Pendapat yang benar tentang lailatul qadar menurut jumhur ulama adalah

Jelaskan secara rinci mengenai Kitab Taurat​

artinya apa ya kaks?​

perbedaan tidak boleh menjadi sebab terjadinya perpecahan di masyarakat dalam Q.S al hujarat ayat​

Apa yang dimaksud kitab? ​

apa manfaat mengamalkan ajaran ajaran nabi dan rosul alloh​

binatang ternak berupa kambing, setelah mencapai nisab lebih dari 500 ekor maka setiap bertambah 100 ekor kambing zakatnya ditambah sebanyak....​

tolong kak vesok di kumpul​

Tolongg dijawab yaa dengan benerr hhii!!​

jelaskan pengertian iman kepada kitab allah swt.!​

Tolong Jawab ya kak soalnya saya udah pusing dari tadi siang ​

Oase.id - Malam Lailatul Qadar merupakan malam seribu bulan penuh kemuliaan. Banyak keutamaan dan keberkahan yang bisa diperoleh pada malam yang datang di bulan Ramadhan tersebut. Seperti rezeki, ajal, dan kejadian serta lainnya.

Melansir NU Online, Imam al-Hafiz al-Faqih al-Qadhi Waliyudin Abu Zur’ah atau biasa disebut Al-Iraqi (ulama Mesir) dalam kitab Syarhus Sadri bi Dzikri Lailatil Qadri menjelaskan, bahwa ada 4 pendapat ulama terkait penamaan Lailatul Qadar.

BACA: Ciri-ciri Malam Lailatul Qadar yang Perlu Diketahui

1. Pada malam tersebut Allah Swt menetapkan rezeki, ajal, dan kejadian alam pada tahun setelahnya. Usai itu, Allah menyerahkan semua ketetapan tersebut kepada para malaikat. Arti qadar itu sendiri takdir.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Ad-Dukhan, yang berbunyi:
Artinya: “Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan: 4)

Ayat di atas menyebutkan, bahwa pada malam mulia itu disebut dengan malam Lailatul Qadar, yakni malam Allah menyerahkan semua kepastian takdir kepada para malaikat.

2.  Malam sangat agung dan mulia, sehingga disebut Lailatul Qadar. Qadar juga bisa berarti kemuliaan. 

Sebagaimana dalam surah al-Qadr. Allah Swt berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu malam.” (QS. Al-Qadr:1-3)

Ayat tersebut menjadi bukti bahwa amal kebaikan umat Nabi Muhammad ﷺ tidak akan kalah dengan amal kebaikan umat nabi sebelumnya. Keutamaan dan kemuliaan Lailatul Qadar hanya Allah khusukan kepada umat Nabi Muhammad ﷺ saja. Sebab, semuanya tidak lepas dari sebuah kejadian luar biasa yang dialami Rasul, yakni pada penggambaran kebaikan kepada semua umatnya.

BACA JUGA: 4 Peristiwa Bersejarah yang Terjadi di Bulan Ramadhan

3. Orang-orang yang beribadah pada malam Lailatul Qadar akan mendapatkan keutamaan luar biasa yang tidak bisa ditemukan selain pada bulan Ramadhan, serta akan menambah kedekatn dengan Allah Swt.

4. Setiap kebaikan yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar mempunyai nilai tambah lebih dibandingkan dengan ibadah selain malam Lailatul Qadar. Hal ini merupakan pemberian khusus kepada umat Nabi Muhammad ﷺ.

Sementara, menurut riwayat Imam Malik (yang paling disepakati) dalam kitab al-Muwattha memaparkan:

“Berkata Imam Malik dalam (kitab al-Muwattha) diambil dari ulama yang dipercaya, termasuk ahli ilmu, bahwa Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang sangat panjang) sesuai dengan kehendak Allah dari semua itu, sampai (akhirnya) usia umatnya semakin pendek, sehingga tidak bisa beramal lebih utama sebagaimana umat-umat sebelumnya, mereka beramal karena panjangnya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah lailatul qadar yang lebih baik dari seribu malam.” (HR Malik)

Hadis di atas menjadi sebuah bukti, bahwa ditetapkannya Lailatul Qadar setara dengan seribu bulan adalah fasilitas privilege bagi umat Nabi Muhammad ﷺ.


(ACF)

MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Bulan suci Ramadan memiliki malam yang istimewa dan lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Setiap Muslim tentu mendambakan dirinya bisa meraih Lailatul Qadar di salah satu malam di bulan Ramadan.

Sebagian Muslim menganggap Lailatul Qadar terdapat di 10 hari terakhir Ramadan, dan sebagian lainnya punya anggapan lain. Para ulama pun berbeda pendapat tentang waktu Lailatul Qadar di bulan Ramadan.

Ahmad Sarwat dalam bukunya Jaminan Mendapat Lailatul Qadar menjelaskan ragam pendapat ulama soal waktu Lailatul Qadar. Ada delapan pendapat dari kalangan ulama yang dipaparkan oleh Ahmad.

“Para ulama ketika berbicara tentang kapan tepatnya jatuh malam Qadar itu, telah berbeda pendapat sepanjang zaman. Hal itu bukan karena para ulama tidak mampu mendapatkan dalil, tetapi justru karena dalilnya tidak ada yang secara tegas menyebutkan kapan waktunya,” tulis Ahmad.

Malam Ganjil di 10 Malam Terakhir Ramadan

Ulama yang berpendapat demikian di antaranya Mazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, serta Al-Auza’i dan Abu Tsaur. Mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah bahkan menegaskan Lailatul Qadar jatuh malam ke-27 Ramadan. Ini termaktub dalam kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi. Pendapat yang pertama ini adalah pendapat jumhur ulama.

Salah Satu di Sepanjang Malam Ramadan

Ibnu Abidin dalam kitab Hasyiatu Abdin Jilid 2 mengemukakan soal pendapat kedua ini. Pendapat ini menyebut Lailatul Qadar ada di sepanjang Ramadan, sejak malam pertama hingga malam terakhir. Artinya, Lailatul Qadar bisa saja ada di salah satu malam di sepanjang Ramadan.

10 Malam Terakhir Ramadan

Pendapat ini menyebut Lailatul Qadar ada di salah satu malam di 10 terakhir Ramadan, tetapi tidak bisa dipastikan pada tanggal berapa. Menurut pendapat ini, meski tidak diketahui, tanggalnya tidak berpindah-pindah dan setiap tahun selalu jatuh pada malam yang sama. Pendapat ini adalah pendapat resmi Mazhab Asy-Syafi’iyah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi.

Malam Pertama Ramadan

Menurut pendapat ini, Lailatul Qadar jatuh pada malam pertama bulan Ramadan, dan pendapat ini disampaikan oleh Abi Razin al-Uqaili ash-Shahabi, yang meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas. “Malam Qadar itu jatuhnya pada malam pertama bulan Ramadan.” Pendapat ini terdapat pada kitab Fathul Bari jilid 4, karangan Ibnu Hajar al-Asqalani.

Malam ke-17 Ramadan

Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Ath-Thabarani dan Abu Syaibah, dari jalur Zaid bin Arqam. Rasulullah SAW bersabda, “Aku tidak ragu bahwa malam 17 Ramadan adalah malam turunnya Alquran.”

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Masud, Lailatul Qadar itu adalah malam yang di siangnya terjadi Perang Badar, berdasarkan firman Allah SWT dalam Surah Al-Anfal ayat 41, “Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.”

10 Malam Tengah Ramadan

Imam Nawawi menjelaskan soal adanya pendapat ini. Sebagian ulama di kalangan Mazhab Syafii ada yang berpendapat demikian. Kemudian Imam ath-Thabari menghubungkan pendapat ini kepada Utsman bin Abil ‘Ash dan Hasan Bashri.

Malam ke-19 Ramadan

Ibnu Hajar memberikan penjelasan, dalil pendapat ini diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari jalur Ali bin Abi Thalib. Imam ath-Thabari menghubungkan hadis tersebut kepada Zaid bin Tsabit dan Ibnu Masud. Sedangkan ath-Thahawi menyambungkan hadis itu kepada Ibnu Masud.

Berpindah-pindah Tiap Ramadan

Artinya, bagi pendapat ini, Lailatul Qadar di satu Ramadan tidak sama dengan Ramadan tahun berikutnya. Bisa jadi, Lailatul Qadar di 10 hari terakhir Ramadan berpindah ke malam lain. Pendapat ini disampaikan mengingat banyaknya perbedaan yang didasarkan pada riwayat yang beragam pula. Seluruh riwayat tidak mungkin ditolak tetapi juga tidak mungkin digabungkan hingga sampai pada satu kesimpulan ihwal kapan jatuhnya Lailatul Qadar.

Karena itu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH. Salahuddin Al-Ayyubi menyatakan, jika ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka setiap Muslim harus memperbanyak ibadah sejak awal Ramadan. “Sehingga bisa nyenggol di salah satu malam di bulan Ramadan. Karena Lailatul Qadar ini keutamaannya sangat besar sekali,” katanya.[]

Sumber: Republika.co.id

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA