencana tersebut setelah mendengarnya dari Soebadio yang tidak hadir rapat. Tetapi dengan keputusan sudah dibuat, Sutan tidak bisa berbuat apa-apa

Perbesar

Sukarno dan Hatta adalah 2 nama yang tak bisa dipisahkan dari kemerdekaan negeri ini.

Pukul 04.30 pada 16 Agustus 1945, Sukarno-Hatta dijemput golongan muda dari rumah masing-masing. Golongan muda membagi dua tugas untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

Fatmawati, istri Soekarno menggambarkan para golongan muda yang menjemput suaminya dengan berpakaian seram, terlihat membawa pistol dan sebagian membawa sebilah pisau.

"Dengan gaya jagoannya, dia (salah seorang pemuda) mencabut pisaunya dengan mata terbelalak berseru, 'Berpakaianlah Bung.., sudah tiba waktunya. Aku mengenal salah satu di antara mereka, di antaranya Sukarni,'" ucap Fatmawati.

Golongan muda mendesak Sukarno-Hatta untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Sukarno menolak untuk mengumumkannya.

Adanya desas-desus kekalahan Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia ke-II yang sudah terdengar, tetapi belum ada pernyataan resmi tentang kekalahan itu.

Fatmawati ikut dengan Sukarno menggunakan mobil Fiat hitam yang meluncur ke sebuah tempat yang tidak diketahuinya.

Dalam gambarannya tempat tersebut seperti pos penjagaan. Diketahui lokasi tersebut berada di Jatinegara.

Saat dalam perjalanan, ketersediaan susu anak Fatmawati, Guntur tertinggal. Akhirnya mobil Fiat tersebut mengambil susu tersebut di Pegangsaan.

Sukarno-Hatta bersama keluarga dipindahkan ke sebuah truk yang disopiri Iding. Alasan golongan muda memindahkan karena sedan terlalu besar untuk melewati jalan menuju tujuan akhir.

Ternyata itu merupakan siasat Sukarni dan yang lainnya agar supir tersebut tidak tahu akan dibawa kemana Sukarno-Hatta.

Sukarno-Hatta tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 07.00 disambut oleh seluruh anggota PETA. Dibawa ke rumah milik seorang pemimpin PETA Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok agar mudah mendeteksi pergerakan tentara Jepang jika menuju tempat itu.

Sukarno-Hatta di bawa ke sebuah ruangan berlantai papan, tanpa meja dan kursi. Hanya ada tikar pandan. Rupanya temat ini merupakan ruang tidur para prajurit PETA.

Perbesar

Dalam foto itu, senyum Sukarno dan Mao merekah. Bung Karno terlihat sedang mengancingkan kantong baju Mao. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Soebardjo mendapat laporan dari sekretarisnya pukul 08.00 WIB bahwa Sukarno-Hatta hilang dari Jakarta.

Setelah itu Soebardjo menelpon Markas Angkatan Laut Jepang untuk memberitahu Laksamana Muda Tadashi Maeda bahwa Sukarno-Hatta hilang.

Soebardjo khawatir Sukarno-Hataa diculik penguasa militer Jepang dan keselamatannya terancam, karena itulah Soebardjo meminta bantuan Maeda. Lalu Maeda memerintahkan Nishijima mencari informasi.

Nishijima mendatangi Wikana dirumahnya dan bertanya tentang keberadaan Sukarno-Hatta. Wikana terlihat gugup dan gelisah ketika menjawab ketidaktahuannya mengenai keberadaan Sukarno-Hatta.

Dengan desakannya, Wikana mengatakan gerakan kemerdekaan harus diperjuangkan, bukan sebagai upah yang diterima dari orang lain, meskipun harus dicapai dengan kekerasan.

Wikana menyatakan akan mendatangkan Soekarno-Hatta asalkan keselamatan mereka terjamin Maeda. Maeda akan mendukung proklmasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian Soebardjo membujuk mengembalikan Sukarno-Hatta ke Jakarta dengan memberikan jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia akan segera terlaksana.

Perbesar

Rumah Pengasingan Bung Karno - Hatta di Kampung Bojong Tugu, Kelurahan Rengasdengklok. (dok. disparbud.jabarprov.go.id)

Kesepakatan yang terjadi di Jakarta antara golongan tua yang di wakili Ahmad Soebardjo dengan golongan muda yang diwakili Wikana. Kedua golongan tersebut sepakat proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta.

Dengan kesepakatan tersebut, Ahmad Soebardjo dijemput oleh Soebardjo untuk kembali ke Jakarta.

Soebardjo menjanjikan kepada golongan muda yang berada di Rengasdengklok bahwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia akan di laksanakan pada 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB.

Dengan jaminan proklamasi kemerdekaan tersebut, Soekarno Hatta diizinkan kembali ke Jakarta. Dan akhirnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan Sukarno dengan didampingi Hatta pada Jumat,17 Agustus 1945.

(Lesty Subamin)

Lanjutkan Membaca ↓

  • Liputan6.comAuthor
  • Devira PrastiwiEditor

TOPIK POPULER

POPULER

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10

Berita Terbaru

Berita Terkini Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA