Mengapa nabi muhammad disebut sebagai afdhalul anbiya wal mursalin


IMAN KEPADA RASUL MELALUI HIDAYAH NAQLI

A.     PENDAHULUAN

Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan Rasul yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan. Bagi yang tidak disebutkan namanya kita wajib beriman secara ijmal saja, sedangkan bagi yang disebutkan namanya kita wajib beriman secara tafshil.

Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan dan keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizat masing-masing seperti yang dijelaskan oleh Allah dan RasulNya di dalam Al Quran Al Karim dan Sunnah Rasul. Tidak sah iman seseorang yang menolak walau hanya satu  orang Nabi atau Rasul dari seluruh Nabi dan Rasul-Rasul yang di utus oleh Allah SWT. Dalam hal ini Allah berfirman:

          اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللًّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرَيْدُوْنَ اَنْ يُفَرِّقُوْابَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهٍ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُبِبَعْضٍ وَيُرِيْدُوْن اَنْ يَتَّخَذُوْابَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً، اُولَئِكَ هُوَالْكَفِرُوْنَ حَقًاوَاَعْتَدْنَالِلْكَفِرِيْنَ عَذَابًامُهِيْنًا

“sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-RasulNya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan RasulNya, dengan mengatakan: “kami beriman kepada yang sebagian dan kafir terhadap sebagian yang lain.” serta bermaksud mengambil jalan tengah diantara yang demikian itu. Merekalah orang-orangyang benar-benar kafir. Kami telahmenyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.”(An-Nisa’4:150-151).

                      Seorang muslim wajib mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup sekalian Nabi-Nabi. Tidak ada lagi Nabi sesudah beliau. Nabi Muhammad SAW adalah afdhalul anbiya’ wal mursalin (yang paling utama dari seluruh Nabi dan Rasul) dan tentu saja afdhalul khalq (makhluk Allah yang paling utama) (HR. Muslim dan Tirmidzi). Namun demikian seorana muslim hanya wajib mengikuti dan melaksanakan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, karena syariat yang dibawa oleh Rasul-Rasul terdahulu khusus untuk umatnya masing-masing, sedangkan syariat islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW berlaku umum untuk seluruh umat manusia. Seorang muslim wajib mencintai Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada siapa dan apa saja selain Allah. Allah SWT menjadikan ittiba’ur Rasul (mengikuti Rasulullah SAW) sebagai bukti cinta kepadaNya. Allah berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللَّهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمث اللَّه

“katakanlah: “jika kamu semua mencintai Allah, maka ikutilah aku (muhammad), niscaya Allah akan mencintaimu.” (Ali-Imran 3: 31)

B.     RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apa definisi dari Iman dan Rasul?

2.      Bagaimana cara beriman kepada Rasul melalui hidayah naqli?

3.      Apa urgensi beriman kepada Rasul melalui hidayah naqli?

C.     PEMBAHASAN

1.      Definisi Iman dan Rasul

Iman adalah tashdiq (pembenaran) yang disertai dengan amal. Tashdiq dan amal itu dua hal yang tidak terpisahkan. Apabila terdapat tashdiq, maka amalnya pun ada, dan sebaliknya. Tashdiq yang dimaksud disini meliputi seluruh masalah ghaib yang diberitakan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Barang siapa mendustakan sebagian dari apa yang telah diberitakan Allah dan RasulNya, berarti imannya telah berkurang. Seseorang itu disebut beriman, bila dia meyakini dengan sungguh-sungguh beberapa asas yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha illallah.

Masalah iman tidak dapat dilihat dengan sudut pandang akal semata-mata. Peranan akal dalam permasalahan ini hanyalah untuk mengetahui kebenaran Rasul dalam menceritakan sesuatu yangg diterimanya dari Allah.jadi, kita hanya membicarakan kerasulan dan mengamati berita yang dibawanya, sehingga kita mengetahui dengan yakin bahwa Rasul itu berbuat benar. Setelah yakin dengan kebenaran tersebut, kita harus menerima berita tentang perkara ghaib yang dibawanya, tanpa menilainya dengan akal. Akal tidak dapat memahami sesuatu, kecuali sesuatu tersebutdapat diterima panca indra.

                        Secara etimologis Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus  oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah). Secara terminologis Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu  dan diiringi dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi (ar-risalah) tertentu.

Sebagaimana manusia biasa lainnya Rasulpun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, , punya anak, merasa sakit, senag, kuat, lemah, mati, dan  sifat-sifat manusiawi lainnya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

وَمَااَرْسَلْنَاقَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ اِلاَّاِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِى الاَسْوَاقِ

“dan Kami tidak mengutus Rasul-Rasul sebelum mu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar...” (Al-Furqan 25: 20).

وَلَقَدْاَرْسَلْنَارُسُلًامِنْ قَبْلِكَ وَجْعَلْنَالَهُمْ اَزْوَاجًاوَذُرِّيَّةً

“dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka isteri isteri dan keturunan...” (Ar-Ra’d 13:38).

Rasul semuanya terdiri dari laki-laki, tidak seorangpun Rasul dari jenis perempuan. Dalam hal ini Allah SWT menegaskan.

وَمَااَرْسَلْنَاقَبْلَكَ اِلاَّرِجَالاًنُوْحِى اِلَيْهِمْ فَاسْئَلُوْااهْلَ الَّذِكْرِاِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ

“Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelummu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yaang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah oleh mu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada menetahui.” (Al-Anbiya’ 21: 7).  

2.      Cara beriman kepada Rasul melalui hidayah naqli

Konsekuensi yang pasti terjadi dalam keimanan kepada keRasulan ini adalah bahwa umat manusia mesti mengikuti jalan yang telah ditempuh para dan Rasul Allah itu, tidak saja dalam masalah Aqidah dan peribadatan, tetapi sekaligus dalam aspek kehidupan. Sebab, berdasarkan ilmu dan ma’rifat yang diberikan Allah kepada para Rasul, mereka mampu membedakan jalan yang lurus dari jalan yang menyimpang dalam bentukya yang demikian jelas dan meyakinkan, karena semua peritah dan larangan mereka tidak berasal dari didi mereka sendiri, melainkan dari Allah SWT yang telah di sebut dalam Al-Quran. Dan Allah menyerukan kepada mereka agar mentaati para Rasul sebab, mentaati Rasul berarti mentaati Allah, dan mengikuti jalan yang mereka tempuh merupakan sarana memperoleh mardhatillah.

“dan Kami tidak mengutus seorang Rasul, kecuali untuk ditaati dengan seizin Allah” (QS. An-Nisa’ 4: 64)

Melalui nash-nash Al-Quran kita mengetahui dengan jelas kesaksian akan kebenaran Rosulullah  saw, sang pengemban risalah, diantara nya sebagai berikut:

1.      Allah SWT menyeru kepada umat manusia untuk beriman kepada Rosulullah saw, melalui pengamatan mereka terhadab kebenaran yang didatangkan dari sisi Allah. Dalam firman-Nya

يَأَيُّهَاالنَّاسُ قَدْجاأكم الّرسول با لحقّ من رّبّكم فأمنواخيرًالّكموإن تكفروافإنّ لله مافى السّمواتِ والأرضِ

”wahai manusia, sesungguhnya telah dating rasul (Muhammad) itu padamu dengan (membawa) kebenaran dari tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan, jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang  ada dilangit dan dibumi itu adalah kepunyaan Allah…” (an-Nisa’:170)

2.    Allah SWT menegaskan anjuran-Nya untuk mentadaburi (menela’ah dan mengkaji) Al-Qur’an, sebab melalui aktifitas tadaburakan terbukti bahwa Al-Qur’an semuanya adalah hak/benar, sekaligus membuktikan bahwa al-Qur’an dating dari Allah SWT. jika Al-Qur’an itu adalah hasil karya manusia pasti banyak perbedaan dan perbenturan, baik kata maupun maknanya. Rasulullah (Muhammad saw) adalah mubalig (penyampai) Al-Qur’an, maka hal ini menunjukkan bahwa beliau adalah rosul utusan Allah.

Allah SWT menyatakan bahwa kepatuhan dan keta’atan kepada rosulullah  saw.  Berarti ketaatan kepada Allah, Allah berfirman dalam surat an-Nisa’:82

“maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan  yang  banyak didalamnya.”

3.      Allah SWT  menjelaskan sifat ulilalbab (paracendekia) yang  menyatakan keimanan mereka terhadap rasul yang menyuruh kepada iman dan kebenaran.  Para cendekia ini dengan serta merta memenuhi seruan rosulullah setelah mengetahui dengan yakin bahwa inti risalah yang  di emban beliau adalah hak (benar) tanpa keraguan sedikitpun.

“yatuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyuruh kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada tuhanmu, maka kami pun beriman. YaTuhan kami, Ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami serta orang-orang yang berbakti (ali imron:193)

4.         Allah SWT memerintahkan Muhammad saw untuk memproklamasikan ditengah umat manusia bahwa dia adalah rasul utusan Allah bagi mereka semua. Juga menjelaskan kepada seluruh manusia bahwa inti dakwahnya dalam risalah yang diembannya adalah menyuruh kepada pengesaan Allah yang menciptakan langit dan bumi, yang tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali yang maha menghidupkan dan maha mematikan. Mereka beriman kepadanya dan kepadarasulnya yang ummi.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA