Mahate Ksatraya mahate jyaisth yaya terdapat dalam kitab

Jnana Vijnana Yoga -Bhagavad Gita – Sansekerta – Terjemahan Indonesia Bab 7

7.1
sri-bhagavan uvaca
mayy asakta-manah partha
yogam´ yuñjan mad-asrayah
asam´sayam´ samagram´ mam´
yatha jñasyasi tac chrnu

Sri-bhagavan uvaca—Tuhan Yang Maha Esa bersabda; mayi—kepada-Ku; asaktamanah—pikiran terikat; partha—wahai putera Prtha; yogam—keinsafan diri; yuñjan—berlatih; mat-asrayah—sadar kepada-Ku (kesadaran Krishna); asam´sayam—tanpa keragu-raguan; samagram—sepenuhnya; mam—Aku; yatha—bagaimana; jñasyasi—engkau dapat mengenal; tat—itu; srnu—coba mendengar.

Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai putera Prtha, sekarang dengarlah bagaimana engkau dapat mengenal Diri-Ku sepenuhnya, bebas dari keragu-raguan, dengan cara mempraktekkan yoga dan menyadari Aku sepenuhnya, dengan pikiran terikat kepada-Ku.

Penjelasan Dalam Bab Tujuh dari Bhagavad-gita, sifat kesadaran Krishna diuraikan sepenuhnya. Krishna memiliki segala kehebatan sepenuhnya, dan bagaimana cara Beliau mewujudkan kehebatan itu diuraikan di sini. Empat jenis orang yang beruntung yang menjadi terikat kepada Krishna dan empat jenis orang yang kurang beruntung yang tidak pernah mendekati Krishna juga diuraikan di dalam bab ini. Dalam enam bab pertama dari Bhagavad-gita, makhluk hidup sudah diuraikan sebagai roh yang tidak bersifat material yang sanggup mengangkat Diri-Nya sampai keinsafan diri dengan berbagai jenis yoga. Pada akhir Bab Enam, sudah dinyatakan dengan jelas bahwa memusatkan pikiran dengan mantap kepada Krishna, atau dengan kata lain kesadaran Krishna, adalah bentuk tertinggi segala yoga. Dengan memusatkan pikiran kepada Krishna, seseorang dapat mengenal Kebenaran Mutlak sepenuhnya, bukan dengan cara yang lain. Keinsafan terhadap brahmajyoti yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada di satu tempat bukan pengetahuan yang sempurna tentang Kebenaran Mutlak, sebab pengetahuan itu hanya merupakan sebagian saja. Pengetahuan yang penuh dan ilmiah ialah Krishna, dan segala sesuatu diungkapkan kepada orang yang sadar akan Krishna. Dalam kesadaran Krishna yang lengkap, seseorang mengetahui bahwa Krishna adalah pengetahuan tertinggi di luar segala keragu-raguan. Berbagai jenis yoga hanya merupakan batu loncatan pada jalan menuju kesadaran Krishna. Orang yang mulai mengikuti kesadaran Krishna secara langsung dengan sendirinya mengetahui tentang brahmajyoti dan Paramatma sepenuhnya. Dengan berlatih yoga kesadaran Krishna, seseorang dapat mengetahui segala sesuatu sepenuhnya—yaitu, Kebenaran Mutlak, para makhluk hidup, alam material, serta perwujudan-perwujudannya dengan perlengkapan. Karena itu, seseorang harus mulai latihan yoga sebagaimana ditunjukkan dalam ayat terakhir dari Bab Enam. Memusatkan pikiran kepada Krishna sebagai Yang Mahakuasa dimungkinkan dengan bhakti yang telah dianjurkan dengan sembilan bentuk yang berbeda. Di antara sembilan bentuk itu, sravanam adalah bentuk pertama dan bentuk yang paling penting. Karena itu, Krishna bersabda kepada Arjuna, tac chrnu,” atau Dengarlah dari-Ku.” Tidak ada seorangpun penguasa yang lebih tinggi daripada Krishna, karena itu, dengan mendengar dari Krishna, seseorang mendapat kesempatan yang paling baik untuk menjadi sadar akan Krishna secara sempurna. Karena itu, seseorang harus belajar dari Krishna secara langsung atau belajar dari seorang penyembah Krishna yang murni—bukan dari orang yang masih hijau, bukan penyembah, dan sombong dengan menyandang gelar dari perguruan tinggi.

Dalam Srimad-Bhagavatam proses tersebut untuk mengerti tentang Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kebenaran Mutlak, diuraikan dalam Bab Dua dari Skanda Pertama sebagai berikut:

srnvatam´ sva-kathah krsnah
punya-sravana-kirtanah
hrdy antah-stho hy abhadrani
vidhunoti suhrt satam

nasta-prayesv abhadresu
nityam´ bhagavata-sevaya
bhagavaty uttama-sloke
bhaktir bhavati naisthiki

tada raja s-tamo-bhavah
kama-lobhadayas ca ye
ceta etair anaviddham´
sthitam´ sattve prasidati

evam´ prasanna-manaso
bhagavad-bhakti-yogatah
bhagavat-tattva-vijñanam´
mukta-sangasya jayate

bhidyate hrdaya-granthis
chidyante sarva-sam´sayah
ksiyante casya karmani
drsta evatmanisvare

Mendengar tentang Krishna dari kesusasteraan Veda, atau mendengar dari Krishna secara langsung melalui Bhagavad-gita, dengan sendirinya merupakan kegiatan yang saleh. Bagi orang yang mendengar tentang Krishna, Sri Krishna, yang bersemayam di dalam hati setiap orang, bertindak sebagai kawan yang paling mengharapkan kesejahteraan penyembah dan menyucikan penyembahyang senantiasa tekun mendengar tentang Beliau. Dengan cara demikian, seorang penyembah secara wajar mengembangkan pengetahuan rohani yang tersimpan di dalam hatinya. Begitu penyembah itu mendengar lebih banyak tentang Krishna dari Bhagavatam dan dari para penyembah, dia menjadi mantap dalam bhakti kepada Tuhan. Dengan mengembangkan bhakti, seseorang dibebaskan dari sifat-sifat nafsu dan kebodohan, dan dengan demikian, nafsu-nafsu material dan kelobaan dihilangkan. Apabila hal-hal yang tidak suci tersebut dihapus, seorang calon menjadi mantap pada kedudukannya, yaitu kebaikan yang murni, dan dia disemangatkan oleh bhakti dan mengerti ilmu pengetahuan tentang Tuhan secara sempurna. Demikianlah bhakti-yoga memotong ikatan keras berupa kasih sayang material dan memungkinkan seseorang segera mencapai tingkat asam´sayam samagram, yaitu mengerti tentang Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.” (Bhag. 1.2.17-21).
Karena itu, hanya dengan mendengar dari Krishna atau dari penyembah Beliau dalam kesadaran Krishna seseorang dapat mengerti ilmu pengetahuan tentang Krishna.

7.2
jñanam´ te ‘ham´ sa-vijñanam
idam´ vaksyamy asesatah
yaj jñatva neha bhuyo ‘nyaj
jñatavyam avasisyate

jñanam—pengetahuan yang dapat dilihat; te—kepadamu; aham—Aku; sa—dengan; vijñanam—pengetahuan yang tidak dapat dilihat; idam—ini; vaksyami—akan menjelaskan; asesatah—sepenuhnya; yat—yang; jñatva—mengetahui; na—tidak; iha—di dunia ini; bhuyah—lebih lanjut; anyat—sesuatu yang lebih; jñatavyam—dapat diketahui; avasisyate—tinggal.

Terjemahan
Sekarang Aku akan menyatakan pengetahuan ini kepadamu secara keseluruhan, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat. Dengan menguasai pengetahuan ini, tidak akan ada hal lain lagi yang belum engkau ketahui.

Penjelasan
Pengetahuan yang lengkap meliputi pengetahuan tentang dunia yang dapat dilihat, sang roh yang melatarbelakangi dunia ini, dan sumber kedua-duanya. Inilah pengetahuan rohani. Tuhan ingin menjelaskan sistem pengetahuan tersebut di atas karena Arjuna adalah penyembah dan kawan Krishna yang akrab. Pada awal Bab Empat, penjelasan tersebut telah diberikan oleh Krishna, dan penjelasan itu dibenarkan sekali lagi di sini yaitu; bahwa pengetahuan yang lengkap hanya dapat dicapai oleh seorang penyembah Tuhan secara langsung dari Tuhan dalam garis perguruan. Karena itu, hendaknya orang cukup cerdas untuk mengetahui sumber segala pengetahuan, yang menjadi sebab segala sebab, dan satu-satunya obyek semadi dalam segala jenis latihan yoga. Apabila sebab segala sebab diketahui, maka segala sesuatu yang dapat diketahui dikenal, dan tidak ada sesuatupun yang belum diketahui. Dalam Veda (Mundaka Upanisad 1.3) dinyatakan, kasmin bhaga vo vijnate sarvam idam vijnatam bhavati.

7.3
manusyanam´ sahasresu
kascid yatati siddhaye
yatatam api siddhanam´
kascin mam´ vetti tattvatah

manusyanam—di antara manusia; sahasresu—di antara beriburibu; kascit—seseorang; yatati—berusaha; siddhaye—untuk kesempurnaan; yatatam—mereka yang berusaha seperti itu; api—memang; siddhanam—dari mereka yang sudah mencapai kesempurnaan; kascit—seseorang; mam—Aku; vetti—mengetahui; tattvatah—dengan sebenarnya.

Terjemahan
Di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang Diri-Ku dengan sebenarnya.

Penjelasan
Ada berbagai tingkat manusia, dan di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang cukup tertarik pada keinsafan rohani hingga ia berusaha mengetahui apa itu sang roh, apa itu badan, dan apa itu Kebenaran Mutlak. Pada umumnya manusia hanya sibuk di dalam kegiatan seperti binatang yaitu; makan, tidur, membela diri dan berketurunan, dan hampir tiada seorangpun yang tertarik pada pengetahuan rohani. Enam bab pada awal Bhagavad-gita dimaksudkan untuk orang yang tertarik pada pengetahuan rohani, untuk mengerti tentang sang roh, Roh Yang Utama dan cara keinsafan melalui jñana-yoga, Dhyana-yoga dan cara membedakan antara sang roh dan alam. Akan tetapi, Krishna hanya dapat dikenal oleh orang yang sadar akan Krishna. Rohaniwan lainnya barangkali mencapai keinsafan terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi, sebab keinsafan ini lebih mudah daripada mengerti tentang Krishna. Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Utama, tetapi pada waktu yang sama Beliau berada di luar jangkauan pengetahuan Brahman dan Paramatma. Para yogi dan para jñani bingung dalam usaha-usaha mereka untuk mengerti tentang Krishna. Walaupun yang paling terkemuka di antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, yaitu Sripada Sankaracarya, dalam penafsiran beliau tentang Bhagavad-gita beliau juga mengakui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Namun para pengikut Sankaracarya tidak mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab sangat sulit mengenal Krishna, walaupun seseorang sudah mencapai keinsafan rohani terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi. Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab, Sri Govinda yang asli. isvarah paramah krsnah sac-cid- ananda vigrahah / anadir adir govindah sarva karana-karanam. Orang yang bukan penyembah sulit sekali mengenal Krishna. Walaupun mereka menyatakan bahwa jalan bhakti, atau pengabdian rohani sangat mudah, mereka tidak akan sanggup mempraktekkan cara bhakti. Kalau memang jalan bhakti begitu mudah, seperti yang dikatakan oleh golongan orang yang bukan penyembah, mengapa mereka memilih jalan yang lain dan sulit Sebenarnya, jalan bhakti tidak mudah. Sesuatu yang hanya namanya saja jalan bhakti yang dipraktekkan oleh orang yang tidak berkualifikasi, karena mereka tanpa pengetahuan tentang bhakti barangkali tampaknya mudah, namun apabi la bhakti dipraktekkan secara nyata menurut aturan dan peraturan, mereka para sarjana dan para filosof yang berangan-angan pikiran akan jatuh dari jalan itu. Srila Rupa Gosvami menulis di dalam karyanya berjudul Bhakti-rasamrta-sindhu (1.2.101):

sruti-smrti-puranadi-
pañcaratra-vidhim´ vina
aikantiki harer bhaktir
utpatayaiva kalpate

Bhakti kepada Tuhan yang mengabaikan kesusasteraan Veda yang dibenarkan, misalnya Upanisad-upanisad, Puranapurana, dan Naradapancaratra, hanya merupakan gangguan yang tidak diperlukan di dalam masyarakat.”
Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan sudah menginsafi Brahman atau yogi yang sudah menginsafi Paramatma tidak mungkin mengerti tentang Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai putera ibu Yasoda atau kusir kereta Arjuna. Para dewa yang muliapun kadang-kadang bingung tentang Krishna: Krishna bersabda, (muhyanti yat surayah). Mam tu veda na kascana, Tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku dengan sebenarnya.” Kalau seseorang sungguh-sungguh mengenal Krishna, maka samah atma sudurlabhah. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.” Karena itu, kalau seseorang tidak melakukan latihan bhakti kepada Tuhan, ia tidak dapat mengenal Krishna dengan sebenarnya (tattvatah), walaupun ia sarjana yang hebat atau ahli filsafat. Hanya para penyembah yang murni dapat mengetahui sesuatu tentang sifat-sifat rohani yang tidak terhingga di dalam Krishna, di dalam sebab segala sebab, dalam Kemahakuasaan dan kemewahan Beliau, dan di dalam kekayaan, kemashyuran, kekuatan, ketam panan, pengetahuan dan ketidakterikatan Beliau, sebab Krishna bersikap murah hati terhadap para penyembah-Nya. Krishna adalah kata terakhir dalam keinsafan Brahman, dan hanya para penyembah dapat menginsafi Beliau dengan sebenarnya. Karena itu, dinyatakan:

atah sri-krsna-namadi
na bhaved grahyam indriyaih
sevonmukhe hi jihvadau
svayam eva sphuraty adah

Tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang sifat rohani, nama, bentuk, sifat dan kegiatan Krishna melalui indera-inderanya yang dicemari secara material. Tetapi Krishna memperlihatkan Diri-Nya kepada para penyembah karena Krishna menyayangi mereka atas cinta-bhakti rohani mereka kepada Beliau.” (Bhakti-rasamrta-sindhu 1.2.234).

7.4
bhumir apo ‘nalo vayuh
kham´ mano buddhir eva ca
ahankara itiyam´ me
bhinna prakrtir astadha

bhumih—tanah; apah—air; analah—api; vayuh—udara; kham—angkasa; manah—pikiran; buddhih—kecerdasan; eva—pasti; ca—dan; ahankarah—keakuan yang palsu; iti—demikian; iyam—semua ini; me—milik-Ku; bhinna—terpisah; prakrtih—tenaga-tenaga; astadha—delapan jenis.

Terjemahan
Tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu—secara keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga-tenaga material yang terpisah dari Diri-Ku.

Penjelasan
Ilmu pengetahuan Ketuhanan menganalisis kedudukan dasar Tuhan dan berbagai tenaga Beliau. Alam material disebut prakrti, atau tenaga Tuhan dalam berbagai titisan purusa Beliau (penjelmaan-penjelmaan) sebagaimana diuraikan dalam Satvata Tantra:

visnos tu trini rupani
purusakhyany atho viduh
ekam´ tu mahatah srastr
dvitiyam´ tv anda-sam´sthitam
trtiyam´ sarva-bhuta-stham´
tani jñatva vimucyate

Untuk ciptaan material, penjelmaan yang berkuasa penuh dari Sri Krishna berwujud sebagai tiga Visnu. Yang pertama adalah, MahaVisnu, menciptakan seluruh tenaga material, yang bernama mahat-tattva. Yang kedua, Garbhodakakasayi Visnu, memasuki seluruh alam semesta untuk menciptakan keanekawarnaan di dalam tiap-tiap alam semesta itu. Yang ketiga, Ksirodakasayi Visnu, tersebar sebagai Roh Yang Utama yang berada di mana-mana di seluruh alam semesta dan juga bernama Paramatma. Beliau berada di mana-mana bahkan di dalam atomatom sekalipun. Siapapun yang mengenal ketiga Visnu tersebut dapat dibebaskan dari ikatan material.” Dunia material ini adalah perwujudan sementara dari salah satu di antara tenaga-tenaga Tuhan. Segala kegiatan dunia material diatur oleh tiga penjelmaan Visnu tersebut dari Sri Krishna. Purusa-purusa ini disebut penjelmaan-penjelmaan. Pada umumnya orang yang tidak mengenal ilmu pengetahuan Ketuhanan (Krishna) menduga bahwa dunia material ini dimaksudkan untuk dinikmati oleh para makhluk hidup dan bahwa para makhluk hidup adalah purusa-purusa—tujuan-tujuan yang menyebabkan, mengendalikan dan menikmati tenaga material. Menurut Bhagavad-gita, kesimpulan tersebut yang tidak mengakui Tuhan adalah kesimpulan yang salah. Dalam ayat yang sedang dibicarakan, dinyatakan bahwa Krishna adalah sebab asli manifestasi material. Kenyataan ini juga dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam Unsur-unsur manifestasi material adalah tenaga-tenaga yang dipisahkan dari Tuhan. Brahmajyoti, yang merupakan tujuan utama bagi orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, adalah tenaga rohani yang di wujudkan di angkasa rohani. Tidak ada keanekawarnaan rohani di dalam brahmajyoti seperti keanekawarnaan rohani yang ada di planet-planet Vaikunthaloka, dan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap bahwa brahmajyoti tersebut sebagai tujuan kekal yang paling tinggi. Manifestasi Paramatma juga merupakan aspek Ksirodakasayi Visnu yang bersifat sementara dan berada di mana-mana. Manifestasi Paramatma tidak kekal di dunia rohani. Karena itu, Kebenaran Mutlak yang nyata adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna. Krishna adalah kepribadian lengkap sumber tenaga, dan Beliau memiliki berbagai tenaga dalam dan tenaga yang terpisah dari Diri-Nya.

Di dalam tenaga material, ada delapan perwujudan utama, sebagaimana disebut di atas. Di antara delapan perwujudan tersebut, lima perwujudan pertama, yaitu; tanah, air, api, udara dan angkasa, disebut lima ciptaan besar atau ciptaan kasar, dan lima obyek indera termasuk di dalam lima ciptaan itu. Lima obyek indera tersebut adalah manifestasi-manifestasi suara, rabaan, bentuk, rasa dan bau alamiah. Ilmu pengetahuan material terdiri dari sepuluh unsur tersebut dan tidak lebih daripada itu. Tetapi tiga unsur lainnya, yaitu pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu, dialpakan oleh orang duniawi. Filosof-filosof yang menangani kegiatan pikiran juga belum memiliki pengetahuan yang sempurna karena mereka belum mengenal sumber yang paling utama, yaitu Krishna. Keakuan yang palsu—Aku berada,” dan Itu milikku,” yang merupakan prinsip dasar kehidupan material—termasuk sepuluh indera untuk kegiatan material. Kecerdasan menunjukkan seluruh ciptaan alam, yang disebut mahat-tattva. Karena itu, dari delapan tenaga yang dipisahkan dari Tuhan terwujudlah duapuluh empat unsur dunia material yang merupakan mata pelajaran filsafat Sankhya yang tidak percaya kepada Tuhan. Unsur-unsur tersebut semula berasal dari tenaga-tenaga Krishna dan dipisahkan dari Krishna, tetapi para filosof Sankhya yang tidak percaya kepada Tuhan dan kurang memiliki pengetahuan tidak mengenal Krishna sebagai sebab segala sebab. Mata pelajaran yang dibicarakan dalam filsafat Sankhya hanyalah perwujudan tenaga luar Krishna, sebagaimana diuraikan dalam Bhagavad-gita.

7.5
apareyam itas tv anyam´
prakrtim´ viddhi me param
jiva-bhutam´ maha-baho
yayedam´ dharyate jagat

apara—lebih rendah; iyam—ini; itah—di samping ini; tu—tetapi; anyam—lain; prakrtim—tenaga; viddhi—cobalah untuk mengerti; me—milik-Ku; param—utama; jiva-bhutam—terdiri dari para makhluk hidup; maha-baho—wahai yang berlengan perkasa; yaya—oleh siapa; idam—ini; dharyate—digunakan atau diperah; jagat—dunia material.

Terjemahan
Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, di samping tenaga-tenaga tersebut, ada pula tenaga-Ku yang lain yang bersifat utama, terdiri dari para makhluk hidup yang menggunakan sumber-sumber alam material yang rendah tersebut.

Penjelasan
Di sini disebut dengan jelas bahwa para makhluk hidup adalah bagian dari alam utama (atau tenaga utama) Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga yang rendah adalah alam terwujud dalam berbagai unsur, yaitu; tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan, dan keakuan yang palsu. Kedua bentuk alam material, yaitu bentuk kasar (tanah dan sebagainya) dan halus (pikiran dan sebagainya), dihasilkan dari tenaga rendah. Para makhluk hidup, yang memerah tenaga-tenaga rendah tersebut untuk berbagai tujuan, adalah tenaga utama Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena tenaga tersebut, seluruh dunia material berjalan. Manifestasi alam semesta tidak berdaya untuk bergerak kecuali digerakkan oleh tenaga utama, yaitu makhluk hidup. Tenaga-tenaga selalu dikendalikan oleh sumber tenaga. Karena itu, para makhluk hidup selalu dikendalikan oleh Tuhan—para makhluk hidup tidak mempunyai eksistensi tersendiri. Para makhluk hidup tidak pernah mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan Tuhan, seperti yang di bayangkan oleh orang yang kurang cerdas. Perbedaan antara makhluk hidup dan Tuhan diuraikan dalam Srimad-Bhagavatam (10.87.30) sebagai berikut:

aparimita dhruvas tanu-bhrto yadi sarva-gatas
tarhi na sasyateti niyamo dhruva netaratha
ajani ca yan-maya m´ tad avimucya niyantr bhavet
samam anujanatam´ yad amatam´ mata-dustataya

O Kepribadian Yang Mahaabadi! Kalau para makhluk hidup adalah kekal dan berada di mana-mana seperti Anda, maka mereka tidak berada di bawah pengendalian Anda. Tetapi kalau diakui bahwa para makhluk hidup adalah tenaga-tenaga kecil dari Diri Anda, maka mereka segera berada di bawah pengendalian Anda yang paling utama. Karena itu, pembebasan sejati menyangkut penyerahan diri para makhluk hidup terhadap pengendalian Anda, dan penyerahan diri itu akan membahagiakan mereka. Hanya dalam keadaan dasar itulah mereka dapat mengendalikan sesuatu. Karena itu, orang yang kurang berpengetahuan yang mendukung teori monisme yang menganggap Tuhan dan para makhluk hidup sejajar dalam segala hal sebenarnya dibawa oleh anggapan yang salah dan tercemar.”
Satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa Krishna yang mengendalikan, dan semua makhluk hidup dikendalikan oleh Beliau. Makhluk-makhluk hidup tersebut adalah tenaga utama Beliau, sebab sifat keberadaan mereka adalah satu dan sama dengan Yang Mahakuasa, tetapi mereka tidak pernah sejajar dengan Tuhan dalam jumlah kekuatan. Sambil memerah tenaga rendah yang kasar dan halus (alam), tenaga utama (makhluk hidup) melupakan pikiran dan kecerdasan rohaninya yang sejati. Kelupaan seperti itu disebabkan oleh pengaruh alam terhadap makhluk hidup. Tetapi apabila makhluk hidup dibebaskan dari pengaruh tenaga material yang mengkhayalkan, dia mencapai tingkat yang disebut mukti, atau pembebasan. Keakuan palsu, di bawah pengaruh khayalan material, berpikir, Diriku adalah unsur-unsur alam, dan benda-benda material yang telah kuperoleh adalah milikku.” Kedudukan makhluk hidup yang sejati diinsafi apabila ia dibebaskan dari segala ide material, termasuk paham bahwa Diri-Nya bersatu dengan Tuhan dalam segala hal. Karena itu, seseorang dapat menarik kesimpulan bahwa Bhagavad-gita membenarkan makhluk hidup hanya salah satu di antara berbagai tenaga Krishna; dan apabila tenaga ini dibebaskan dari pencemaran material, maka ia menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya, atau mencapai pembebasan.

7.6
etad-yonini bhutani
sarvanity upadharaya
aham´ krtsnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha

etat—dua tenaga tersebut; yonini—sumber kelahirannya; bhutani—segala sesuatu yang diciptakan; sarvani—semua; iti—demikian; upadharaya—mengenal; aham—Aku; krtsnasya—mengandung segala sesuatu; jagatah—dunia; prabhavah—sumber perwujudan; pralayah—peleburan; tatha—beserta.

Terjemahan
Semua makhluk yang diciptakan bersumber dari kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun yang bersifat rohani.

Penjelasan
Segala sesuatu yang ada dihasilkan dari unsur-unsur alam dan kerohanian. Sang roh adalah lapangan dasar ciptaan, dan unsur-unsur alam diciptakan oleh tenaga rohani. Sang roh tidak diciptakan pada tahap tertentu perkembangan material. Melainkan, dunia material ini diwujudkan hanya atas dasar tenaga rohani. Badan material ini dikembangkan karena sang roh berada di dalam alam. Anak tumbuh berangsur-angsur sampai masa remaja dan kemudian sampai dewasa karena tenaga utama tersebut, yaitu sang roh, berada di dalam badannya. Begitu pula, seluruh manifestasi alam semesta yang besar sekali dikembangkan karena adanya Roh Yang Utama, Visnu. Karena itu, alam dan rohani, yang bergabung untuk mewujudkan bentuk alam semesta yang besar sekali pada permulaan adalah dua tenaga dari Tuhan. Karena itu, Tuhan adalah asal mula segala sesuatu. Bagian percikan dari Tuhan yang mempunyai sifat yang sama seperti Tuhan, yaitu makhluk hidup, dapat membangun gedung pencakar langit yang besar, pabrik besar, ataupun kota yang besar dibangun, tetapi makhluk hidup tidak dapat membangun alam semesta yang besar. Yang menyebabkan alam semesta yang besar diwujudkan ialah roh yang besar, atau Roh Yang Utama. Krishna, Yang Mahakuasa, adalah penyebab roh-roh yang besar maupun roh-roh yang kecil. Karena itu, Krishna adalah penyebab asli segala sebab. Kenyataan ini dibenarkan dalam Katha Upanisad (2.2.13). Nityo nityanam cetanas cetananam.

7.7
mattah parataram´ nanyat
kiñcid asti dhanañjaya
mayi sarvam idam´ protam´
sutre mani-gana iva

mattah—melampaui-Ku; para-taram—lebih tinggi; na—tidak; anyat kiñcit—apapun yang lain; asti—ada; dhanañjaya—wahai perebut kekayaan; mayi—di dalam Diri-Ku; sarvam—segala sesuatu yang ada; idam—yang kita lihat; protam—diikat pada seutas tali; sutre—benang; mani-ganah—mutiara-mutiara; iva—seperti.

Terjemahan
Wahai perebut kekayaan, tidak ada kebenaran yang lebih tinggi dari pada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara diikat pada seutas tali.

Penjelasan Biasanya ada perdebatan mengenai apakah Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama berbentuk pribadi atau tidak berbentuk pribadi. Menurut Bhagavad-gita, Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, dan kenyataan ini dibenarkan pada setiap langkah. Khususnya dalam ayat ini, ditegaskan bahwa Kebenaran Mutlak adalah kepribadian. Brahma-samhita juga membenarkan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama: isvarah paramah krsnah sac-cid-anandavigrahah; yaitu, Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Sri Krishna. Tuhan Yang Mahaabadi, sumber segala kebahagiaan, Govinda, dan bentuk kekal kebahagiaan dan pengetahuan yang lengkap. Oleh karena bukti dari sumber-sumber yang dapat dipercaya tersebut, tidak dapat diragu-ragukan bahwa Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Yang Paling Utama, sebab segala sebab. Akan tetapi, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan berdebat berdasarkan kekuatan versi Veda yang diberikan dalam svetasvatara Upanisad (3.10) sebagai berikut: tato yad uttarataram tad arupam anamayam/ ya etad vidur amrtas te bhavanti athetare duhkham evapiyanti. Di dunia material dimengerti bahwa Brahma, makhluk hidup pertama di alam semesta, adalah yang paling tinggi di antara para dewa, manusia, dan binatang-binatang yang lebih rendah. Tetapi di atas Brahma ada Kerohanian (Transenden) yang tidak mempunyai bentuk material dan bebas dari segala pengaruh material. Siapapun yang dapat mengenal Beliau juga menjadi rohani, tetapi mereka yang belum mengenal Beliau menderita kesengsaraan dunia material.”

Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan lebih menitikberatkan kata arupam. Tetapi kata arupam tidak berarti tanpa bentuk pribadi. Kata arupam menunjukkan bentuk rohani kekekalan, kebahagiaan dan pengetahuan sebagaimana diuraikan dalam Brahma-samhita yang dikutip diatas. Ayat-ayat lain dari svetasvatara Upanisad membenarkan kenyataan ini sebagai berikut:

vedaham etam´ purusam´ mahantam
aditya-varnam´ tamasah parastat
tam eva viditvati mrtyum eti
nanyah pantha vidyate ‘yanaya

yasmat param´ naparam asti kiñcid
yasman naniyo no jyayo ‘sti kiñcit
vrksa iva stabdho divi tisthaty ekas
tenedam´ purnam´ purusena sarvam

Saya mengenal bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa melampaui segala paham material tentang kegelapan. Hanya orang yang mengenal Beliau dapat melampaui ikatan kelahiran dan kematian. Tiada cara lain untuk mencapai pembebasan selain pengetahuan tentang Kepribadian Yang Paling Utama itu.
Tidak ada kebenaran yang lebih tinggi daripada Kepribadian Yang Paling Utama itu, karena Beliau adalah Yang Mahatinggi. Beliau lebih kecil daripada yang paling kecil dan Beliau lebih besar daripada yang paling besar. Beliau mantap bagaikan pohon yang diam. Beliau menerangi angkasa rohani. Seperti halnya sebatang pohon menyebarkan akarnya, begitu pula Beliau menyebarkan tenaga-tenaga-Nya yang luas.”

7.8 raso ‘ham apsu kaunteya prabhasmi sasi-suryayoh pranavah sarva-vedesu

sabdah khe paurusam´ nrsu

rasah—rasa; aham—Aku; apsu—di dalam air; kaunteya—wahai putera Kunti ; prabha—cahaya; asmi—Aku adalah; sasi-suryayoh—dari matahari dan bulan; pranavah—tiga huruf aum; sarva—di dalam semua; vedesu—Veda; sabdah—getaran suara; khe—di angkasa; paurusam—kesanggupan; nrsu—dalam manusia.

Terjemahan
Wahai putera Kunti (Arjuna), Aku adalah rasa air, cahaya matahari dan bulan, suku kata om dalam mantra-mantra Veda; Aku adalah suara di angkasa dan kesanggupan dalam manusia.

Penjelasan Ayat ini menjelaskan bagaimana Krishna berada di mana-mana melalui berbagai tenaga-Nya yang material dan rohani. Tuhan Yang Maha Esa pada tahap permulaan dipahami melalui berbagai tenaga-Nya, dan dengan cara demikian seseorang menginsafi Beliau secara tidak pribadi. Seperti halnya dewa di planet matahari adalah kepribadian dan adanya dewa matahari dirasakan melalui tenaganya yang berada di mana-mana, yaitu sinar matahari, begitu pula, walaupun Tuhan berada di tempat tinggal-Nya yang kekal, Beliau dirasakan melalui berbagai tenaga-Nya yang berada di mana-mana. Rasa air adalah prinsip aktif di dalam air. Tidak seorangpun yang suka minum air laut, sebab rasa air yang murni sudah tercampur dengan garam. Seseorang tertarik kepada air tergantung pada kemurnian rasa air itu, dan rasa murni ini adalah satu di antara tenaga-tenaga Tuhan. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan merasakan adanya Tuhan di dalam air melalui rasa air, dan orang yang mengakui bentuk pribadi Tuhan juga memuji kebesaran Tuhan karena Beliau bermurah hati untuk menyediakan air yang enak untuk menghilangkan kedahagaan manusia. Itulah cara merasakan adanya Yang Maha Kuasa. Hampir tidak ada hal yang bertentangan antara filsafat yang mengakui bentuk pribadi Tuhan dan filsafat yang tidak mengakui pribadi Tuhan. Orang yang mengenal Tuhan mengetahui bahwa paham yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan paham yang mengakui bentuk pribadi Tuhan berada di dalam segala sesuatu pada waktu yang sama dan bahwa tidak ada hal yang bertentangan. Karena itu, Sri Caitanya memantapkan ajaran-Nya yang mulia yaitu: acintya bheda dan abhedatattva—persatuan dan perbedaan pada waktu yang sama.

Cahaya matahari dan bulan juga semula berasal dari brahmajyoti, cahaya Tuhan yang tidak bersifat pribadi. Pranava, atau suara rohani om´-kara pada awal tiap-tiap mantra Veda, untuk penyapaan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga berasal dari Beliau. Oleh karena orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan sangat takut menyapa kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna dengan nama-nama-Nya yang tidak dapat dijumlah, mereka lebih suka mengucapkan suara rohani om´-kara. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa om´-kara adalah perwujudan Krishna dalam bentuk getaran suara. Jangkauan kesadaran Krishna tersebar di mana-mana, dan orang yang mengenal kesadaran Krishna mendapat berkat. Orang yang belum mengenal Krishna berada di dalam khayalan. Karena itu, pengetahuan tentang Krishna adalah pembebasan, dan tidak mengetahui tentang Krishna adalah ikatan.

7.9
punyo gandhah prthivyam´ ca
tejas casmi vibhavasau
jivanam´ sarva-bhutesu
tapas casmi tapasvisu

punyah—asli; gandhah—harum; prthivyam—di dalam tanah; ca—juga; tejah—panas; ca—juga; asmi—Aku adalah; vibhavasau—di dalam api; jivanam—nyawa; sarva—di dalam semua; bhutesu—para makhluk hidup; tapah—pertapaan; ca—juga; asmi—Aku adalah; tapasvisu—orang yang bertapa.

Terjemahan
Aku adalah harum yang asli dari tanah, dan Aku adalah panas dalam api. Aku adalah nyawa segala sesuatu yang hidup, dan Aku adalah pertapaan semua orang yang bertapa.

Penjelasan
Punya berarti sesuatu yang tidak busuk; punya adalah sesuatu yang asli. Segala sesuatu di dunia material mempunyai rasa atau aroma tertentu, misalnya rasa dan aroma di dalam bunga, atau di dalam tanah, di dalam air, di dalam api, di dalam udara, dan sebagainya. Rasa yang tidak tercemar, atau rasa yang asli, yang berada di dalam segala sesuatu adalah Krishna. Begitu pula, segala sesuatu mempunyai rasa asli yang khusus, dan rasa itu dapat diubah dengan campuran zat-zat kimia. Karena itu, segala sesuatu yang asli mempunyai bau tertentu, harum tertentu, dan rasa tertentu. Vibhavasu berarti api. Tanpa api kita tidak dapat menjalankan pabrik, kita tidak dapat memasak, dan sebagainya, dan api itu adalah Krishna. Panas dalam api adalah Krishna. Menurut ilmu kedokteran Veda, kesulitan mencerna makanan disebabkan suhu rendah di dalam perut. Karena itu, api diperlukan untuk mencerna makanan. Dalam kesadaran Krishna kita menyadari bahwa tanah, air, api, udara, dan tiap-tiap prinsip yang aktif, semua zat kimia dan semua unsur material disebabkan oleh Krishna. Panjang usia hidup manusia juga disebabkan oleh Krishna. Karena itu, atas berkat karunia Krishna, manusia dapat memperpanjang usianya atau menguranginya. Karena itu, kesadaran Krishna aktif di setiap bidang.

7.10
bijam´ mam´ sarva-bhutanam´
viddhi partha sanatanam
buddhir buddhimatam asmi
tejas tejasvinam aham

bijam—biji; mam—Aku; sarva-bhutanam—milik semua makhluk hidup; viddhi—cobalah mengerti; partha—wahai putera Prtha; sanatanam—asli, kekal; buddhih—kecerdasan; buddhimatam—milik orang yang cerdas; asmi—Aku adalah; tejah—kewibawaan; tejasvinam—milik orang yang perkasa; aham—Aku adalah.

Terjemahan
Wahai putera Prtha, ketahuilah bahwa Aku adalah benih asli segala kehidupan, kecerdasan orang yang cerdas, dan kewibawaan orang yang perkasa.

Penjelasan
Bijam berarti benih; Krishna adalah benih segala sesuatu. Ada berbagai makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Burung, binatang, manusia dan banyak makhluk hidup lainnya adalah makhluk hidup yang bergerak; sedangkan pohon-pohon dan tumbuhan tidak dapat bergerak, tetapi hanya berdiri di satu tempat. Tiap-tiap makhluk hidup adalah salah satu dari jumlah 8.400.000 jenis kehidupan. Beberapa di antaranya bergerak dan beberapa di antaranya tidak bergerak. Tetapi, dalam setiap jenis kehidupan benih kehidupan mereka adalah Krishna. Sebagaimana dinyatakan dalam kesusasteraan Veda, Brahman, atau Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, adalah asal mula segala sesuatu. Krishna adalah Parabrahman, Roh Yang Paling Utama. Brahman tidak bersifat pribadi dan Parabrahman bersifat pribadi. Brahman yang tidak bersifat pribadi termasuk di dalam aspek yang bersifat pribadi—demikianlah pernyataan dalam Bhagavad-gita. Karena itu, pada permulaan, Krishna adalah sumber segala sesuatu. Krishna diumpamakan sebagai akar. Seperti halnya akar sebatang pohon memelihara seluruh pohon itu, begitu pula Krishna sebagai akar asli segala sesuatu memelihara segala sesuatu dalam manifestasi material ini. Ini juga dibenarkan dalam kesusasteraan Veda (Katha Upanisad 2.2.13):

nityo nityanam´ cetanas cetananam
eko bahunam´ yo vidadhati kaman

Krishna adalah Yang Mahakekal di antara semua insan yang kekal, Krishna adalah insan yang paling utama di antara semua insan, dan Krishna Sendiri yang memelihara segala kehidupan. Seseorang tidak dapat berbuat sesuatu tanpa kecerdasan, dan Krishna juga menyatakan bahwa Diri-Nya adalah akar segala kecerdasan. Seseorang tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, kalau ia belum memiliki kecerdasan.

7.11
balam´ bala-vatam´ caham´
kama-raga-vivarjitam
dharmaviruddho bhutesu
kamo ‘smi Bharata rsabha

balam—kekuatan; bala-vatam—milik orang yang kuat; ca—dan; aham—Aku adalah; kama—nafsu; raga—dan ikatan; vivarjitam—tanpa; dharma-aviruddhah—tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan; bhutesu—dalam semua makhluk; kamah—hubungan suami isteri; asmi—Aku adalah; bharata-rsabha—wahai prabhu dari keluarga Bharata.

Terjemahan
Aku adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Aku adalah hubungan suami isteri yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan, wahai prabhu dari keluarga Bharata [Arjuna].

Penjelasan
Kekuatan orang yang kuat hendaknya digunakan untuk melindungi orang yang lemah, dan bukan untuk mengadakan ancaman pribadi. Begitu pula, hubungan suami isteri menurut prinsip-prinsip keagamaan (dharma), hendaknya digunakan untuk berketurunan, dan tidak digunakan untuk tujuan lain. Kemudian tanggung jawab orang tua ialah menjadikan keturunannya sadar akan Krishna.

7.12
ye caiva sattvika bhava
rajasas tamasas ca ye
matta eveti tan viddhi
na tv aham´ tesu te mayi

ye—semua yang; ca—dan; eva—pasti; sattvikah—dalam kebaikan; bhavah—keadaan-keadaan hidup; rajasah—dalam sifat nafsu; tamasah—dalam sifat kebodohan; ca—juga; ye—semua yang; mattah—dari-Ku; eva—pasti; iti—demikian; tan—yang itu; viddhi—cobalah mengenal; na—tidak; tu—tetapi; aham—Aku; tesu—dalam itu; te—yang itu; mayi—di dalam Diri-Ku.

Terjemahan
Ketahuilah bahwa segala keadaan hidup; baik kebaikan, nafsu maupun kebodohan—diwujudkan oleh tenaga-Ku. Menurut suatu pengertian, Aku adalah segala sesuatu, tetapi Aku bebas. Aku tidak berada di bawah pengaruh sifat-sifat alam material, sebaliknya sifat-sifat alam berada di dalam Diri-Ku.

Penjelasan
Segala kegiatan material di dunia sedang dijalankan di bawah pengaruh tiga sifat alam material. Walaupun sifat-sifat alam material tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, Beliau tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat itu. Misalnya, menurut hukum negara seseorang dapat dihukum, tetapi raja , yang membuat hukum, tidak berada di bawah hukum itu. Begitu pula, segala sifat alam material kebaikan, nafsu maupun kebodohan—berasal dari Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, tetapi Krishna tidak dipengaruhi oleh alam material. Karena itu, Krishna bersifat nirguna, yang berarti bahwa tiga guna, atau sifat-sifat tersebut, tidak mempengaruhi Krishna, walaupun sifat-sifat itu berasal dari Krishna. Itulah salah satu ciri istimewa Bhagavan, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

7.13
tribhir guna-maya ir bhavair
ebhih sarvam idam´ jagat
mohitam´ nabhijanati
mam ebhyah param avyayam

tribhih—tiga; guna-mayaih—terdiri dari tiga guna; bhavaih—oleh keadaan keadaan hidup; ebhih—semua ini; sarvam—seluruh; idam—ini; jagat—alam semesta; mohitam—dikhayalkan; na abhijanati—tidak mengenal; mam—Aku; ebhyah—di atas ini; param—Yang Mahakuasa; avyayam—tidak dapat dihabiskan.

Terjemahan
Dikhayalkan oleh tiga sifat [kebaikan, nafsu dan kebodohan], seluruh dunia tidak mengenal Diri-Ku, yang berada di atas sifat-sifat alam dan tidak dapat dimusnahkan.

Penjelasan Seluruh dunia dipikat oleh tiga sifat alam material. Orang yang dikhayalkan oleh tiga sifat alam tersebut tidak dapat mengerti bahwa Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, melampaui alam material ini. Setiap makhluk hidup di bawah pengaruh alam material memiliki jenis badan tertentu dan jenis kegiatan jiwa dan raga menurut jenis badan itu. Ada empat golongan manusia yang bekerja di dalam tiga sifat alam material. Orang yang berada dalam sifat kebaikan sepenuhnya disebut brahmana. Orang yang berada sepenuhnya dalam sifat nafsu disebut ksatriya. Orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan disebut vaisya. Orang yang berada dalam sifat kebodohan sepenuhnya disebut sudra. Makhluk yang lebih rendah daripada itu adalah binatang atau kehidupan mereka seperti binatang. Akan tetapi, julukan tersebut tidak kekal. Kita dapat menjadi brahmana, ksatriya, vaisya atau apapun—dalam keadaan manapun, kehidupan ini bersifat sementara. Tetapi walaupun kehidupan ini bersifat sementara dan kita belum mengetahui bagaimana nasib kita pada penjelmaan yang akan datang, kita dipesona oleh tenaga yang mengkhayalkan hingga memandang diri kita berdasarkan paham hidup jasmani. Karena itu, kita menganggap diri kita orang Amerika, orang India, orang Rusia, brahmana, penganut agama ini ataupun agama itu dan sebagainya. Kalau kita menjadi terikat dengan sifat-sifat material, kita lupa kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang melatarbelakangi segala sifat tersebut. Jadi, Sri Krishna menyatakan bahwa makhluk hidup yang dikhayalkan oleh tiga sifat alam tidak mengerti bahwa di belakang latarbelakang material ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

Ada banyak jenis makhluk hidup—manusia, dewa, binatang, dan lain-lain. Tiap-tiap jenis kehidupan berada di bawah pengaruh alam material, dan semuanya sudah melupakan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang melampaui alam material. Orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan, dan juga orang yang berada dalam sifat kebaikan, tidak dapat melampaui paham Brahman yang tidak berbentuk pribadi tentang Kebenaran Mutlak. Mereka dibingungkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam aspek pribadi-Nya, yang memiliki segala ketampanan, kekayaan, pengetahuan, kekuatan, kemasyhuran dan ketidakterikatan. Kalau orang yang berada dalam sifat kebaikan tidak dapat mengerti, apa yang dapat diharapkan bagi mereka yang berada dalam nafsu dan kebodohan Kesadaran Krishna melampaui ketiga sifat alam material tersebut, dan orang yang benar-benar mantap dalam kesadaran Krishna sebenarnya sudah mencapai pembebasan.

7.14
daivi hy esa guna-mayi
mama maya duratyaya
mam eva ye prapadyante
mayam etam´ taranti te

daivi—rohani; hi—pasti; esa—ini; guna-mayi—terdiri dari tiga sifat alam material; mama—milik-Ku; maya—tenaga; duratyaya—sulit sekali diatasi; mam—kepada-Ku; eva—pasti; ye—orang yang; prapadyante—menyerahkan diri; mayam etam—tenaga ini yang mengkhayalkan; taranti—mengatasi; te—mereka.

Terjemahan
Tenaga rohani-Ku, terdiri dari tiga sifat alam material, sulit diatasi. Tetapi orang yang sudah menyerahkan diri kepada-Ku dengan mudah sekali dapat menyeberang melampaui tenaga itu.

Penjelasan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mempunyai tenaga-tenaga yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dan semua tenaga itu bersifat rohani. Para makhluk hidup, adalah bagian dari tenaga-tenaga Tuhan, dan karena itu mereka bersifat rohani. Walaupun demikian, oleh karena hubungan para makhluk hidup dengan tenaga material, kekuatan utamanya yang asli ditutupi. Kalau seseorang ditutupi oleh tenaga material seperti itu, ia tidak mungkin mengatasi pengaruhnya. Sebagaimana sudah dinyatakan sebelumnya, baik alam material maupun alam rohani yang berasal dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah kekal. Para makhluk hidup termasuk tenaga utama yang kekal dari Tuhan, tetapi oleh karena pengaruh tenaga yang rendah, yaitu alam material, khayalan mereka juga bersifat kekal. Karena itu, roh yang terikat disebut nityabaddha, atau terikat untuk selamanya. Tiada seorangpun yang dapat menentukan sejarah ia menjadi terikat pada tanggal tertentu dalam sejarah material. Sebagai akibatnya, walaupun alam material itu adalah tenaga yang rendah, pembebasan roh terikat dari cengkraman alam material sangat sulit sebab tenaga material pada hakekatnya dijalankan oleh kehendak Yang Mahakuasa, yang tidak dapat diatasi oleh makhluk hidup. Alam material yang rendah didefinisikan di sini sebagai alam rohani karena hubungannya bersifat rohani dan karena alam bergerak atas kehendak Yang Mahakuasa. Oleh karena alam material dijalankan atas kehendak Yang Mahakuasa, walaupun alam bersifat rendah, alam bertindak dengan begitu ajaib dalam menciptakan dan meleburkan manifestasi alam semesta. Kenyataan ini dibenarkan dalam Veda sebagai berikut: maya mrtu prakrtim vidyan mayinam tu mahesvaram. Walaupun maya (khayalan) adalah palsu dan sementara, latar belakang maya adalah ahli kebatinan yang paling utama, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bernama Mahesvara, atau Penguasa Yang Paling Utama.” (svetasvatara Upanisad 4.10)

Kata guna juga berarti tali; harus dimengerti bahwa roh yang terikat diikat ketat oleh tali-tali khayalan. Jika tangan dan kaki seseorang diikat, ia tidak dapat membebaskan diri—ia harus ditolong oleh orang yang tidak diikat. Oleh karena orang yang terikat tidak dapat membantu orang yang diikat, yang menyelamatkan haruslah orang yang sudah bebas. Karena itu, hanya Sri Krishna, atau utusan yang dapat dipercaya dari Krishna, yaitu guru kerohanian, dapat membebaskan roh yang terikat. Tanpa bantuan utama seperti itu, seseorang tidak dapat dibebaskan dari ikatan alam material. Bhakti atau kesadaran Krishna, dapat membantu seseorang untuk memperoleh pembebasan seperti itu. Oleh karena Krishna adalah penguasa tenaga yang mengkhayalkan, Beliau dapat menyuruh kepada tenaga yang tidak dapat diatasi tersebut agar roh yang terikat dibebaskan. Krishna memerintahkan pembebasan tersebut atas karunia-Nya yang tiada sebabnya terhadap roh yang sudah menyerahkan diri dan atas kasih sayang Beliau sebagai ayah terhadap makhluk hidup, yang semula menjadi anak kesayangan-Nya. Karena itu, menyerahkan diri kepada kakipadma Tuhan adalah satu-satunya cara untuk dibebaskan dari cengkraman alam material yang keras. Kata-kata mam eva juga bermakna. Mam di sini berarti kepada Krishna (Visnu), bukan Brahma atau Siva. Walaupun kedudukan Brahma dan Siva tinggi sekali dan hampir sejajar dengan Visnu, namun sebagai penjelmaan-penjelmaan rajo-guna (nafsu) dan tamo-guna (kebodohan), mereka tidak dapat membebaskan roh yang terikat dari cengkraman maya. Brahma dan Siva juga kadang-kadang dipengaruhi oleh maya. Hanya Visnu yang menguasai maya. Karena itu, hanya Visnu yang dapat menganugerahkan pembebasan kepada roh yang terikat. Dalam Veda (svetasvatara Upanisad 3.8) kenyataan ini dibenarkan dengan kata-kata tvam eva viditva, atau Pembebasan hanya dimungkinkan dengan cara mengerti tentang Krishna.” Dewa Siva membenarkan bahwa pembebasan dapat dicapai hanya atas karunia Visnu. Dewa Siva bersabda, mukti pradata sarvesam Visnur eva na sam´sayah. Tidak dapat diragu-ragukan bahwa Visnulah yang menganugerahkan pembebasan kepada semua orang.”

7.15
na mam´ duskrtino mudhah
prapadyante naradhamah
mayayapahrta-jñana
asuram´ bhavam asritah

na—tidak; mam—kepada-Ku; duskrtinah—orang jahat; mudhah—bodoh; prapadyante—menyerahkan diri; nara-adhamah—manusia yang paling rendah; mayaya—oleh tenaga yang mengkhayalkan; apahrta—dicuri; jñanah—pengetahuan; asuram—jahat; bhavam—sifat; asritah—menerima.

Terjemahan

Orang jahat yang bodoh secara kasar, manusia yang paling rendah, yang kehilangan pengetahuannya akibat khayalan, dan yang ikut dalam sifat orang jahat yang tidak percaya kepada Tuhan tidak menyerahkan diri kepada-Ku.

Penjelasan Dalam Bhagavad-gita dinyatakan seseorang dapat mengatasi hukum-hukum alam material yang keras hanya dengan menyerahkan Diri-Nya kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang timbullah pertanyaan: Mengapa filosof-filosof yang terdidik, ahliahli ilmu pengetahuan, pengusaha, administrator dan semua pemimpin manusia biasa tidak menyerahkan diri kepada kakipadma Sri Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan Mahaperkasa Mukti, atau pembebasan dari hukum-hukum alam material dicari oleh para pemimpin manusia dengan berbagai cara serta rencana-rencana besar dan ketekunan selama bertahun-tahun dan selama banyak penjelmaan. Tetapi kalau pembebasan itu dimungkinkan hanya dengan menyerahkan diri kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, mengapa pemimpin-pemimpin yang cerdas dan bekerja keras seperti itu tidak mengikuti cara yang sederhana tersebut Pertanyaan ini dijawab secara gamblang dalam Bhagavad-gita. Pemimpin-pemimpin masyarakat yang sungguh-sungguh bijaksana seperti Brahma, Siva, Kapila, para -Kumara, Manu, Vyasa, Devala, Asita, Janaka, Prahlada, Bali, kemudian Madhvacarya, Ramanujacarya, Sri Caitanya dan banyak lagi yang lainnya adalah filosof-filosof, tokoh-tokoh politik, pendidik, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya, yang setia—menyerahkan diri kepada kakipadma Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama, Penguasa Yang Mahakuasa. Orang yang sebenarnya bukan filosof, ahli ilmu pengetahuan, pendidik, administrator, dan sebagainya, tetapi hanya menyamar seperti itu demi keuntungan material, tidak mengakui rencana maupun jalan Tuhan Yang Maha Esa. Mereka tidak mengerti tentang Tuhan sama sekali; mereka semata-mata membuat rencana-rencana duniawi sendiri, dan sebagai akibatnya merumitkan masalah-masalah kehidupan material dalam usaha-usahanya yang sia-sia untuk memecahkan masalah-masalah itu. Tenaga material (alam) sangat perkasa sehingga dapat menahan rencana-rencana yang tidak dibenarkan yang dibuat oleh orang yang tidak percaya kepada Tuhan, dan juga menggagalkan pengetahuan dari komisi-komisi perencanaan.” Para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan diuraikan di sini dengan kata duskrtinah, yang berarti orang jahat.” Krti berarti orang yang sudah melakukan pekerjaan yang terpuji. Para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan juga kadang-kadang sangat cerdas dan terpuji, sebab rencana besar manapun, baik maupun buruk, memerlukan kecerdasan untuk pelaksanaannya. Tetapi oleh karena otak orang yang tidak percaya kepada Tuhan disalahgunakan untuk melawan rencana Tuhan Yang Maha Esa, para perencana yang tidak percaya kepada Tuhan disebut duskrti, yang berarti kecerdasan dan usaha-usahanya diarahkan ke tujuan yang salah.

Dalam Bhagavad-gita disebutkan dengan jelas bahwa tenaga material bekerja sepenuhnya di bawah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Alam tidak mempunyai kekuasaan tersendiri. Alam bekerja seperti bayangan, menurut gerak suatu benda. Tetapi tenaga material tetap sangat perkasa, sehingga orang yang tidak percaya kepada Tuhan tidak dapat mengetahui bagaimana cara tenaga material bekerja. Dia juga tidak dapat mengetahui rencana Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak percaya kepada Tuhan berada dalam khayalan dan dipengaruhi oleh sifat-sifat nafsu dan kebodohan, sehingga semua rencana-rencananya digagalkan, seperti yang terjadi terhadap Hiranyakasipu dan Ravana. Rencana-rencana kedua raksasa itu digagalkan walaupun kedua-duanya sangat ahli secara material sebagai ahli-ahli ilmu pengetahuan, filosof, administrator dan ahli pendidikan. Para duskrtina,atau orang jahat, seperti itu digolongkan menurut empat pola, sebagaimana diuraikan di bawah ini.

  1. Para muda adalah orang bodoh secara kasar, seperti hewan yang bekerja keras untuk memikul beban. Mereka ingin menikmati hasil pekerjaannya untuk diri sendiri. Karena itu, mereka tidak mau menyerahkan hasil pekerjaannya untuk Yang Mahakuasa. Contoh hewan yang memikul beban ialah keledai. Hewan yang rendah ini dipaksakan bekerja dengan keras sekali oleh tuannya. Keledai sebenarnya tidak mengetahui untuk siapa ia bekerja dengan begitu keras siang dan malam hari. Dia tetap puas mengisi perutnya dengan seikat rumput, tidur sebentar sambil merasa takut bahwa ia akan dipukul oleh tuannya, dan memuaskan hawa nafsunya dengan resiko bahwa badannya ditendang berulangkali oleh keledai betina. Keledai menyanyikan sanjak dan kadang-kadang filsafat, tetapi suara itu hanya mengganggu orang lain. Inilah kedudukan orang bodoh yang bekerja dengan tujuan mendapat hasil untuk dinikmati tetapi tidak mengetahui untuk siapa ia harus bekerja. Ia tidak mengetahui bahwa karma(perbuatan) dimaksudkan untuk yajña (korban suci).
    Seringkali orang yang bekerja keras siang dan malam untuk membereskan beban tugas-tugas yang diciptakan oleh Diri-Nya sendiri mengatakan bahwa mereka tidak punya waktu untuk mendengar tentang kekekalan makhluk hidup. Keuntungan material, yang dapat dimusnahkan, adalah segala-galanya dalam kehidupan para muda—walaupun kenyataannya para muda itu hanya menikmati sebagian kecil dari hasil pekerjaannya. Kadang-kadang mereka begadang selama berhari-hari untuk mencari keuntungan atau hasil, dan walaupun kadang-kadang mereka sakit maag atau tidak dapat mencerna makanan, mereka puas dengan hampir tidak makan sama sekali. Mereka hanya sibuk bekerja keras siang dan malam demi keuntungan majikan-majikan yang bersifat khayalan. Mereka tidak mengetahui tentang atasannya yang sejati; karena itu, mereka bekerja untuk memboroskan waktunya yang sangat berharga dalam melayani dewa kekayaan. Sayang sekali, mereka tidak pernah menyerahkan diri kepada atasan segala atasan. Mereka juga tidak mengambil waktu untuk mendengar tentang Beliau dari sumber-sumber yang benar. Babi yang memakan kotoran tidak suka menerima manisan terbuat dari gula dan mentega. Begitu pula, pekerja yang bodoh tidak pernah bosan terus-menerus mendengar berita yang dapat dinikmati oleh indera-indera tentang dunia material yang berkedip-kedip, namun sedikit sekali waktunya untuk mendengar tentang daya hidup yang kekal yang menggerakkan dunia material.
  2. Golongan duskrti, atau orang jahat, yang lain disebut nara-adhama, atau manusia yang paling rendah. Nara berarti manusia, dan adhama berarti paling rendah. Dari 8.400.000 jenis kehidupan, ada 400.000 jenis manusia. Di antara 400.000 jenis manusia, banyak jenis kehidupan manusia yang lebih rendah dan kebanyakan tidak beradab. Manusia beradab ialah manusia yang memiliki prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan masyarakat, politik dan keagamaan. Orang yang sudah berkembang di bidang sosial dan politik tetapi tidak mempunyai prinsip-prinsip keagamaan harus dianggap nara-adhama. Agama tanpa Tuhan juga bukan agama, sebab tujuan mengikuti prinsip-prinsip keagamaan ialah untuk mengenal Kebenaran Yang Paling Utama dan hubungan antara manusia dan Tuhan. Dalam Bhagavad-gita, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menyatakan dengan jelas bahwa tiada kekuasaan yang lebih tinggi dari Diri-Nya dan bahwa Beliau adalah Kebenaran Yang Paling Utama. Bentuk kehidupan manusia beradab dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kesadaran Krishna yang telah hilang dari hati manusia terhadap hubungannya yang kekal dengan Kebenaran Yang Paling Tinggi, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, yang Mahaperkasa. Siapapun yang kehilangan kesempatan tersebut digolongkan sebagai nara-adhama. Kita mendapat keterangan dari Kitab-kitab Suci bahwa bila bayi berada di dalam kandungan ibunya (suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan), ia berdoa kepada Tuhan supaya Diri-Nya diselamatkan dan ia berjanji bahwa begitu ia keluar dari kandungan dia hanya akan menyembah Tuhan saja. Berdoa kepada Tuhan bila menghadapi kesulitan adalah perasaan yang wajar di dalam hati setiap makhluk hidup, sebab makhluk hidup mempunyai hubungan yang kekal dengan Tuhan. Tetapi sesudah ia diselamatkan, si anak lupa akan kesulitan kelahirannya, dan ia juga melupakan Beliau yang menyelamatkannya, karena ia dipengaruhi oleh maya, tenaga yang mengkhayalkan. Kewajiban orang tua anak-anak ialah menghidupkan kembali kesadaran rohani yang ada di dalam hati anak-anak itu. Sepuluh proses upacara penyucian diri, sebagaimana tercantum dalam Manusmrti, pedoman untuk prinsip-prinsip dharma, dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam sistem varnasrama. Akan tetapi, tidak ada proses yang diikuti secara tegas di manapun di dunia sekarang. Karena itu, 99,9 persen penduduk dunia adalah nara-adhama. Apabila seluruh penduduk menjadi nara-adhama, sewajarnya apa yang hanya namanya saja pendidikan mereka semua dijadikan kosong dan tidak berarti karena pengaruh tenaga alam material yang Mahaperkasa. Menurut standar Bhagavad-gita, orang bijaksana adalah orang yang melihat seorang brahmana yang bijaksana, seekor anjing, seekor sapi, seekor gajah dan orang yang makan anjing pada tingkat yang sama. Itulah penglihatan penyembah yang sejati. Sri Nityananda Prabhu, penjelmaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai guru kerohanian, menyelamatkan dua orang nara-adhama biasa, yaitu dua saudara yang bernama Jagai dan Madhai, dan memperlihatkan bagaimana karunia seorang penyembah yang sejati dianugerahkan kepada manusia yang paling rendah. Jadi, seorang nara-adhama yang sudah dikutuk oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat menghidupkan kembali kesadaran rohaninya hanya atas karunia seorang penyembah.

    Dalam menyebarkan bhagavatadharma, atau kegiatan para penyembah, Sri Caitanya Mahaprabhu menganjurkan supaya orang mendengar amanat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk hati. Hakekat amanat tersebut ialah Bhagavad-gita. Manusia yang paling rendah sekalipun dapat diselamatkan hanya dengan proses mendengar dengan tunduk hati seperti ini. Tetapi sayang sekali mereka menolak mendengar amanat-amanat tersebut, apalagi menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa Para nara-adhama, atau manusia yang paling rendah, sepenuhnya mengalpakan kewajiban manusia yang paling utama.

  3. Golongan duskrti berikutnya disebut mayaya pah‚tajñanah. Pengetahuan kesarjanaan orang-orang seperti itu sudah dibatalkan oleh pengaruh tenaga material yang mengkhayalkan. Mereka kebanyakan orang yang berpengetahuan tinggi—filosof-filosof yang besar, penyair, sasterawan, ahli ilmu pengetahuan, dan sebagainya—tetapi tenaga yang mengkhayalkan menyesatkan mereka, sehingga mereka tidak mematuhi perintah-perintah Tuhan Yang Maha Esa. Jumlah mayaya pah‚tajñanah besar sekali saat ini, bahkan di kalangan sarjana-sarjana Bhagavad-gita sekalipun. Dalam Bhagavad-gita, dinyatakan dalam bahasa polos dan sederhana bahwa Sri Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tiada orang yang sejajar atau lebih tinggi daripada Krishna. Krishna disebut sebagai ayah Brahma, ayah pertama semua manusia. Sebenarnya, dikatakan bahwa Krishna tidak hanya ayah Brahma, tetapi juga ayah bagi segala jenis kehidupan. Krishna adalah akar Brahman yang tidak bersifat pribadi. Paramatma, Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk hidup, adalah bagian yang berkuasa penuh dari Krishna. Krishna adalah sumber segala sesuatu, dan dianjurkan supaya semua orang menyerahkan diri kepada kakipadma Beliau. Walaupun segala pernyataan tersebut cukup jelas, para mayaya pahrtajñanah mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menganggap Beliau hanya manusia biasa. Mereka tidak mengetahui bahwa bentuk kehidupan manusia yang suci dibuat seperti ciri Tuhan Yang Maha Esa yang kekal dan rohani.

    Semua penafsiran yang tidak dibenarkan tentang Bhagavad-gita yang di buat oleh golongan mayaya pah‚tajñanah di luar sistem parampara adalah batu-batu rintangan yang besar di jalan menuju pengertian rohani. Para penyusun penafsiran yang dikhayalkan tidak menyerahkan diri kepada kaki padma Sri Krishna, atau mengajar orang lain untuk mengikuti prinsip ini.

  4. Golongan duskrti yang terakhir disebut asuram bhavam asritah atau orang yang mempunyai prinsip-prinsip yang jahat. Golongan ini secara terang-terangan tidak percaya kepada Tuhan. Beberapa di antaranya mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah dapat turun di dunia material ini, tetapi mereka tidak dapat memberi alasan yang masuk akal mengapa Beliau tidak dapat berbuat seperti itu. Ada orang lain yang mengatakan bahwa Krishna di bawah aspek yang tidak bersifat pribadi, walaupun dalam Bhagavad-gita dinyatakan bahwa aspek yang tidak bersifat pribadi di bawah Beliau (Bg. 14.27). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan iri hati kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mereka mengemukakan banyak penjelmaan yang tidak dibenarkan buatan pabrik pikirannya sendiri. Prinsip kehidupan orang seperti itu adalah untuk mengejek Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan mereka tidak dapat menyerahkan diri kepada kakipadma Sri Krishna. Sri Yamunacarya Albandaru yang berasal dari India Selatan berkata, O Tuhan Yang hamba cintai! Anda tidak dapat dikenal oleh orang yang terlibat dengan prinsip-prinsip yang tidak percaya kepada Tuhan, walaupun Anda memiliki sifat-sifat, ciri-ciri dan kegiatan luar biasa, kepribadian Anda dibenarkan oleh semua Kitab Suci sebagai sifat kebaikan, dan Anda diakui oleh penguasa-penguasa yang terkenal karena pengetahuannya yang sangat mendalam di bidang ilmu pengetahuan rohani dan mantap dalam sifat-sifat suci.”

    Karena itu,

    1. orang yang bodoh secara kasar,
    2. manusia yang paling rendah,
    3. orang yang dikhayalkan berangan-angan,
    4. orang yang mengaku tidak percaya kepada Tuhan, sebagaimana disebut di atas, tidak pernah menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa walaupun mereka sudah diberi segala nasehat dari Kitab Suci yang dapat dipercaya.

7.16
catur-vidha bhajante mam´
janah sukrtino ‘rjuna
arto jijñasur artharthi
jñani ca Bharata rsabha

catuh-vidhah—empat jenis; bhajante—mengabdikan diri; mam—kepada-Ku; janah—orang; su-krtinah—orang saleh; Arjuna—wahai Arjuna; artah—orang yang berdukacita; jijñasuh—orang yang ingin tahu; artha-arthi—orang yang menginginkan keuntungan material; jñani—orang yang mengetahui tentang hal-hal dengan sebenarnya; ca—juga; bharata-rsabha—wahai Kepribadian Yang Mulia di kalangan keturunan keluarga Bharata.

Terjemahan
O yang paling baik di antara para Bharata, empat jenis orang saleh mulai berbhakti kepada-Ku—orang yang berdukacita, orang yang menginginkan kekayaan, orang yang ingin tahu, dan orang yang mencari pengetahuan tentang Yang Mutlak.

Penjelasan
Jenis-jenis orang yang diuraikan dalam ayat ini bukan orang jahat. Mereka mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur dari Kitab-kitab Suci. Mereka disebut sukrtinah, atau orang yang mematuhi aturan dan peraturan Kitab Suci, hukum moral dan hukum masyarakat, dan mereka kurang lebih setia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di kalangan para sukrtinah ada empat golongan—yaitu orang yang kadang-kadang berdukacita, orang yang membutuhkan uang, orang yang kadang-kadang ingin tahu, dan orang yang kadang-kadang mencari pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak. Empat jenis orang tersebut mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti dalam berbagai keadaan. Mereka belum menjadi penyembah yang murni, sebab mereka mempunyai cita-cita yang harus dipenuhi sebagai balasan bhakti. Bhakti yang murni bebas dari cita-cita dan bebas dari keinginan untuk men dapat keuntungan material. Dalam Bhakti-rasamrta-sindhu (1.1.11), bhakti yang murni diuraikan sebagai berikut:

anyabhilasita-sunyam´
jñana-karmady-anavrtam
anukulyena krsnanu-
silanam´ bhaktir uttama
[Madhya 19.167]

Orang harus melakukan cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa Krishna dengan cara yang menguntungkan dan bebas dari keinginan untuk laba material melalui kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau angan-angan filsafat. Itulah yang disebut bhakti yang murni.” Bilamana empat jenis orang tersebut mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti dan disucikan sepenuhnya melalui pergaulan dengan seorang penyembah yang murni, merekapun menjadi penyembah yang murni. Bhakti itu sulit sekali bagi orang jahat, sebab kehidupan mereka mementingkan diri sendiri, tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan-tujuan rohani. Tetapi bila beberapa di antaranya kebetulan berhubungan dengan seorang penyembah yang murni, merekapun menjadi penyembah yang murni.

Orang yang selalu sibuk dengan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil mendekati Tuhan dalam dukacita material. Pada waktu itu mereka bergaul dengan para penyembah yang murni. Dalam dukacitanya, mereka menjadi penyembah Tuhan. Orang yang hanya frustrasi juga kadang-kadang datang dan bergaul dengan para penyembah yang murni sehingga mereka ingin tahu tentang Tuhan. Begitu pula, apabila para filosof yang hambar merasa frustrasi pada setiap bidang pengetahuan, kadang-kadang mereka ingin belajar tentang Tuhan, dan mereka mendekati Tuhan Yang Maha Esa untuk berbhakti. Dengan demikian, mereka melampaui pengetahuan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan Paramatma yang berada di tempat-tempat khusus sehingga mendekati paham pribadi tentang Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atau penyembah-Nya yang murni. Secara keseluruhan, bila orang yang berdukacita, orang yang ingin tahu, orang yang mencari pengetahuan, dan orang yang membutuhkan uang dibebaskan dari segala keinginan material, dan bila mereka mengerti sepenuhnya bahwa tidak ada hubungan antara keuntungan material dan perbaikan di bidang kerohanian, mereka menjadi penyembah-penyembah yang murni. Selama tingkat murni belum tercapai, penyembah-penyembah dalam pengabdian rohani kepada Tuhan masih dicemari oleh kegiatan yang membuahkan hasil, usaha mencari pengetahuan duniawi, dan sebagainya. Jadi, seseorang harus melampaui segala hal tersebut sebelum ia dapat mencapai tingkat bhakti yang murni.

7.17
tesam´ jñani nitya-yukta
eka-bhaktir visisyate
priyo hi jñanino ‘tyartham
aham´ sa ca mama priyah

tesam—di antara mereka; jñani—orang yang memiliki pengetahuan yang lengkap; nitya-yuktah—selalu tekun; eka—hanya; bhaktih—dalam bhakti; visisyate—adalah istimewa; priyah—sangat dicintai; hi—pasti; jñaninah—kepada orang yang memiliki pengetahuan; atyartham—sangat; aham—Aku adalah; sah—dia; ca—juga; mama—kepada-Ku; priyah—tercinta.

Terjemahan
Di antara orang tersebut, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan selalu tekun dalam bhakti yang murni adalah yang paling baik. Sebab dia sangat mencintai-Ku dan Aku sangat mencintainya.

Penjelasan
Setelah dibebaskan dari segala pencemaran keinginan material, orang yang berdukacita, orang yang ingin tahu, orang yang kehabisan uang dan orang yang mencari pengetahuan yang paling utama semua dapat menjadi penyembah yang murni. Tetapi di antara mereka, orang yang memiliki pengetahuan tentang Kebenaran Mutlak dan bebas dari segala keinginan material menjadi penyembah Tuhan yang sungguh-sungguh murni. Di antara empat golongan, seorang penyembah yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan pada waktu yang sama tekun dalam bhakti adalah yang paling baik, menurut sabda Krishna. Dengan mencari pengetahuan, seseorang menginsafi bahwa Diri-Nya berbeda dari badan jasmaninya, dan bila ia sudah maju lebih lanjut, ia mencapai pengetahuan tentang Brahman yang tidak bersifat pribadi dan Paramatma. Bila seseorang disucikan sepenuhnya, ia menginsafi bahwa kedudukan dasarnya sebagai hamba Tuhan yang kekal. Melalui pergaulan dengan penyembah-penyembah murni, orang yang ingin tahu, orang yang berduka cita, orang yang mencari keuntungan material dan orang yang memiliki pengetahuan juga semua menjadi murni. Tetapi pada tahap persiapan, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang Tuhan Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama melaksanakan bhakti sangat dicintai oleh Tuhan. Orang yang mantap dalam pengetahuan murni tentang sifat rohani Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dilindungi dalam bhakti sehingga pengaruh material tidak dapat menyentuh Diri-Nya.

7.18
udarah sarva evaite
jñani tv atmaiva me matam
asthitah sa hi yuktatma
mam evanuttamam´ gatim

udarah—murah hati; sarve—semua; eva—pasti; ete—ini; jñani—orang yang memiliki pengetahuan; tu—tetapi; atma eva—seperti Diri-Ku; me—milik -Ku; matam—pendapat; asthitah—mantap; sah—dia; hi—pasti; yukta-atma—tekun dalam bhakti; mam—dalam Diri-Ku; eva—pasti; anuttamam—tertinggi; gatim—tujuan.

Terjemahan
Semua penyembah tersebut tentu saja roh yang murah hati, tetapi orang yang mantap dalam pengetahuan tentang-Ku Aku anggap seperti Diri-Ku Sendiri. Oleh karena dia tekun dalam bhakti rohani kepada-Ku, dia pasti mencapai kepada-Ku, tujuan tertinggi yang paling sempurna.

Penjelasan
Tidak dimaksud bahwa penyembah-penyembah yang memiliki pengetahuan yang kurang lengkap tidak dicintai oleh Tuhan. Krishna menyatakan bahwa semuanya murah hati, sebab siapapun yang mendekati Tuhan dengan tujuan apapun disebut seorang mahatma, atau roh yang mulia. Penyembah-penyembah yang ingin mendapat suatu keuntungan dari bhakti diterima oleh Krishna, sebab ada balasan cinta-bhakti. Karena kasih sayang mereka meminta suatu keuntungan material dari Tuhan, dan bila mereka dipuaskan dengan cara seperti itu mereka juga maju dalam bhakti. Tetapi seorang penyembah yang memiliki pengetahuan yang lengkap sangat dicintai oleh Krishna, sebab satu-satunya tujuannya ialah mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cinta-bhakti. Seorang penyembah seperti itu tidak dapat hidup selama sedetikpun tanpa mengadakan hubungan atau mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula, Tuhan Yang Maha Esa sangat mencintai penyembah-Nya dan tidak dapat dipisahkan dari penyembah itu.

Dalam Srimad-Bhagavatam (9.4.68), Krishna bersabda: sadhavo hrdayam´ mahyam´ sadhunam´ hrdayam´ tv aham mad-anyat te na jananti

naham´ tebhyo manag api

Para penyembah selalu di dalam hati-Ku, dan Aku selalu di dalam hati para penyembah. Seorang penyembah tidak mengetahui sesuatupun di luar Diri -Ku. Akupun tidak dapat melupakan penyembah. Ada hubungan yang akrab sekali antara Aku dan para penyembah yang murni. Para penyembah murni yang memiliki pengetahuan lengkap tidak pernah lepas dari hubungan rohani, dan karena itu, Aku sangat mencintai mereka.”

7.19
bahunam´ janmanam ante
jñanavan mam´ prapadyate
vasudevah sarvam iti
sa mahatma su-durlabhah

bahunam—banyak; janmanam—dilahirkan dan meninggal berulangkali; ante—sesudah; jñana-van—orang yang memiliki pengetahuan yang lengkap; mam—kepada-Ku; prapadyate—menyerahkan diri; vasudevah—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna; sarvam—segala sesuatu; iti—demikian; sah—itu; maha-atma—roh yang mulia; sudurlabhah—jarang sekali dilihat.

Terjemahan
Sesudah dilahirkan dan meninggal berulangkali, orang yang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku, dengan mengenal-Ku sebagai sebab segala sebab dan sebab segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.

Penjelasan
Selama makhluk hidup melaksanakan bhakti atau ritual-ritual rohani yang melampaui hal-hal duniawi sesudah dilahirkan berulangkali, mungkin ia sungguh-sungguh mantap dalam pengetahuan rohani yang murni bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah tujuan utama keinsafan rohani. Pada awal keinsafan rohani, selama seseorang sedang berusaha melepaskan ikatannya terhadap keduniawian, ada kecenderungan kepada filsafat yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan. Tetapi kalau seseorang sudah maju lebih lanjut, dia dapat mengerti bahwa ada kegiatan dalam kehidupan rohani dan bahwa kegiatan itu merupakan bhakti. Setelah menginsafi kenyataan ini, dia terikat pada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menyerahkan diri pada Beliau. Pada waktu itu, seseorang dapat mengerti bahwa karunia Sri Krishna adalah segala sesuatu, bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah sebab segala sebab dan bahwa manifestasi material ini tidak lepas dari hubungan dengan Beliau. Dia menginsafi bahwa dunia material adalah bayangan yang terputar balik dari keanekawarnaan rohani dan bahwa ada hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna di dalam segala sesuatu. Jadi, dia memikirkan segala sesuatu berhubungan dengan Vasudeva, atau Sri Krishna. Penglihatan semesta seperti itu tentang Vasudeva menyebabkan seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna sebagai tujuan tertinggi. Roh-roh yang mulia yang sudah menyerahkan diri seperti itu jarang sekali ditemukan.

Ayat ini dijelaskan dengan baik sekali dalam Bab Tiga (ayat 14 dan 15) dari svetasvatara Upanisad:
sahasra-sirsa purusah
sahasraksah sahasra-pat
sa bhumim´ visvato vrtva-
tyatisthad dasangulam

purusa evedam´ sarvam´
yad bhutam´ yac ca bhavyam
utamrtatvasyesano
yad annenatirohati

Dalam Chandogya Upanisad (5.1.15) dinyatakan, na vai vaco na caksumsi na srotrani na manamsity acaksate prana iti evacaksate prano hy evaitani sarvani bhavanti: Di dalam badan makhluk hidup, unsur yang paling penting bukan daya bicara, daya melihat, daya mendengar, maupun daya berpikir; yang paling penting ialah nyawa, pusat segala kegiatan.” Begitu pula, Sri Vasudeva, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, adalah Kepribadian Yang Paling Utama di dalam segala sesuatu. Di dalam badan ini ada daya bicara, melihat, mendengar, kegiatan pikiran, dan sebagainya. Tetapi segala unsur itu tidak penting bila tidak ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Vasudeva berada di mana-mana dan segala sesuatu adalah Vasudeva, seorang penyembah menyerahkan diri dalam pengetahuan yang lengkap (lihat Bhagavad-gita 7.17. dan 11.40).

7.20
kamais tais tair hrta-jñanah
prapadyante ‘nya-devatah
tam´ tam´ niyamam asthaya
prakrtya niyatah svaya

kamaih—oleh keinginan; taih taih—berbagai; hrta—kehilangan; jñanah—pengetahuan; prapadyante—menyerahkan diri; anya—kepada yang lain; devatah—para dewa; tam tam—cocok; niyamam—peraturan; asthaya—mengikuti; prakrtya—oleh sifat; niyatah—dikendalikan; svaya—oleh yang dimiliki sendiri.

Terjemahan
Orang yang kecerdasannya sudah dicuri oleh keinginan duniawi menyerahkan diri kepada para dewa dan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang tertentu menurut sifatnya masing-masing.

Penjelasan
Orang yang bebas dari pengaruh material menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti kepada Beliau. Selama pengaruh material belum disucikan sepenuhnya, menurut sifatnya mereka bukan penyembah. Tetapi orang yang mempunyai keinginan material dan mendekati Tuhan Yang Maha Esa tidak begitu tertarik kepada alam lahiriah; oleh karena mereka mendekati tujuan yang benar, dalam waktu yang singkat mereka dibebaskan dari segala nafsu material. Dalam Srimad-Bhagavatam dianjurkan bahwa baik seseorang menjadi penyembah murni yang bebas dari segala keinginan material, penuh segala keinginan material, maupun menginginkan pembebasan dari pengaruh material, hendaknya dalam segala hal dia menyerahkan diri kepada Vasudeva dan menyembah Beliau. Sebagaimana dinyatakan dalam

Bhagavatam (2.3.10):
akamah sarva-kamo va
moksa-kama udara-dhih
tivrena bhakti-yogena
yajeta purusam´ param

Orang yang kurang cerdas yang sudah kehilangan kecerdasan rohaninya menyerahkan diri kepada para dewa supaya keinginan duniawinya segera dipenuhi. Pada umumnya, orang seperti itu tidak mendekati Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab mereka berada dalam sifat-sifat alam yang lebih rendah (kebodohan dan nafsu). Karena itu mereka menyembah berbagai dewa. Mereka dipuaskan dengan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang. Para penyembah dewa didorong oleh keinginan-keinginan kecil dan tidak mengetahui bagaimana cara mencapai tujuan tertinggi, tetapi seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa tidak tersesat. Dalam Kitab-kitab Veda terdapat saran-saran untuk sembahyang kepada berbagai dewa untuk aneka tujuan (misalnya, dianjurkan supaya orang sakit menyembah matahari). Karena itu, orang yang bukan penyembah Tuhan menganggap bahwa para dewa lebih baik daripada Tuhan Yang Maha Esa untuk tujuan-tujuan tertentu. Tetapi seorang penyembah murni mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa Krishna adalah penguasa segala sesuatu. Dalam Caitanya-caritamrta (“di 5.142) dinyatakan, ekale Isvara krsna , ara saba bhrtya: Satu-satunya Penguasa ialah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, dan semua kepribadian lainnya adalah hamba-hamba. Karena itu seorang penyembah yang murni tidak pernah mendekati para dewa untuk memenuhi kebutuhan materialnya. Ia bergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah yang murni puas dengan apapun yang diberikan oleh Beliau.

7.21
yo yo yam´ yam´ tanum´ bhaktah
sraddhayarcitum icchati
tasya tasyacalam´ sraddham´
tam eva vidadhamy aham

yah yah—siapapun; yam yam—manapun; tanum—bentuk dewa; bhaktah—penyembah; sraddhaya—dengan kepercayaan; arcitum—untuk menyembah; icchati—menginginkan; tasya tasya—kepada dia; acalam—mantap; sraddham—kepercayaan; tam—itu; eva—pasti; vidadhami—memberikan; aham—Aku.

Terjemahan
Aku bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama. Begitu seseorang menyembah dewa tertentu, Aku menjadikan kepercayaannya mantap supaya ia dapat menyerahkan diri kepada dewa itu.

Penjelasan Tuhan Yang Maha Esa sudah memberi kebebasan kepada semua orang; karena itu, kalau seseorang ingin mendapat kenikmatan material dan sungguh-sungguh ingin mendapat fasilitas seperti itu dari dewa-dewa material, maka Tuhan Yang Maha Esa sebagai Roh Yang Utama dalam hati semua orang, mengerti keinginan itu dan memberi fasilitas kepada orang seperti itu. Sebagai Ayah Yang Paling Utama bagi semua makhluk hidup, Beliau tidak campur tangan dengan kebebasan mereka, tetapi Beliau memberi segala fasilitas supaya mereka dapat memenuhi keinginan duniawinya. Barangkali ada beberapa orang yang bertanya mengapa Tuhan Yang Mahaperkasa memberi fasilitas kepada para makhluk hidup untuk menikmati dunia material ini, dan dengan demikian membiarkan mereka jatuh kedalam perangkap tenaga yang mengkhayalkan. Jawabannya ialah bahwa kalau Tuhan Yang Maha Esa sebagai Roh Yang Utama tidak memberikan fasilitas seperti itu, maka kebebasan tidak ada artinya. Karena itu, Tuhan memberi kebebasan sepenuhnya kepada semua orang—apapun yang disukainya—tetapi ajaran Beliau yang tertinggi kita ketemukan dalam Bhagavad-gita: Hendaknya orang meninggalkan segala kebutuhan lainnya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang akan membahagiakan manusia.

Makhluk hidup dan para dewa takluk kepada kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, makhluk hidup tidak dapat menyembah para dewa atas kehendaknya sendiri, dan dewa juga tidak dapat menganugerahkan berkat apapun tanpa kehendak Yang Mahakuasa. Sebagaimana dinyatakan, tiada sehelai rumput pun yang bergerak tanpa kehendak Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya, orang yang berduka cita di dunia material mendekati para dewa, sebagaimana dianjurkan dalam Kitab-kitab Veda. Orang yang menginginkan sesuatu yang khusus dapat menyembah dewa tertentu. Misalnya, orang yang sakit dianjurkan agar menyembah dewa matahari, orang yang menginginkan pendidikan dapat menyembah dewi ilmu pengetahuan, yaitu Dewi Saraswati; dan orang yang ingin mendapatkan isteri cantik dapat menyembah Dewi Uma, isteri Dewa Siva. Ada usul-usul seperti ini dalam sastra (Kitab-kitab Veda) untuk berbagai jenis sembahyang kepada berbagai dewa. Oleh karena makhluk hidup tertentu ingin menikmati fasilitas material tertentu, Tuhan memberi semangat kepada makhluk hidup itu berupa keinginan kuat untuk mendapat berkat itu dari dewa tertentu. Dengan demikian, ia berhasil mendapat berkat itu. Sifat sikap sembahyang tertentu yang dimiliki makhluk hidup terhadap jenis dewa tertentu juga diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa tidak dapat menyemangatkan para makhluk hidup dengan kecenderungan seperti itu. Tetapi oleh karena Krishna adalah Tuhan Yang maha Esa, atau Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup, Beliau memberi dorongan kepada manusia untuk menyembah dewa-dewa tertentu. Sebenarnya para dewa adalah berbagai anggota badan semesta Tuhan Yang Maha Esa; karena itu, mereka tidak mempunyai kebebasan. Dalam Kitab-kitab Veda dinyatakan: Tuhan Yang Maha Esa juga bersemayam di dalam hati dewa sebagai Roh Yang Utama. Karena itu, Beliau mengatur untuk memenuhi keinginan makhluk hidup melalui dewa. Tetapi dewa dan makhluk hidup bergantung pada kehendak Yang Mahakuasa. Mereka tidak bebas.”

7.22
sa taya sraddhaya yuktas
tasyaradhanam ihate
labhate ca tatah kaman
maya iva vihitan hi tan

sah—dia; taya—dengan itu; sraddhaya—semangat; yuktah—diberikan; tasya—dari dewa itu; aradhanam—untuk sembahyang; ihate—ia bercita-cita; labhate—memperoleh; ca—dan; tatah—dari itu; kaman—keinginannya; maya—oleh-Ku; eva—sendiri; vihitan—diatur; hi—pasti; tan—yang itu.

Terjemahan
Setelah diberi kepercayaan seperti itu, dia berusaha menyembah dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi sebenarnya hanya Aku Sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat itu.

Penjelasan
Para dewa tidak dapat menganugerahkan berkat-berkat kepada para penyembahnya tanpa izin dari Tuhan Yang Maha Esa. Barangkali makhluk hidup lupa bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, tetapi para dewa tidak lupa. Jadi, sembahyang kepada para dewa dan tercapainya hasil yang diinginkan tidak disebabkan oleh para dewa, melainkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur hal itu. Makhluk hidup yang kurang cerdas tidak mengetahui tentang hal ini. Oleh karena itu secara bodoh ia mendekati dewa-dewa untuk mendapat berkat tertentu. Bila penyembah yang murni memerlukan sesuatu, ia hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi mencari keuntungan material bukanlah tanda penyembah yang murni. Makhluk hidup biasanya mendekati para dewa karena ia gila untuk memenuhi nafsunya. Ini terjadi bila dia menginginkan sesuatu yang tidak pantas dan Tuhan Sendiri tidak memenuhi keinginan itu. Dalam Caitanya-caritamrta dikatakan bahwa orang yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama menginginkan kenikmatan material mengalami pertentangan dalam keinginannya. Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sembahyang kepada dewa tidak mungkin pada tingkat yang sama, sebab sembahyang kepada dewa bersifat material, sedangkan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa bersifat rohani sepenuhnya. Keinginan material adalah rintangan bagi makhluk hidup yang ingin kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu seorang penyembah Tuhan yang murni tidak dianugerahkan berkat-berkat material yang diinginkan oleh makhluk-makhluk yang kurang cerdas. Karena itulah makhluk hidup yang menginginkan berkat-berkat material lebih suka menyembah dewa-dewa didunia material daripada menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7.23
antavat tu phalam´ tesam´
tad bhavaty alpa-medhasam
devan deva-yajo yanti
mad-bhakta yanti mam api

anta-vat—dapat dimusnahkan; tu—tetapi; phalam—hasil; tesam—milik mereka; tat—itu; bhavati—menjadi; alpa-medhasam—orang yang kurang cerdas; devan—kepada para dewa; deva-yajah—penyembah para dewa; yanti—pergi; mat—milik-Ku; bhaktah—penyembah-penyembah; yanti—pergi; mam—kepada-Ku; api—juga.

Terjemahan
Orang yang kurang cerdas menyembah para dewa, dan hasilnya terbatas dan sementara. Orang yang menyembah para dewa pergi ke planet-planet dewa, tetapi para penyembah-Ku akhirnya mencapai planet-Ku yang paling tinggi.

Penjelasan Beberapa penyusun ulasan Bhagavad-gita menyatakan bahwa orang yang menyembah dewa dapat mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi di sini dinyatakan dengan jelas bahwa para penyembah dewa pergi ke berbagai susunan planet tempat tinggal berbagai dewa. Misalnya, seorang penyembah matahari mencapai matahari, atau penyembah dewa di bulan akan mencapai bulan. Begitu pula, kalau seseorang ingin menyembah dewa seperti Indra, ia mencapai planet yang dimiliki oleh dewa itu. Ada orang yang menganggap bahwa semua orang akan mencapai kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dengan menyembah dewa manapun, tetapi anggapan itu tidak benar. Dalam ayat ini, anggapan tersebut dinyatakan keliru, sebab dinyatakan dengan jelas bahwa para penyembah dewa pergi ke berbagai planet di dunia material, sedangkan seorang penyembah Tuhan Yang Maha Esa pergi langsung ke planet yang paling utama, tempat tinggal Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan hal ini, barangkali timbul pendapat bahwa kalau para dewa adalah berbagai anggota badan Tuhan Yang Maha Esa, maka seharusnya tujuan yang sama dicapai dengan cara menyembah para dewa. Akan tetapi, pengetahuan para penyembah dewa kurang lengkap karena mereka tidak mengetahui bagian mana dari badan yang harus diberi makanan. Beberapa di antara para penyembah dewa begitu bodoh sehingga mereka mengatakan bahwa ada banyak anggota badan yang dapat diberi makanan, dan banyak cara untuk menyediakan makanan. Anggapan ini tidak masuk akal. Apakah seseorang dapat memberikan makanan kepada badan melalui telinga atau mata Mereka tidak mengetahui bahwa dewa-dewa tersebut adalah berbagai anggota badan semesta Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kebodohannya mereka percaya bahwa tiap-tiap dewa adalah Tuhan tersendiri yang menyaingi Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa adalah bagian-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa, dan para makhluk hidup biasa juga bagian-bagian dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa para brahmana adalah kepala Tuhan Yang Maha Esa, para ksatriya adalah lengan-lengan-Nya, para vaisya adalah pinggang-Nya, para sudra adalah kaki-Nya, dan semuanya melaksanakan berbagai fungsi. Dalam keadaan manapun, kalau seseorang mengetahui bahwa para dewa dan Diri-Nya sendiri adalah bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai sifat sama seperti Tuhan, maka pengetahuannya sempurna. Tetapi kalau dia tidak mengerti kenyataan ini, dia mencapai berbagai planet tempat tinggal para dewa. Ini tidak sama dengan tujuan yang dicapai oleh para penyembah Krishna.

Hasil yang dicapai dengan berkat dari para dewa dapat dimusnahkan, sebab di dunia material, planet-planet, para dewa dan para penyembah dewa semua dapat dimusnahkan. Karena itu, dinyatakan dengan jelas dalam ayat ini bahwa segala hasil yang dicapai dengan menyembah para dewa dapat dimusnahkan. Karena itulah sembahyang tersebut dilakukan oleh orang yang kurang memiliki pengetahuan. Oleh karena penyembah yang murni yang menekuni kesadaran Krishna dalam bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa mencapai kehidupan kekal penuh kebahagiaan dan penuh pengetahuan, apa yang dicapai oleh penyembah Tuhan dan apa yang dicapai oleh penyembah dewa berbeda. Tuhan Yang Maha Esa tidak terhingga; berkat Tuhan Yang Maha Esa tidak terbatas; dan karunia Tuhan Yang Maha Esa tidak terhingga. Karena itu, karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada para penyembah-Nya tidak terhingga.

7.24
avyaktam´ vyaktim apannam´
manyante mam abuddhayah
param´ bhavam ajananto
mamavyayam anuttamam

avyaktam—tidak terwujud; vyaktim—kepribadian; apannam—dicapai; manyante—berpikir; mam—Aku; abuddhayah—orang yang kurang cerdas; param—Mahakuasa; bhavam—keberadaan; ajanantah—tanpa mengetahui; mama—milik-Ku; avyayam—tidak dapat dimusnahkan; anuttamam—yang paling halus.

Terjemahan
Orang yang kurang cerdas, tidak mengenal Diri-Ku secara sempurna, menganggap bahwa dahulu Aku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, tidak bersifat pribadi dan sekarang Aku sudah berwujud dalam kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan mereka sangat kurang, mereka tidak mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi, yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat Mahakuasa.

Penjelasan
Sudah diuraikan sebelumnya bahwa para penyembah dewa adalah kurang cerdas, dan di sini juga diuraikan bahwa orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan juga kurang cerdas. Di sini Sri Krishna bersabda di hadapan Arjuna dalam bentuk pribadi-Nya. Namun, akibat kebodohan, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengatakan bahwa pada hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai bentuk. Yamunacarya, seorang penyembah Tuhan yang mulia dalam garis perguruan Ramanujacarya, menyusun dua ayat yang sangat tepat berhubungan dengan hal ini. Yamunacarya berkata:

tvam´ sila-rupa-caritaih parama -prakrstaih
sattvena sattvikataya prabalais ca sastraih
prakhyata-daiva-paramartha-vidam´ matais ca
naivasura-prakrtayah prabhavanti boddhum

Tuhan yang hamba cintai, penyembah-penyembah seperti Vyasadeva dan Narada mengenal Anda sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dengan mengerti berbagai sastra Veda, seseorang dapat mengenal ciri-ciri Anda, bentuk Anda dan kegiatan Anda. Dengan demikian ia dapat mengerti bahwa Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan, para raksasa, orang yang bukan penyembah, tidak dapat mengerti diri Anda. Mereka tidak sanggup mengerti tentang Anda. Walaupun orang yang bukan penyembah seperti itu barangkali ahli sekali berdiskusi tentang Vedanta dan Upanisad-upanisad serta Veda lainnya, tidak mungkin bagi mereka untuk mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.” (Stotraratna 12) Dalam Brahma-samhita, dinyatakan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dimengerti hanya dengan mempelajari sastra Vedanta. Hanya atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dikenal. Karena itu, dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa bukan hanya para penyembah dewa yang kurang cerdas, tetapi orang yang bukan penyembah dan tekun mempelajari Vedanta dan berangan-angan tentang sastra Veda tanpa corak kesadaran Krishna yang sejati juga kurang cerdas, dan tidak mungkin mereka mengerti sifat pribadi Tuhan. Orang yang mempunyai kesan seolah-olah Kebenaran Mutlak tidak bersifat pribadi disebut abuddhayah, yang berarti orang yang belum mengenal ciri utama Kebenaran Mutlak. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa keinsafan tertinggi mulai dari Brahman yang tidak bersifat pribadi, kemudian naik sampai Roh Yang Utama yang berada dalam setempat—tetapi pengetahuan tertinggi tentang Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dewasa ini tetap kurang cerdas, sebab sesepuh mereka yang mulia bernama Sankaracarya pun tidak diikutinya. Sankaracarya sudah menyatakan secara khusus bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengenal Kebenaran Tertinggi, dan mereka menganggap Krishna hanya putera Devaki dan Vasudeva, atau seorang pangeran, atau makhluk hidup yang perkasa. Anggapan ini juga disalahkan dalam Bhagavad-gita (9.11) Avajananti mam muda manusim tanum asritam : Hanya orang bodoh menganggap Diri-Ku manusia biasa.”

Kenyataannya ialah bahwa tiada seorangpun yang dapat mengerti Krishna tanpa melakukan bhakti dan tanpa mengembangkan kesadaran Krishna. Kenyataan ini dibenarkan dalam Srimad-Bhagavatam (10.14.29):

athapi te deva padambuja-dvaya-
prasada-lesanugrhita eva hi
janati tattvam´ bhagavan-mahimno
na canya eko ‘pi ciram´ vicinvan

Tuhan yang hamba cintai, kalau seseorang dianugerahi sedikit saja karunia dari kakipadma Anda, ia dapat mengerti kemuliaan Kepribadian Anda. Tetapi orang yang berangan-angan untuk mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat mengenal Diri Anda, walaupun mereka terus mempelajari Veda selama bertahun-tahun.” Seseorang tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, maupun bentuk, sifat atau namanya, hanya dengan berangan-angan atau mengadakan diskusi tentang sastera Veda. Orang harus mengerti tentang Krishna melalui bhakti. Bila seseorang sudah tekun sepenuhnya dalam kesadaran Krishna, mulai dengan mengucapkan mahamantra—Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare/ Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare—baru ia dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang bukan penyembah yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap badan Krishna terbuat dari alam material ini dan bahwa segala kegiatan Krishna, bentuk Krishna dan segala sesuatu adalah maya. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan disebut Mayavadi. Mereka belum mengenal kebenaran tertinggi. Dalam ayat kedua puluh dinyatakan dengan jelas, kamais tais tair hrta jñanah prapadyante ‘nyadevatah. Orang yang sudah dibuat buta oleh keinginan hawa nafsu menyerahkan diri kepada berbagai dewa.” Diakui bahwa ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Beliau mempunyai sebuah planet. Di samping itu diakui pula bahwa ada dewa-dewa yang masing-masing mempunyai planet. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat kedua puluh tiga devan devayajo yanti mad-bhakta yanti mam api: para penyembah dewa pergi ke berbagai planet dewa, dan para penyembah Sri Krishna pergi ke planet Krishnaloka. Walaupun ini sudah dinyatakan dengan jelas, orang bodoh yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan masih mengatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan bahwa bentuk-bentuk tersebut adalah sesuatu yang harus dikatakan oleh Beliau. Setelah mempelajari Bhagavad-gita, apakah kita diberi kesan seolah-olah para dewa dan tempat tinggalnya tidak bersifat pribadi Yang jelas, para dewa dan Krishna, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bukan tanpa sifat pribadi. Krishna dan para dewa semua tujuan-tujuan; Sri Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna mempunyai planet sendiri, dan para dewa juga mempunyai planet masing-masing.

Karena itu, pendapat filsafat monisme bahwa kebenaran tertinggi tidak terwujud dan bahwa wujud dikenakan kepada kebenaran yang paling tinggi itu tidak terbukti benar. Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa wujud tidak dikenakan. Dari Bhagavad-gita, kita dapat mengerti dengan jelas bahwa bentuk-bentuk para dewa dan bentuk Tuhan Yang Maha Esa berada pada waktu yang sama, dan bahwa Sri Krishna adalah sac cid-ananda, pengetahuan kekal penuh kebahagiaan. Dalam Veda juga dibenarkan bahwa Kebenaran Mutlak Yang paling Utama adalah anandamayo ‘bhyasat, atau penuh kebahagiaan menurut sifatnya, dan bahwa Beliau adalah sumber sifat-sifat mujur yang tidak terhingga. Dalam Bhagavad-gita, Krishna menyatakan bahwa walaupun Diri-Nya aja (tidak dilahirkan), namun Beliau masih muncul. Inilah kenyataankenyataan yang harus dipahami dari Bhagavad-gita. Kita tidak dapat mengerti bagaimana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dianggap tanpa sifat pribadi; teori bahwa kepribadian dikenakan yang dikemukakan oleh para penganut filsafat monisme yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak benar menurut pernyataan Bhagavad-gita. Di sini cukup jelas bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Sri Krishna, mempunyai bentuk dan kepribadian.

7.25
naham´ prakasah sarvasya
yoga-maya-samavrtah
mudho ‘yam´ nabhijanati
loko mam ajam avyayam

na—tidak juga; aham—Aku; prakasah—berwujud; sarvasya—kepada semua orang; yogamaya—oleh kekuatan dalam; samavrtah—tertutup; mudhah—bodoh; ayam—yang ini; na—tidak juga; abhijanati—dapat mengerti; lokah—orang; mam—Aku; ajam—tidak dilahirkan; avyayam—tidak dapat dimusnahkan.

Terjemahan
Aku tidak pernah terwujud kepada orang yang bodoh dan kurang cerdas. Bagi mereka, aku ditutupi oleh kekuatan dalam dari Diri-Ku. Karena itu, mereka tidak mengetahui bahwa Aku tidak dilahirkan dan tidak pernah gagal.

Penjelasan Krishna pernah ada di bumi ini dan dapat dilihat oleh semua orang. Karena itu, dapat ditanyakan mengapa Krishna tidak berwujud di hadapan semua orang sekarang Tetapi sebenarnya pada waktu itu Krishna tidak berwujud di hadapan semua orang. Pada waktu Krishna berada di bumi ini, hanya beberapa orang saja yang dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sidang para Kuru, ketika Sisupala tidak menyetujui Krishna dipilih sebagai pemimpin sidang, Bhisma mendukung Krishna dan menyatakan bahwa Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa. Begitupula para Pandava dan beberapa tokoh yang lain mengetahui bahwa Krishna adalah Yang Maha Kuasa, tetapi tidak semua orang mengetahui kenyataan ini. Krishna tidak memperlihatkan Diri kepada orang yang bukan penyembah dan orang biasa. Karena itu, dalam Bhagavad-gita Krishna menyatakan bahwa selain para penyembah-Nya yang murni, semua orang menganggap Krishna seperti diri mereka. Krishna hanya terwujud kepada para penyembah-Nya sebagai sumber segala kebahagiaan. Tetapi bagi orang yang bukan penyembah dan kurang cerdas, Krishna ditutupi oleh tenaga dalam dari Diri-Nya.

Dalam doa pujian Dewi Kunti dari Srimad-Bhagavatam (1.8.19) dinyatakan bahwa Krishna ditutupi oleh tirai yogamaya. Karena itu, orang biasa tidak dapat mengerti tentang Krishna. Adanya tirai yogamaya tersebut juga dibenarkan dalam Sri Isopanisad (mantra 15). Dalam ayat lima belas dari Sri Isopanisad, seorang penyembah berdoa:

hiranmayena patrena
satyasyapihitam´ mukham
tat tvam´ pusann apavrnu
satya-dharmaya drstaye

O Tuhan yang hamba cintai, Anda memelihara seluruh jagat, dan bhakti kepada Anda adalah prinsip dharma tertinggi. Karena itu, hamba berdoa kiranya Anda juga memelihara diri hamba. Bentuk rohani Anda ditutupi oleh yogamaya. Brahmajyoti adalah penutup tenaga dalam. Mohon kiranya Anda berkenan membuka cahaya yang menyilaukan yang menghalang-halangi hamba sehingga tidak dapat melihat sac-cid-anandavigraha, yaitu bentuk Anda yang kekal dan penuh kebahagiaan dan pengetahuan.” Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk rohani kebahagiaan dan pengetahuannya ditutupi oleh tenaga dalam dari bramajyoti. Karena inilah orang yang kurang cerdas dan tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak dapat melihat Yang Mahakuasa.
Dalam Srimad-Bhagavatam (10.14.7) ada doa pujian dari Brahma: O Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Roh Yang Utama, o Penguasa segala rahasia, siapakah yang dapat memperhitungkan kekuatan dan kegiatan Anda didunia ini Anda selalu mewujudkan kekuatan dalam Diri Anda. Karena itu tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang Anda. Para ilmuwan yang bijaksana dan sarjana-sarjana yang mempunyai pengetahuan tinggi dapat meneliti susunan atom-atom di dunia material ataupun di planet-planet, tetapi mereka masih tidak dapat memperhitungkan tenaga dan kekuatan Anda, walaupun Anda berada di hadapan mereka.” Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, bukan hanya tidak dilahirkan, tetapi Beliau juga avyaya, atau tidak dapat dimusnahkan. Bentuk kekal Krishna adalah kebahagiaan dan pengetahuan, dan tenaga-tenaga Krishna semua tidak dapat dimusnahkan.

7.26
vedaham´ samatitani
vartamanani carjuna
bhavisyani ca bhutani
mam´ tu veda na kascana

veda—mengetahui; aham—Aku; samatitani—masa lampau sepenuhnya; vartamanani—masa sekarang; ca—dan; Arjuna—wahai Arjuna; bhavisyani—masa yang akan datang; ca—juga; bhutani—semua makhluk hidup; mam—Aku; tu—tetapi; veda—mengetahui; na—tidak; kascana—siapapun.

Terjemahan
Wahai Arjuna, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Aku mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau, segala sesuatu yang sedang terjadi sekarang, dan segala sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Aku juga mengenal semua makhluk hidup, namun tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku.

Penjelasan Di sini soal kepribadian dan sifat bukan pribadi dinyatakan dengan jelas. Kalau Krishna, bentuk Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, adalah maya , atau bersifat material, seperti anggapan orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, maka pasti Krishna menggantikan badan-Nya seperti makhluk hidup dan melupakan segala sesuatu tentang penjelmaan-Nya yang lalu. Siapapun yang memiliki badan jasmani tidak dapat ingat kepada penjelmaannya yang lalu, meramalkan kehidupannya pada masa yang akan datang, ataupun meramalkan akibat kehidupannya sekarang. Karena itu, ia tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kalau seseorang belum dibebaskan dari pengaruh material, ia tidak dapat mengenal masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Sri Krishna lain daripada makhluk hidup biasa. Sri Krishna menyatakan dengan jelas bahwa Diri-Nya mengetahui sepenuhnya apa yang telah terjadi pada masa lampau, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam Bab Empat, kita sudah melihat bahwa Sri Krishna ingat waktu Beliau memberi pelajaran kepada Vivasvan, dewa matahari, berjuta-juta tahun yang lalu. Krishna mengenal setiap makhluk hidup karena Krishna bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Roh Yang Utama. Krishna bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Roh Yang Utama dan Beliau berada sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kendatipun demikian, orang yang kurang cerdas tidak dapat menginsafi Sri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Paling Utama, walaupun barangkali mereka dapat menginsafi Brahman yang tidak bersifat pribadi. Tentu saja badan rohani Sri Krishna tidak dapat dimusnahkan. Krishna adalah seperti matahari, dan maya seperti awan. Di dunia material kita dapat melihat bahwa ada matahari, awan dan berbagai jenis bintang dan planet. Barangkali awan menutupi segala bintang dan planet di langit untuk sementara waktu, tetapi penutup itu tidak kelihatan karena penglihatan kita terbatas. Matahari, bulan dan bintang sebenarnya tidak ditutupi. Begitu pula, maya tidak dapat menutupi Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena kekuatan dalam dari Diri-Nya, Krishna tidak berwujud kepada golongan manusia yang kurang cerdas. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ketiga dari bab ini, diantara berjuta-juta orang, hanya beberapa saja berusaha menjadi sempurna dalam kehidupan manusia ini, dan di antara beribu-ribu manusia yang sempurna, hampir tidak satupun dapat mengerti apa arti Sri Krishna. Kalau pun seseorang sudah mencapai kesempurnaan dengan keinsafan terhadap Brahman yang tidak bersifat pribadi atau Paramatma yang berada dalam setempat, tidak mungkin ia mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, tanpa ia menjadi sadar akan Krishna.

7.27
iccha-dvesa-samutthena
dvandva-mohena bharata
sarva-bhutani sammoham´
sarge yanti parantapa

iccha—keinginan; dvesa—dan rasa benci; samutthena—timbul dari; dvandva—dari hal-hal yang relatif; mohena—oleh khayalan; Bharata—wahai prabhu dari keluarga Bharata ; sarva—semua; bhutani—makhluk hidup; sammoham—dalam khayalan; sarge—pada waktu dilahirkan; yanti—pergi; parantapa—wahai penakluk musuh.

Terjemahan
Wahai prabhu dari keluarga Bharata, wahai penakluk musuh, semua makhluk hidup dilahirkan ke dalam khayalan, dan dibingungkan oleh hal-hal relatif yang timbul dari keinginan dan rasa benci.

Penjelasan
Kedudukan dasar makhluk hidup yang sejati ialah kedudukan takluk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa adalah pengetahuan yang murni. Bila seseorang dikhayalkan hingga dia berpisah dari pengetahuan murni tersebut, ia dikendalikan oleh tenaga yang mengkhayalkan dan dia tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga yang mengkhayalkan diwujudkan dalam hal-hal relatif berupa keinginan dan rasa benci. Akibat keinginan dan rasa benci, orang bodoh ingin meninggal dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan dia iri hati kepada Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para penyembah yang murni, yang tidak dikhayalkan atau dipengaruhi oleh keinginan dan rasa benci, dapat mengerti bahwa Sri Krishna muncul atas kekuatan dalam dari Diri-Nya, tetapi orang yang dikhayalkan oleh hal-hal relatif dan kebodohan menganggap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa diciptakan oleh tenaga-tenaga material. Inilah nasib malang mereka. Orang yang dikhayalkan seperti itu, menurut gejala-gejalanya, hidup dalam hal-hal relatif seperti penghinaan dan penghormatan, suka dan duka, wanita dan laki-laki, baik dan buruk, rasa senang dan rasa sakit dan sebagainya. Mereka berpikir, Ini isteri saya; ini rumah saya; aku penguasa rumah ini; aku suami dan isteri ini.” Inilah hal-hal yang relatif dalam khayalan. Orang yang dikhayalkan oleh hal-hal relatif bodoh sepenuhnya; karena itu, mereka tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

7.28
yesam´ tv anta-gatam´ papam´
jananam´ punya-karmanam
te dvandva-moha-nirmukta
bhajante mam´ drdha-vratah

yesam—milik siapa; tu—tetapi; anta-gatam—dihilangkan sepenuhnya; papam—dosa; jananam—orang; punya—saleh; karmanam—kegiatannya dari sejak dahulu; te—mereka; dvandva—dari hal-hal relatif; moha—khayalan; nirmuktah—bebas dari; bhajante—menekuni bhakti; mam—kepada-Ku; drdha-vratah—dengan ketabahan hati.

Terjemahan
Orang yang sudah bertindak dengan cara yang saleh dalam penjelmaan-penjelmaan yang lalu dan dalam hidup ini dan dosanya sudah dihilangkan sepenuhnya, dibebaskan dari hal-hal relatif berupa khayalan, dan mereka menekuni bhakti kepada-Ku dengan ketabahan hati.

Penjelasan Orang yang memenuhi syarat untuk diangkat sampai kedudukan rohani disebut dalam ayat ini. Orang yang berdosa, tidak percaya kepada Tuhan, bodoh dan penipu sulit sekali melampaui hal-hal relatif berupa keinginan dan rasa benci. Hanya orang yang sudah hidup dengan mengisi waktunya dalam latihan mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur hal-hal keagamaan, sudah bertindak dengan cara yang saleh dan sudah menaklukkan reaksi-reaksi dosa dapat menerima bhakti dan berangsur-angsur naik sampai tingkat pengetahuan yang murni terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, berangsur-angsur, mereka dapat bersemadi dengan khusuk kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Itulah proses untuk menjadi mantap pada tingkat rohani. Dalam kesadaran Krishna naik tingkat seperti ini dimungkinkan dalam pergaulan dengan penyembah-penyembah murni, sebab dalam pergaulan dengan penyembah-penyembah murni seseorang dapat di selamatkan dari khayalkan.

Dinyatakan dalam Srimad-Bhagavatam (5.5.2) bahwa kalau seseorang sungguh-sungguh ingin mencapai pembebasan, ia harus mengabdikan diri kepada para penyembah (mahat-sevam dvaram ahur vimukteh); tetapi orang yang bergaul dengan orang duniawi sedang menempuh jalan menuju daerah kehidupan yang paling gelap (tamo dvaram yositam sangi-sangam). Semua penyembah Krishna berjalan keliling bumi ini hanya untuk menyelamatkan roh-roh yang terikat dari khayalannya. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengetahui bahwa melupakan kedudukan dasarnya sebagai makhluk yang takluk kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah pelanggaran hukum Tuhan yang paling berat. Kalau seseorang belum ditempatkan kembali dalam kedudukan dasarnya, tidak mungkin ia mengerti Kepribadian Yang Paling Utama ataupun menjadi tekun sepenuhnya dalam cinta bhakti rohani kepada Beliau dengan ketabahan hati.

7.29
jara-marana-moksaya
mam asritya yatanti ye
te brahma tad viduh krtsnam
adhyatmam´ karma cakhilam

jara—dari usia tua; marana—dan kematian; moksaya—dengan tujuan pembebasan; mam—Aku; asritya—berlindung kepada; yatanti—usaha; ye—semua orang yang; te—orang seperti itu; brahma—Brahman; tat—sebenarnya itu; viduh—mereka mengenal; krtsnam—segala sesuatu; adhyatmam—rohani; karma—kegiatan; ca—juga; akhilam—sepenuhnya.

Terjemahan
Orang cerdas yang sedang berusaha mencapai pembebasan dari usia tua dan kematian berlindung kepada-Ku dalam bhakti. Mereka sungguh-sungguh Brahman karena mereka mengetahui sepenuhnya segala sesuatu tentang kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi.

Penjelasan Kelahiran, kematian, usia tua dan penyakit mempengaruhi badan material ini, tetapi tidak mempengaruhi badan rohani. Badan rohani tidak mengalami kelahiran, kematian, usia tua maupun penyakit. Jadi, orang yang mencapai badan rohani menjadi rekan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti yang kekal sungguh-sungguh sudah mencapai pembebasan. Aham brahmasmi: diriku adalah roh. Dinyatakan bahwa seseorang harus mengerti bahwa Diri-Nya adalah Brahman, atau roh. Paham hidup Brahman juga terdapat dalam bhakti, sebagaimana diuraikan dalam ayat ini. Para penyembah yang murni mantap pada tingkat rohani Brahman, dan mereka mengetahui segala sesuatu tentang kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi. Empat jenis penyembah yang belum murni namun telah menekuni bhakti rohani kepada Tuhan mencapai tujuannya masing-masing, dan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, bila mereka sadar akan Krishna sepenuhnya, mereka sungguh-sungguh menikmati pergaulan rohani dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang menyembah dewa tidak pernah mencapai kepada Tuhan Yang Maha Esa di planet Beliau yang paling utama. Orang yang kurang cerdas yang menginsafi Brahman pun tidak dapat mencapai planet Krishna Yang Paling Utama bernama Goloka Vrndavana. Hanya orang yang melakukan kegiatan dalam kesadaran Krishna (mam asritya) sungguh-sungguh patut disebut Brahman, sebab mereka sungguh-sungguh berusaha mencapai planet Krishna. Orang seperti itu tidak ragu-ragu tentang Krishna, karena itu mereka sungguh-sungguh Brahman.

Orang yang tekun menyembah bentuk atau arca-vigraha Tuhan, atau orang yang tekun bersemadi kepada Tuhan hanya untuk mencapai pembebasan dari ikatan material, juga mengetahui arti Brahman, adhibhuta, dan sebagainya atas karunia Tuhan, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna dalam bab berikut.

7.30
sadhibhutadhidaivam´ mam´
sadhiyajñam´ ca ye viduh
prayana-kale ‘pi ca mam´
te vidur yukta-cetasah

sa-adhibhuta—dan prinsip yang mengatur manifestasi material; adhidaivam—mengatur semua dewa; mam—Aku; sa-adhiyajñam—dan mengendalikan semua korban suci; ca—juga; ye—orang yang; viduh—mengenal; prayana—dari kematian; kale—pada waktu; api—walaupun; ca—dan; mam—Aku; te—mereka; viduh—mengenal; yukta-cetasah—pikirannya tekun dalam Diri-Ku.

Terjemahan
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, yang mengenal Diri-Ku, Yang Mahakuasa, sebagai prinsip yang mengendalikan manifestasi material, para dewa dan segala cara korban suci, dapat mengerti dan mengenal Diri-Ku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bahkan pada saat meninggal dunia sekalipun.

Penjelasan Orang yang bertindak dalam kesadaran Krishna tidak pernah disesatkan dari jalan pengertian sepenuhnya tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pergaulan rohani kesadaran Krishna, seseorang dapat mengerti bagaimana Tuhan Yang Maha Esa adalah prinsip yang mengendalikan manifestasi material dan juga mengendalikan para dewa. Berangsur-angsur, melalui pergaulan rohani seperti itu, seseorang yakin terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan pada waktu meninggal, orang yang sadar akan Krishna seperti itu tidak pernah dapat melupakan Krishna. Karena itu, sewajarnya ia diangkat sampai planet Tuhan Yang Maha Esa, Goloka Vrndavana. Bab Tujuh ini khususnya menjelaskan bagaimana seseorang dapat menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya. Awal kesadaran Krishna adalah pergaulan dengan orang yang sadar akan Krishna. Pergaulan seperti itu bersifat rohani dan memungkinkan seseorang mengadakan hubungan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan atas karunia Beliau, ia dapat mengerti bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu yang sama, seseorang sungguh-sungguh dapat mengerti kedudukan dasar makhluk hidup dan bagaimana makhluk hidup melupakan Krishna dan menjadi terikat dalam kegiatan material. Dengan mengembangkan kesadaran Krishna secara bertahap dengan pergaulan yang baik, makhluk hidup dapat mengerti bahwa Diri-Nya terikat oleh hukum-hukum alam material karena ia telah melupakan Krishna. Ia juga dapat mengerti bahwa kehidupan manusia ini adalah kesempatan untuk memperoleh kembali kesadaran Krishna dan hendaknya kehidupan manusia ini digunakan sepenuhnya untuk mencapai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tiada sebabnya.

Banyak hal sudah dibicarakan di dalam bab ini: Orang yang berduka cita, orang yang ingin tahu, orang yang memerlukan kebutuhan material, pengetahuan tentang Brahman, pengetahuan tentang Paramatma, pembebasan dari kelahiran, kematian dan penyakit, dan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, orang yang sungguh-sungguh maju dalam kesadaran Krishna tidak mempedulikan berbagai proses. Dia menekuni kegiatan kesadaran Krishna secara langsung. Dengan demikian ia sungguh-sungguh mencapai kedudukan dasarnya sebagai hamba Sri Krishna yang kekal. Dalam keadaan seperti itu, dia senang mendengar dan memuji Tuhan Yang Maha Esa dalam pengabdian bhakti yang murni. Dia yakin bahwa dengan demikian, segala tujuannya akan terpenuhi. Ketabahan hati seperti ini disebut drdavrata, dan itu merupakan awal bhakti-yoga, atau cinta-bhakti rohani. Itulah keputusan Kitab Suci. Bab Tujuh dari Bhagavad-gita adalah hakekat keyakinan itu.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Tujuh Srimad Bhagavad-gita perihal Pengetahuan Tentang Yang Mutlak.

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat!

Berbagai Sumber | Google Images | Youtube | Support become Patreon Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual,

agungsujana2019-04-03T12:49:12+00:00

Archives Post Select Month June 2022 October 2021 June 2021 May 2021 April 2021 March 2021 February 2021 January 2021 December 2020 November 2020 October 2020 September 2020 August 2020 July 2020 June 2020 May 2020 April 2020 March 2020 February 2020 January 2020 December 2019 November 2019 October 2019 September 2019 August 2019 July 2019 June 2019 May 2019 April 2019 March 2019 February 2019 January 2019 December 2018 November 2018 October 2018 September 2018 August 2018 July 2018 June 2018 May 2018 April 2018 March 2018 February 2018 January 2018 December 2017 November 2017 October 2017 September 2017 August 2017 July 2017 June 2017 May 2017 April 2017 March 2017 February 2017 January 2017 December 2016 November 2016 October 2016 September 2016 March 2016 February 2016 March 2011 June 2010

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA