Nilai positif yang dapat dipetik dari pelaksanaan perundingan tersebut adalah

Lihat Foto

ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA

Sejumlah pelajar melakukan ziarah dan tabur bunga saat peringatan hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, Minggu (10/11/2019). Ziarah tersebut dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November 2019.

KOMPAS.com - Peristiwa-peristiwa sejarah selama perang kemerdekaan Indonesia banyak mengandung nilai-nilai positif yang penting diketahui generasi sekarang dan mendatang.

Tahukah kamu apa saja nilai-nilai perjuangan selama masa revolusi kemerdekaan Indonesia?

Nilai-nilai kejuangan masa revolusi

Banyak tokoh yang terlibat saat proses perjuangan memperoleh kedaulatan negara Indonesia dengan cara berbeda-beda. Para tokoh masa perjuangan kemerdekaan menunjukkan suri tauladan berupa nilai-nilai perjuangan yang patut ditiru generasi sekarang dan mendatang.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, nilai-nilai perjuangan atau nilai-nilai kejuangan masa revolusi meliputi:

  1. Persatuan dan kesatuan
  2. Rela berkorban dan tanpa pamrih
  3. Cinta pada tanah air
  4. Saling pengertian dan saling menghargai

Baca juga: Pentingnya Belajar Sejarah

Berikut ini penjelasannya:

Persatuan dan kesatuan

Dalam setiap bentuk perjuangan, persatuan dan kesatuan adalah nilai yang sangat penting. Persatuan dan kesatuan selalu menjadi jiwa dan kekuatan perjuangan. Nilai persatuan dan kesatuan cocok dengan jiwa bangsa Indonesia.

Dalam menghadapi kaum penjajah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, dibutuhkan persatuan dan kesatuan dari semua organisasi atau kekuatan yang ada meski terdapat perbedaan paham, ideologi dan organisasi.

Nilai persatuan dan kesatuan terlihat saat:

  1. Anggota TNI, kelaskaran dan rakyat bersatu padu di masa perlucutan senjata terhadap Jepang, perang mewalan Sekutu dan Belanda.
  2. Belanda menciptakan negara-negara bagian dan daerah otonom dalam negara federal sebagai upaya memecah belah bangsa Indonesia. Akibatnya muncul berbagai kesulitan di bidang politik dan ekonomi di rakyat Indonesia. Sehingga banyak yang menuntut Indonesia kembali ke negara kesatuan yang terwujud pada 17 Desember 1950.

Baca juga: Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Isi, dan Dampaknya

Rela berkorban dan tanpa pamrih

Nilai rela berkorban menonjol di masa perang kemerdekaan. Para pahlawan mempertaruhkan jiwa dan raga, mengorbankan waktu dan harta benda, demi perjuangan kemerdekaan.

Telah banyak pejuang yang gugur di medan juang, atau cacat dan menderita, serta korban harta benda saat berjuang melawan penjajah demi tegaknya kemerdekaan Indonesia.

Jakarta -

Perjanjian Linggarjati diselenggarakan sejak tanggal 10 November 1946 di Linggarjati, Cirebon. Perjanjian ini dilakukan antara pemerintah Ri dan Belanda.

Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada 25 Maret 1947 ini mempunyai dampak negatif dan positif bagi Indonesia. Namun, sebelum mengetahuinya, simak terlebih dulu siapa saja tokoh serta isi dan hasilnya menurut buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs kelas IX karya Ratna Sukmayani dkk.

Tokoh Perjanjian Linggarjati

1. Inggris: bertindak sebagai penengah dan diwakili Lord Killeran

2. Indonesia: diwakili Sutan Syahrir sebagai ketua serta Mohammad Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan Dr. A. K. Gani sebagai anggota

3. Belanda: diwakili Prof. Schermerhorn sebagai ketua serta De Boer dan Van Pool sebagai anggota.

Isi

1. Belanda mengakui wilayah Indonesia yang mencakup Jawa, Sumatra, dan Madura. Belanda harus meninggalkan Indonesia sebelum tanggal 1 Januari 1949.

2. Indonesia dan Belanda setuju membentuk negara serikat dengan nama RIS. Negara Indonesia Serikat terdiri dari RI, Kalimantan, dan Timur Besar. Pembentukan RIS ini dilangsungkan sebelum 1 Januari 1949.

3. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang dipimpin oleh Ratu Belanda.

Dampak

1. Positif: pengakuan de facto wilayah RI yang mencakup Jawa, Madura, dan Sumatra.

2. Negatif: wilayah Ri dari Sabang sampai Merauke yang seluas Hindia Belanda seperti sebelumnya, tidak tercapai.

Berdasarkan situs Kementerian Luar Negeri RI, perjanjian Linggarjati mempunyai nilai diplomasi yang besar. Para pemimpin Indonesia waktu itu menginginkan pengakuan atas Indonesia dari negara lain setelah dilangsungkannya proklamasi.

Pengakuan datang dari Mesir pada 10 Juni 1948 secara de facto dan de jure. Negara-negara lain di Timur Tengah juga mengikuti jejak Mesir. Mereka adalah Lebanon, Irak, Afghanistan, Arab Saudi, Yaman, Suriah, Burma.

Gedung perundingan ini sendiri adalah usulan Menteri Sosial RI saat itu, Maria Ulfah. Gedung yang digunakan adalah tempat peristirahatan dan dipilih karena letaknya ada di wilayah Indonesia, sejuk, dan nyaman.

Awalnya perjanjian ini diusulkan diadakan di Jakarta. Namun seperti disebutkan dalam buku Sejarah Kecil (Petite Historie), Rosihan Anwar mengatakan, republik menolak usulan ini karena Jakarta sudah dikuasai Sekutu.

Sedangkan Belanda menolak usulan untuk diadakan di Yogyakarta. Sebab, Yogyakarta adalah ibu kota sementara RI waktu itu. Inilah sebabnya diambil jalan tengah dan Linggarjati dipilih sebagai lokasi perjanjian.

Ratifikasi perjanjian Linggarjati pun dilaksanakan di Istana Rijswijk yang sekarang merupakan Istana Negara.

Simak Video "Ngabuburit Sambil Tambah Wawasan di Taman Sejarah Majalengka"



(nah/lus)

Jakarta -

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan dalam perumusan dasar negara Indonesia sudah terlihat sejak masa persiapan kemerdekaan.

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia ini salah satunya tampak pada rapat sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Nilai kebersamaan dapat menyatukan perbedaan pendapat yang terjadi sidang BPUPKI pertama dan kedua, seperti dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan oleh M. Masan dan Rachmat.

Contohnya, Mohammad Yamin mempunyai pandangan berbeda dengan Soekarno tentang dasar negara Indonesia merdeka. Tetapi, nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila membuat perbedaan pendapat para tokoh penggagas dasar negara ini tidak menjadi penghalang keduanya untuk tetap bersatu.

Nilai luhur proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia juga terlihat dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sidang PPKI merupakan contoh bermusyawarah untuk menghasilkan mufakat.

Contohnya, para tokoh yang tidak setuju dengan isi Piagam Jakarta terutama sila pertama mengajukan keberatannya. Keberatan tersebut ditanggapi dengan serius oleh peserta rapat yang lain. Akhirnya, bunyi sila pertama pada Piagam Jakarta diubah seperti sila pertama Pancasila sekarang.

Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia juga terlihat pada bagaimana perbedaan pendapat tidak membuat peserta sidang PPKI terpecah belah. Alih-alih, para peserta sidang PPKI semakin mempererat tali persatuan dan kesatuan bangsa, menciptakan suasana damai, dan saling menghargai satu sama lain.

Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia

Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia yang dapat dipetik adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain

Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain adalah hal yang dapat dilakukan dalam percakapan sehari-hari, diskusi, atau pertemuan kelompok. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain merupakan bentuk mengakui bahwa setiap orang punya derajat yang sama, sehingga harus saling menghargai dan menghormati dengan didengarkan dan dihargai pendapatnya.

Jika ada orang yang menyampaikan pendapat, anggota kelompok atau anggota rapat harus mendengarkan dengan baik. Sementara itu, orang yang menyampaikan pendapat harus bersikap sopan, berbicara dengan jelas, tidak memotong pembicaraan orang lain, tidak memaksakan pendapat pada orang lain, mengutamakan kepentingan bersama, dan mengutamakan musyawarah dan mufakat. Nilai luhur perumusan Pancasila detik.com/tag/pancasila bagi bangsa Indonesia inilah yang diajarkan dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI.

2. Menerima keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan

Sebuah rapat membahas sesuatu untuk menghasilkan kesepakatan atau keputusan. Keputusan yang diambil harus diterima dengan ikhlas dan terbuka, meskipun keputusan bersama itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi.

3. Kerja keras

Dalam proses perumusan Pancasila, para tokoh berjuang keras untuk merumuskan dasar negara. Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.

4. Rendah hati

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rendah hati. Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, para tokoh berdebat dan menyampaikan pendapat. Para tokoh negara tidak sombong dengan pendapat atau pandangannya masing-masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara, mereka menerimanya.

5. Mengutamakan persatuan

Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Contoh, dari ketidaksetujuan wakil-wakil Kristen dan Katolik atas teks Pancasila dalam Piagam Jakarta, tokoh Islam yang berbeda pandangan dapat menerima ketidaksetujuan itu karena lebih mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

6. Rela berkorban

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rela berkorban. Perumusan Pancasila membutuhkan banyak pengorbanan, baik waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara, pengorbanan menjadi bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara. Pengorbanan merupakan bakti kepada negara.

7. Melaksanakan keputusan bersama

Melaksanakan keputusan bersama dilakukan oleh para tokoh penggagas negara. Mereka sepakat menerima dasar negara Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 untuk kepentingan bangsa dan negara.

Melaksanakan keputusan bersama dalam kelompok perlu dilatih terus-menerus sejak dini. Menerima dan melaksanakan keputusan bersama bisa dilatih di rumah, sekolah, dan masyarakat.

Nah, itu dia nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia. Yuk detikers, kita terapkan bersama!

Simak Video "Asal Usul Hari Lahir Pancasila yang Diperingati Hari Ini"



(twu/pal)

Page 2

Jakarta -

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan dalam perumusan dasar negara Indonesia sudah terlihat sejak masa persiapan kemerdekaan.

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia ini salah satunya tampak pada rapat sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Nilai kebersamaan dapat menyatukan perbedaan pendapat yang terjadi sidang BPUPKI pertama dan kedua, seperti dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan oleh M. Masan dan Rachmat.

Contohnya, Mohammad Yamin mempunyai pandangan berbeda dengan Soekarno tentang dasar negara Indonesia merdeka. Tetapi, nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila membuat perbedaan pendapat para tokoh penggagas dasar negara ini tidak menjadi penghalang keduanya untuk tetap bersatu.

Nilai luhur proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia juga terlihat dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sidang PPKI merupakan contoh bermusyawarah untuk menghasilkan mufakat.

Contohnya, para tokoh yang tidak setuju dengan isi Piagam Jakarta terutama sila pertama mengajukan keberatannya. Keberatan tersebut ditanggapi dengan serius oleh peserta rapat yang lain. Akhirnya, bunyi sila pertama pada Piagam Jakarta diubah seperti sila pertama Pancasila sekarang.

Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia juga terlihat pada bagaimana perbedaan pendapat tidak membuat peserta sidang PPKI terpecah belah. Alih-alih, para peserta sidang PPKI semakin mempererat tali persatuan dan kesatuan bangsa, menciptakan suasana damai, dan saling menghargai satu sama lain.

Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia

Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia yang dapat dipetik adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain

Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain adalah hal yang dapat dilakukan dalam percakapan sehari-hari, diskusi, atau pertemuan kelompok. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain merupakan bentuk mengakui bahwa setiap orang punya derajat yang sama, sehingga harus saling menghargai dan menghormati dengan didengarkan dan dihargai pendapatnya.

Jika ada orang yang menyampaikan pendapat, anggota kelompok atau anggota rapat harus mendengarkan dengan baik. Sementara itu, orang yang menyampaikan pendapat harus bersikap sopan, berbicara dengan jelas, tidak memotong pembicaraan orang lain, tidak memaksakan pendapat pada orang lain, mengutamakan kepentingan bersama, dan mengutamakan musyawarah dan mufakat. Nilai luhur perumusan Pancasila detik.com/tag/pancasila bagi bangsa Indonesia inilah yang diajarkan dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI.

2. Menerima keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan

Sebuah rapat membahas sesuatu untuk menghasilkan kesepakatan atau keputusan. Keputusan yang diambil harus diterima dengan ikhlas dan terbuka, meskipun keputusan bersama itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi.

3. Kerja keras

Dalam proses perumusan Pancasila, para tokoh berjuang keras untuk merumuskan dasar negara. Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.

4. Rendah hati

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rendah hati. Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, para tokoh berdebat dan menyampaikan pendapat. Para tokoh negara tidak sombong dengan pendapat atau pandangannya masing-masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara, mereka menerimanya.

5. Mengutamakan persatuan

Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Contoh, dari ketidaksetujuan wakil-wakil Kristen dan Katolik atas teks Pancasila dalam Piagam Jakarta, tokoh Islam yang berbeda pandangan dapat menerima ketidaksetujuan itu karena lebih mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

6. Rela berkorban

Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rela berkorban. Perumusan Pancasila membutuhkan banyak pengorbanan, baik waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara, pengorbanan menjadi bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara. Pengorbanan merupakan bakti kepada negara.

7. Melaksanakan keputusan bersama

Melaksanakan keputusan bersama dilakukan oleh para tokoh penggagas negara. Mereka sepakat menerima dasar negara Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 untuk kepentingan bangsa dan negara.

Melaksanakan keputusan bersama dalam kelompok perlu dilatih terus-menerus sejak dini. Menerima dan melaksanakan keputusan bersama bisa dilatih di rumah, sekolah, dan masyarakat.

Nah, itu dia nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia. Yuk detikers, kita terapkan bersama!

Simak Video "Asal Usul Hari Lahir Pancasila yang Diperingati Hari Ini"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/pal)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA