Makalah persamaan dan perbedaan antara Hadis Qudsi dengan Hadits Nabawi

By. Bakri, S.PdI

A. Latar Belakang


Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama dalam ajaran agama Islam tentunya menempati posisi yang signifikan. Mengingat posisinya yang signifikan itu maka diperlukan adanya pemahaman yang komprehensif terkait dengan eksistensi al-Qur’an. Selain al-Qur’an, setiap muslim juga mengenal adanya sumber hokum yang kedua yakni Hadis atau Sunnah, baik Hadis Qudsi maupun Hadis Nabawi.

Keduanya menjadi sumber hukum Islam yang diyakini dan dipedomani oleh seluruh umat muslim. Keduanya memiliki perbedaan-perbedaan. Perbedaan di antara keduanya harus diketahui oleh setiap muslim sebagai landasan awal dalam memahami keduanya lebih lanjut. Pemahaman yang baik terhadap keduanya akan mempengaruhi kualitas ibadah dari setiap muslim.

Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk kaum muslim atau suatu kelompok suku tertentu semata, tetapi kehadiarannya juga menjadi rahmat bagi seluruh makhluk. Universalitas kandungan isi al-Qur’an tidak disangsikan lagi, dari zaman dulu hingga sekarang. Al-Qur’an sebagai kitab yang lengkap tentunya dia memiliki kelebihan-kelebihan. Di antara kelebihan-kelebihan al-Qur’an ini adalah adanya nama-nama dan sifat-sifat yang telah dijelaskan oleh Allah swt. dalam padanya.

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab hidayah sepanjang zaman, al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.

Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi kandungan al-Qur’an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks al-Qur’an menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan kehidupan modern.

B. Rumusan Masalah

Dengan latarbelakang di atas maka penulis membatasi isi makalah ini dalam rumusan masalah sebagai berikut :

1.    Bagaimana pengertian al-Qur’an?

2.    Bagaimana perbedaan antara al-Qur’an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi?

3.    Apa nama-nama dan sifat-sifat al-Qur’an?

C. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan atau kegunaan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.    Untuk memahami pengertian al-Qur’an.

2.    Untuk memahami perbedaan antara al-Qur’an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi.

3.    Untuk memahami nama-nama dan sifat-sifat al-Qur’an.

PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Qur’an

Dalam pengertian mengenai al-Qur’an dapat ditinjau dari dua aspek, sebagai berikut:

1) Aspek Etimologis

Makna kata Qur’an adalah sinonim dengan qira’ah dan keduanya berasal dari kata qara’a. dari segi makna, lafal Qur’an bermakna bacaan. Kajian yang dilakukan oleh Dr. Subhi Saleh menghasilkan suatu kesimpulan bahwa al-Qur’an dilihat dari sisi bahasa berarti bacaan, adalah merupakan suatu pendapat yang paling mendekati kebenaran.[1]

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Umat ini menyakininya sebagai firman-firman Allah swt. yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada Nabi terakhir, Muhammad saw., untuk disampaikan kepada umat manusia hingga akhir zaman. Dari segi pengertian bahasa, ulama berbeda pendapat tentang asal kata ‘al-Qur’an’.[2]

Menurut Manna’ al-Quthan, qura’a berarti berkumpul dan menghimpun. Qira’ah, menghimpunkan huruf-huruf dan kata-kata itu antara satu sama lain pada waktu membaca al-Qur’an berasal dari qira’ah. Berasal dari kata-kata qara’a, qira’atan, dan qur’aanan[3]. Allah swt. berfirman :

¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur ÇÊÐÈ   #sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ

Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (al-Qur’an) di dadamu dan membuatmu pandai membaca. Maka bila kami telah selesai membacakannya ikutilah bacaannya itu” (al-Qiyamah: 17-18)[4]

2) Aspek Terminologi

Ditinjau dari aspek terminologi kata al-Qur’an sesungguhnya telah banyak dikemukakan oleh para ‘Ulama. Di antaranya mereka ada yang memberikan pengertian sama dengan al-kitab, karena selain nama al-Qur’an, wahyu tersebut dikenal dengan sebutan al-kitab. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an sebagai berikut :

$uZø9¨“tRur šø‹n=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»u‹ö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx«

Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS. An-Nahl : 89).[5]

$¨B $uZôÛ§sù ’Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4’n<Î) öNÍkÍh5u‘ šcrçŽ|³øtä†

Artinya : “Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan” (QS. al-An’am : 38).[6]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertia al-Qur’an adalah Kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.[7]

Kaitannya dengan hal ini Al-Khudari memberikan definisi bahwa al-kitab adalah al-Qur’an yaitu lafal bahasa Arab yang diturunkan pada Muhammad untuk dipelajari dan diingat, yang dinukil secara mutawatir, termaktub di antara dua sisi awal dan akhir, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.

Dalam definisi di atas tegas bahwa al-kitab adalah al-Qur’an itu sendiri. Menurut Al-Amidi penegasan ini dipandang perlu untuk membedakan antara al-Qur’an dengan kitab-kitab lainnya seperti Taurat, Injil dan Zabur. Sebab ketiga kitab ini juga diturunkan oleh Allah yang wajib di imani oleh setiap muslim.[8]

As-Shabuni mengemukakan dalam At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an, al-Qur’an adalah firman Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan pada Nabi terakhir ditulis dalam beberapa mushaf, bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca. Dr. Subhi Saleh menegaskan bahwa al-Qur’an dengan sebutan apapun adalah firman Allah yang mengandung mu’jizat diturunkan pada Muhammad saw ditulis dalam beberapa mushaf serta bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca.[9]

Dari beberapa definisi dan uraian diatas dapat diambil pengertian dan kesimpulan bahwa Al-Qur’an secara terminologi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kalamullah.

2. Dengan perantara malaikat Jibril.

3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

4. Sebagai mu’jizat.

5. Ditulis dalam mushaf.

6. Dinukil secara mutawatir.

7. Dianggap ibadah orang yang membacanya.

8. Dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas.

9. Sebagai ilmu laduni global.

10. Mencakup segala hakikat kebenaran.[10]

B. Perbedaan al-Qur’an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi

Sebelum megemukakan tentang perbedaan antara al-Qur’an dan Hadis Hudsi dan Hadis Nabawi, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan secara sepintas tentang definisi daripada hadis qudsi dan hadis nabawi.

Hadis Qudsi adalah perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi saw. dengan mengatakan: “Allah berfirman…’ Nabi menyandarka perkataan itu kepada Allah beliau meriwayatkan dari Allah swt.[11] Menurut Ath Thibi sebagimana dikutip M. Hasbi Ash Shiddieqy bahwa hadis qudsi merupakan titahTuhan yang disampaikan kepad Nabi did lam mimpi atau dengan jalan ilham, lalu Nabi menerangkan apa yang dimimpikannya itu, dengan susunan perkataan beliau sendiri serta menyandarkan kepada Allah. Hadis qudsi juga dsebut hadis ilahi dan hadis rabbany.[12]

Kata hadis atau al-hadis secara terminology, para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tentang hadis, terutama ahli hadis ahli ushul. Ahli hadis mendefenisikan hadis dengan “segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau, dan segala keaadan beliau”.[13] Utang Ranuwijaya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hal ihwal atau keadaan di sini adalah segala pemberitaan tentang Nabi saw., seperti yang berkaitann dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebisaan-kebisaannya. Dari sini sehingga ahli hadis memberikan pengertian bahwa hadis adalah segala ucapan, perkataan, keadaan atau perilaku Nabi saw..[14]

1. Perbedaan al-Qur’an dengan Hadis Qudsi

a. Al-Qur’an al-Karim adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafalnya, dan dengan itu pula orang Arab ditantang; sedang Hadis Qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mu’jizat.

b. Al-Qur’an al-Karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah Ta’ala telah berfirman. Sedang Hadis Qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah; sehingga nisbah Hadis Qudsi itu merupakan nisbah buatan.

c. Seluruh isi Al-Qur’an al-Karim dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang Hadis Qudsi kebanyakan adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalany Hadis Qudsi itu sahih, terkadang hasan (baik) dan terkadag dhoif (lemah).

d. Al-Qur’an al-Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Sedang Hadis Qudsi maknanya sja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah saw.

e. Membaca al-Qur’an al-Karim merupakan ibadah; karena itu ia dibaca di dalam sholat; sedang Hadis Qudsi tidak disuruh membacanya dalam sholat.[15] Hal ini sesuai dengan bunyi hadis :

من قرأ حر فا من كتا الله تعا لى فله حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لاأقول ألم حرف، ولكن ألف حرف، ولام حرف، وميم حرف.[رواه الترمذى]

Artinya :

“Barang siapa membaca satu huruf dari al-Qur’an, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas spuluh kali lipata. Aku tidak mengatakan alif lam mim, itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.[16]

2. Perbedaan Hadis Qudsi dengan Hadis Nabawi

Hadis Nabawi itu ada dua:

Tauqifi. Yang bersifat tauqifi, yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segia pembicaran lebih banyak dinisbahkan kepada Rasulullah saw., sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.

Taufiqi. Yang bersifat taufiqi, yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut pemahamannya terhadap al-Qur’an, karena ia mempunyai tugas menjelskan al-Qur’an atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijtihad ini diperkuat oleh wahyu bila benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya, maka turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.

Dari sini jelas bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi dan taufiqi dengan ijtihad yang dikui oleh wahyu itu bersumber dari wahyu. Dan inilah makna dari firman Allah tentang Rasul kita Muhammad saw.:

$tBur ß,ÏÜZtƒ Ç`tã #“uqolù;$# ÇÌÈ   ÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ

Artinya : “Dia (Muha mad) tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadaya.” (QS. An-Najm : 3-4).

Hadis qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah saw. melalui salah satu cara penurunan wahyu; sedang lafalnya dari Rasulullah saw.. Inilah pendapat yang kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah Ta’ala adalah nisbah mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dengan al-Qur’an; dan tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk ditantang, serta membacanya pula dianggap ibadah.[17] Demikianlah beberapa perbedaan di antara keduanya.

C. Nama-nama dan Sifat-sifat al-Qur’an

Nama yang diberikan Allah kepada al-Qur’an itu cukup banuak, di antaranya :

Pertama, al-Qur’an, berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

¨bÎ) #x‹»yd tb#uäöà)ø9$# “ωöku‰ ÓÉL¯=Ï9 š†Ïf ãPuqø%r&

“sesungguhnya al-Qur’an ini member pentunjuk kepada (jalan) yang lurus” (QS. Al-Isra’ : 9).

Kedua, al-Kitab, berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

ô‰s)s9 !$uZø9t“Rr& öNä3ö‹s9Î) $Y6»tGÅ2 ÏmŠÏù öNä.ãø.ÏŒ ( Ÿxsùr& šcqè=É)÷ès? ÇÊÉÈ

”Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Kitab kepada hambaNya, agar dia menjadi peringatan” (QS. Al-Anbiya’ :10).

Ketiga, al-Furqan, berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

x8u‘$t6s? “Ï%©!$# tA¨“tR tb$s%öàÿø9$# 4’n?tã ¾Ínωö6tã tbqä3u‹Ï9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉ‹tR ÇÊÈ

“Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan kepada hambaNya, agar dia menjadi peringatan” (QS. Al-Furqan : 1).

Keempat, az-Zikr, berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨“tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan az-Zikr, dan Kamilah yang memeliharnya” (QS. Al-Hijr : 9).

Kelima, Tanzil,[18] berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

¼çm¯RÎ)ur ã@ƒÍ”\tGs9 Éb>u‘ tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÒËÈ

“Dan al-Qur’an ini Tanzil (diturunkan) dari Tuhan semesta alam” (QS. Asy-Syu’araa’ : 192).

Keenam, al-Huda. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu‘ ¡ Ïm‹Ïù ¡ “W‰èd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ

“Kitan (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan kepadanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarh : 2).

Ketujuh, al-Busyra. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

t$uZø9¨“tRur šø‹n=tã |=»tGÅ3ø9$# $YZ»u‹ö;Ï? Èe@ä3Ïj9 &äóÓx« “Y‰èdur ZpyJômu‘ur 3“uŽô³ç0ur tûüÏJÎ=ó¡ßJù=Ï9 ÇÑÒÈ

“Dan Kami turunkan al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An-Nahl : 89).

Kedelapan, al-Haq. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

‘,ysø9$# `ÏB y7Îi/¢‘ ( Ÿxsù ¨ûsðqä3s? z`ÏB tûïÎŽtIôJßJø9$# ÇÊÍÐÈ

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kmu termasuk orang-orang yang ragu” (QS. Al-Baqarah : 147).

Kesembilan, al-Bayan. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

#x‹»yd ×b$u‹t/ Ĩ$¨Y=Ïj9 “Y‰èdur ×psàÏãöqtBur šúüÉ)­GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ

“(Al-Qur’an) ini adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran : 138).

Kesepuluh, asy-Syifa’. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

ô‰s% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§‘ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 ’Îû Í‘r߉Á9$#

“Sesungguhnya telah dating kepadamu nasihat dari Tuhanmu dan obat bagi yang ada dalam dada” (QS. Yunus : 57).

Al-Qur’an da al-Kitab lebih popular dari nama-nama yang lain. Dalam hal ini Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata: “Ia dinamakan Qur’an karena ia “dibaca” dengan lisan, dan dinamakan al-Kitab karena ia “ditulis” dengan pena. Kedua nama ini menunjukkan makna yang sesui dengan kenyataannya.

Penamaan Qur’an dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa selayaknya ia dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Dengan demikian, apabila di antara salah satunya ada yang melenceng, maka yang lain akan meluruskannya.[19]

Allah telah melukiskan al-Qur’an dengan beberapa sifat, di antaranya :

Pertama, an-Nur. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

$pkš‰r’¯»tƒ â¨$¨Z9$# ô‰s% Nä.uä!%y` Ö`»ydöç/ `ÏiB öNä3În/§‘ !$uZø9t“Rr&ur öNä3ö‹s9Î) #Y‘qçR $YYÎ6•B ÇÊÐÍÈ

“Wahai manusia, telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang”(QS.An-Nisa’ : 174).

Kedua, Mau’izah, Syifa’, Huda, Rahmah, dan. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

$pkš‰r’¯»tƒ â¨$¨Z9$# ô‰s% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§‘ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 ’Îû Í‘r߉Á9$# “Y‰èdur ×puH÷qu‘ur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu dan obat bagi yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus : 57).

Ketiga, Mubin. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

Ÿô‰s% Nà2uä!%y` šÆÏiB «!$# Ö‘qçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7•B ÇÊÎÈ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menerankan” (QS. Al-Maidah : 15).

Keempat, Mubarak. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

#x‹»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9t“Rr& Ô8u‘$t6ãB ä-Ïd‰|Á•B “Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ u

“Dan al-Qur’an ini adalah Kitab yang telah kami berkahi; membenrkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya” (QS. Al-An’am : 92).

Kelima, Busyra’. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

$]%Ïd‰|ÁãB $yJÏj9 šú÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ “Y‰èdur 2”uŽô³ç0ur tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9 ÇÒÐÈ

“…yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadikan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Baqarah : 97).

Keenam,Aziz. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ̍ø.Ïe%!$$Î/ $£Js9 öNèduä!%y` ( ¼çm¯RÎ)ur ë=»tGÅ3s9 Ö“ƒÌ“tã ÇÍÊÈ

“Mereka yang mengingkari az-Zikr ketika Qur’an itu datang kepada mereka,(mereka pasti akan celaka). Al-Qur’an adalah kitab yang mulia” (QS. Fussilat : 41).

Ketujuh, Majid. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

ö@t/ uqèd ×b#uäöè% Ó‰‹Åg¤C ÇËÊÈ

“Bahkan yang mereka dustakan itu adalah Qur’an yang dihormati” (QS. Al-Buruj : 21).

Kedelapan, Basyir. Berfirman Tuhan dalam al-Qur’an:

Ò=»tGÏ. ôMn=Å_Áèù ¼çmçG»tƒ#uä $ºR#uäöè% $|‹Î/ttã 5Qöqs)Ïj9 tbqßJn=ôètƒ ÇÌÈ   #ZŽÏ±o0 #\ƒÉ‹tRur .. ÇÍÈ

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui; yang membawa khabar gembira dan yang membawa peringatan” (QS. Fussilat : 3-4).

Setiap penamaan atau pelukisan itu merupakan salah satu makna dalam al-Qur’an.[20] Aneka ragam nama dan sifat yng diberikan oleh Allah Ta’ala terhadap kitab ini menunjukkan kesempurnaan dan keistimewaannya dibandigkan dengan kitab-kitab sebelumnya. Karena Qur’an diturunkan untuk melengkapi atau menggenapi firman Tuhan dalam kitab-kitab terdahulu.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka penulis mengambil konklusi sebagai berikut :

a)      Al-Qur’an adalah Kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.

b)      Perbedaan mendasar dari al-Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi adalah terletak pada posisi makna dan lafal. Al-Qur’an dan Hadis Qudsi, keduanya memiliki makna yang dinisbahkan kepada Allah secara mutlak, sedang Hadis Nabawi penyandarannya kepada Rasulullah saw.

c)      Nama-nama lain al-Qur’an di antaranya; al-Qur’an itu sendiri, al-KItab, al-Furqan, az-Zikr, at-Tanzil, al-Huda, al-Busyra, al-Haq, asy-Syifa’, dan al-Bayan. Sedangkan sifat-sifatnya antara lain; Nur, Mau’izah, Syifa’, Huda, Rahmah, Mubin, Mubarak, Busyra, Aziz, Majid, dan Basyir. Semua nama dan sifat ini disematkan oleh Allah Ta’ala kepada kitab suci umat muslim ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad, dan Mudzakir M.. Ulumul Hadis. Cet. X; Bandung: [t.p]., 2000.

Al-Amidi. Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam. Muassasah Al-Halaby: Kairo, t.th.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: CV. Karya Utama, 2005.

DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I, Ed. IV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Hamzah, Muchotob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. t.t. Gama Media, 2003.

Mardan. Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh. Jakarta: Pustaka Mapan, 2009.

al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. [t.t.] [t.p.] [t.th].

al Quthan, Manna’. Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, terj. Halimuddin, Pembahasan Ilmu al-Qur’an. Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.

Saleh, Subhi. Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an. Muassasah Ar-Risalah: Mesir, 1404H.

As-Shabuni, M. Ali. Al- Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Arshad, t.t.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

[1]Subhi Saleh, Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an (Muassasah Ar-Risalah: Mesir, 1404H), h. 19.

[2]Lihat selengkapnya Mardan, Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh, (Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), h. 27.

[3]Manna’ al Quthan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, Terj. oleh  Halimuddin dengan judul Pembahasan Ilmu al-Qur’an, (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), h. 11.

[4]Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: CV. Karya Utama, 2005), h. 854.

[7]DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. I, Ed. IV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 44.

[8]Al-Amidi, Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam, (Muassasah Al-Halaby: Kairo, t.th.), h. 147-148.

[9]M. Ali As-Shabuni, Al- Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an, (Dar Al-Arshad: Beirut, t.t.), h. 10.

[10]Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif, (t.t. Gama Media, 2003), h.1-2.

[11]Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 40.

[14]Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadis, (Cet. X; Bandung: [t.p]., 2000), h. 11.

[15] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Terj. oleh Mudzakir, [t.t.] [t.p.] [t.th], h. 26-27.

[16]Diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibn Mas’ud; yang mengatakan hadis itu hasan dan sahih.

[17]Manna Khalil al-Qattan, op. cit., h. 28-29.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA