Mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan antar suku mengenai pengembalian Hajar Aswad ke dinding Ka bah?

MADANNEWS.ID, Jakarta – Abbas Radhiyallahu Anhu (RA), ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam(SAW) bersabda, “ Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”.

Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi menerangkan keberadaan Hajar Aswad merupakan batu yang ditutunkan dari surga. Sebuah batu berwarna putih seperti salju. Hanya saja, lantaran dosa manusia dan kelakukan kaum musyrikin di muka bumi, batu terebut berubah hitam. Bahkan masih keterangan dari Ibnu Abbas RA, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.”

Tak heran bila keberadaan Hajar Aswad memiliki keutamaan tersendiri. Kenapa setiap orang yang berthawaf dianjurkan untuk mengusapnya? Imam Yahya bin Syarif An- Nawawi Asy-Syafi’i menjelaskan, kabah memiliki empat rukun. Diantaranya adalah rukun hajar aswad dan rukun yamani. Keduanya disebut dengan Yamaniyani. Adapun dua rukum yang lain disebut Syamiyyani.

Hajar Aswad sebagai salah satu rukun di kabah memiliki dua keutamaan yakni sebagai letak qawaid (pondasi) Ibrahim Alaihissalam (AS) dan terdapat batu dari surga. Sedangkan rukun yamani hanya memiliki satu keutamaan yaitu sebagai letak qawaid. Tak heran bila Hajar Aswad dikhususkan dalam dua hal, yakni dianjurkan mengusap dan menciumnya karena keutamaannya. Berbeda dengan rukun Yamani yang hanya mengusapnya namun tidak menciumnya.

Nah, mencium Hajar Aswad adalah bagian dari ibadah sebagaimana wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah dan thawaf mengelilingi Kabah. Terkait mencium dan menyentuh Hajar Aswad, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Bukhari, Khalifah Umar bin Khattab RA mengatakan, “Memang aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat mendatangkan manfaat atau bahaya. Jika bukan karena aku melihat Rasulullah menciummu, aku tentu tidak akan menciummu.”

Jadi, ritual mencium atau dengan cara memberi isyarat (istilam) yang dilakukan umat Islam yang tengah umrah maupun haji tersebut dalam rangka mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW, bukan menyembah batu.

Keberadaan Hajar Aswad tak terlepas dari sejarah panjang saat Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS membangun Kabah. Adalah Nabi Ismail yang menemukan batu itu ketika mencari batu tambahan. Lalu, batu itu diserahkannya kepada ayahnya. Saking tertariknya pada batu itu, Nabi Ibrahim menciuminya berulang-ulang. Dan ketika akan menempatkan batu itu, keduanya terlebih dalu menggendongnya sembari mengelilingi (thawaf) bangunan Kabah sebanyak tujuh putaran.

Dalam perjalanannya, Rasulullah SAW pun menjadi bagian penting dari keberadaan Hajar Aswad.Sejarah mencatat ketika Rasulullah SAW masih berusia 35 tahun, terjadi pemugaran Kabah. Sayang, dalam pemugaran itu terjadi perselisihan antar kabilah suku Quraisy Mekkah terkait posisi batu suci itu. Bahkan hampir saja terjadi pertumpahan darah, hanya karena masing-masing pemuka Quraisy merasa paling berhak atas Hajar Aswad.

Di tengah perselisihan, Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumi mengusulkan agar permasalahan itu diserahkan kepada orang yang pertama kali memasuki gerbang Kabah (Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa) pada hari itu. Dan Muhammad bin Abdullah, adalah orang yang pertama kali masuk. Maka pemuka Quraisy pun sepakat bahwa yang menentukan posisi Hajar Aswad diserahkan kepada Muhammad –yang kala itu belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul.

Mendapat kepercayaan itu, Rasulullah SAW pun membentangkan kain di tanah lalu meletakkan Hajar Aswad di atas hamparan kain itu. Lalu beliau meminta setiap tokoh Quraisy secara bersama-sama mengangkat dan membawa Hajar Aswad itu ke tempat semula. Dan setibanya di lokasi asal, Hajar Aswad diangkatnya dan ditempatkannya di tempat asalnya. Dengan cara ini, para pemuka Quraisy sama-sama punya andil dalam menempatkan Hajar Aswad dan terhindar dari pertumpahan darah. Sejak saat itu pula, keberadaan Muhammad bin Abdullah makin dipercaya dan dihormati.

Ahmad Moraei, pakar sejarah dari Universitas Ummul Qura, Mekah mengatakan, pada dasarnya, Hajar Aswad berbentuk satu bongkahan batu berdiameter 30 sentimeter. Hanya saja, setelah terjadi penjarahan oleh Bani Qarmati pada tahun 317H di saat berlangsungnya ibadah haji. Akhirnya, batu tersebut pecah dan menyisakan delapan bagian.

Pecahan-pecahan tersebut yang hingga kini disatukan dengan bingkai perak dan dipasangkan ke tempat asalnya. Batu itu baru kembali ke tempat semula, setelah 22 tahun berpindah tangan ke penguasa Bani Qarmati, tepatnya pada bulan Dzulqaidah  tahun 339H. Sayang, sisa-sisa pecahan batu itu ada yang hilang.

Menurutnya, Bani Qarmati yang dipimpin oleh Abu Thahir al-Qarmati datang ke tanah suci Mekkah dan menginvasi baitullah. Mereka kemudian membunuh lebih dari 70.000 warga hari itu. Ahmad dengan pongahnya bahkan berkata,“Allah memberi kehidupan kepada manusia  dan akulah yang akan mengambilnya.” Mereka kemudian membawa Hajar Aswad ke dalam Kota Ahsa (Bahrain).

Hajar Aswad merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari Kabah. Posisi batu itu dijadikan penanda awal dan akhir dari ritual thawaf. Umat Islam meyakini bahwa batu berasal dari surga itu dibawa oleh malaikat Jibril ketika Nabi Ibrahim ingin menandai tempat tersebut sebagai titik awal mengeliling kabah. Malah, oleh bangsa Arab, sebelum masuknya peradaban Islam, Hajar Aswad merupakan sebuah pilar suci.

Pasalnya, zaman dulu Hajar Aswad mempunyai sinar yang sangat terang dan dapat menerangi seluruh wilayah Arab. Namun semakin lama sinar terangnya semakin meredup dan hingga sekarang akhirnya berwarna hitam. Selain itu, batu ini mempunyai aroma unik dan alami yang dipunyainya sedari awal keberadaannya.

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Arab Saudi baru saja merilis foto dengan tampilan jelas dari batu hajar aswad yang berada di kabah Mekah.

Foto itu berkapasitas hingga 49.000 megapiksel. Ini adalah kali pertama dunia bisa melihat lebih dekat Hajar Aswad. Gambar yang diambil sangat jelas, sehingga setiap orang bisa melihat setiap bagian batu yang tidak terlihat sebelumnya.

Batu hajar aswad ini, sangat dikenal oleh mereka yang pernah menginjakkan kaki ke tanah suci Mekah. Hampir semua orang yang pergi ke sana ingin menciumnya. Jadi, pemandangan berdesakan bukanlah hal baru di depan batu tersebut.

Baca Juga : Mengapa Umat Muslim Ingin Mencium Hajar Aswad? Ini Alasannya

Dikutip dari Wikipedia, Hajar Aswad merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga, dan yang pertama kali menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.

Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad berkata: "Batu Hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam." [Tirmidzi]

Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Ka'bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW. Karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.

Pada masa Rasulullah berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir yang melanda Kota Mekkah pada saat itu. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad, Suku Quraisy berselisih, siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah, akan tetapi dapat diselesaikan dengan kesepakatan menunjuk seorang pengadil hakim yang memutuskan. Pilihan tersebut, ternyata jatuh pada Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw dengan bijak berkata pada mereka, “Berikan padaku sebuah kain”. Lalu didatangkanlah kain kepadaNya, kemudian beliau mengambil hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan tangannya. Lalu beliau berkata, ” Hendaklah setiap qabilah memegang sisi-sisi kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!”. Mereka lalu melakukannya dan ketika telah sampai di tempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya kemudian dibangunlah.

Menurut Islamiclandmarks.com, selama berabad-abad, tak terhitung banyaknya orang termasuk banyak Nabi termasuk Nabi Muhammad SAW sendiri, para Sahabat, tokoh-tokoh saleh dan jutaan Muslim yang telah melakukan haji dan umrah telah menempatkan berkah mereka bibir di atasnya.

Disebutkan Hajar al-Aswad dan pada hari kiamat akan bersaksi untuk semua orang yang menciumnya, dan imannya masing-masing orang itu.

Ibn Abbas menceritakan bahwa Nabi sambil bersandar pada Ka'bah berkata: “Hajar al-Aswad dan al-Maqam (Ebrahim) adalah dua permata dari permata surga. Jika Allah tidak menyembunyikan pancaran mereka, mereka akan menerangi segala sesuatu antara Timur dan Barat. " [Tirmidzi]

Umar sahabat nabi suatu kali mencium hajar aswad dengan membuat suatu pernyataan yang ingin mematahkan anggapan bahwa islam memuja dan menyembah batu seperti Hajar Aswad. Karena saat itu, orang Arab memuja dan menyembah berhala batu. Umar menjelaskan bahwa dia mengikuti praktik Sunnah Nabi.

“Aku tahu betul bahwa kamu hanyalah sebuah batu yang tidak dapat berbuat baik atau merugikan. Seandainya saya tidak melihat Nabi mencium Anda, saya tidak akan melakukannya.

Hajar al-Aswad dicuri

Hajar al-Aswad sempat dicuri dari Ka'bah sekitar 930 M oleh pejuang Qarmatian yang merupakan sekte Syiah Ismaeeli. Mereka menggeledah Makkah, menodai Sumur Zamzam dengan mayat Muslim dan membawa Hajar Aswad ke markas mereka di Ihsaa, di Bahrain di abad pertengahan. Menurut sejarawan Al-Juwayni, batu tersebut dikembalikan pada sekitar 952 M dan dikembalikan ke lokasi aslinya.

Hajar al-Aswad semula merupakan batu utuh namun karena berbagai peristiwa sejarah kini terdiri dari delapan buah dengan ukuran berbeda-beda yang ditempelkan pada sebuah batu besar dan terbungkus bingkai perak. Bingkai perak pertama kali dibuat oleh Abdullah bin Zubair dan digantikan oleh Khalifah saat dibutuhkan.

Enam buah batu tambahan diklaim berada di Istanbul, Turki. Satu dipajang di mihrab Masjid Biru, satu di atas pintu masuk makam Sulaiman Agung dan empat di Masjid Sokullu Mehmet Pasa (satu di atas mihrab, satu di bawah mimbar bawah, satu lagi di atas mimbar atas dan terakhir melewati pintu masuk). Keaslian potongan tambahan ini telah dipertanyakan, meskipun Turki memang menguasai apa yang sekarang menjadi Arab Saudi selama bertahun-tahun dan menyimpan banyak peninggalan sejarah Islam.

Cara mencium Hajar al-Aswad

Bagi Anda yang ingin pergi ke Mekah dan ingin mencium hajar aswad. Perhatikan bahwa ketika mencium Hajar al-Aswad, seseorang tidak boleh mendorong atau menyakiti siapa pun karena saat mencium Hajar al-Aswad adalah sunnah, menyebabkan kerugian bagi orang adalah perbuatan yang dilarang (haram).

Ketika daerahnya ramai, cukup menunjuk ke arah Hajar al-Aswad dengan satu tangan atau tongkat sambil membaca Takbir dan kemudian mencium tangan atau tongkat. Meskipun Nabi mencium Hajar al-Aswad secara langsung, ia juga menunjuk ke arahnya ketika daerah itu ramai, oleh karena itu jelas bahwa mencium dan menunjuk ke arahnya adalah Sunnah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan antar suku mengenai pengembalian Hajar Aswad ke dinding Ka bah?

Mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan antar suku mengenai pengembalian Hajar Aswad ke dinding Ka bah?

Mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan antar suku mengenai pengembalian Hajar Aswad ke dinding Ka bah?