Kotoran sapi dan kambing dapat dimanfaatkan untuk membuat

Banjarnegara, Gatra.com - Sejumlah warga di Dusun V, Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan bakar rumah tangga.

Teknologi biodigester itu dikembangkan Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan riset grup Konservasi DAS Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sejak tahun 2018 lalu.

Dosen UGM sekaligus Koordinator Tim Biodigester, Dr Ngadisih mengatakan, teknologi sederhana ini menjadi pengganti kayu bakar dan lebih ramah lingkungan. Biodigester memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber energi dengan mengolahnya sebagai biogas.

"Warga Desa Leksana, Karangkobar, pada umumnya memanfaatkan kayu dan LPG 3 Kg sebagai bahan bakar rumah tangga. Sementara itu, sebagian warga memiliki ternak sapi, tetapi kotorannya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi terbarukan," katanya, Rabu (30/10).

Dia menuturkan, sebagian besar penduduk desa tersebut memelihara hewan ternak seperti sapi dan kambing. Selama ini, warga belum memanfaatkan kotoran ternak itu secara optimal.

Penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai petani sayuran, hanya membuang kotoran sapi di sekitar rumah dan dibiarkan mengering. Setelah itu dijadikan kompos untuk dibawa ke ladang mereka masing-masing.

Sementara itu, untuk bahan bakar rumah tangga, warga memanfaatkan kayu bakar. Hal ini akan mengancam kelestarian pepohonan yang mendukung kekuatan lahan. Padahal wilayah Karangkobar diketahui sebagai wilayah dengan kerawanan longsor tinggi.

Pada 12 Desember tahun 2014 lalu, kawasan ini terjadi bencana tanah longsor di dusun Jemblung, Desa Sampang yang lokasinya berdekatan dengan Desa Leksana. Peristiwa itu menelan korban jiwa, sebanyak 108 orang meninggal.

"Penggunaan teknologi biodigester diharapkan akan menyokong upaya pelestarian hutan sebagai penyangga cadangan air sekaligus sebagai penguat kondisi tanah," ujarnya.

Menurut Ngadisih, teknologi biodigester diterapkan pada sebuah tabung fiber dengan spesifikasi volume 4 meter kubik. Tabung ini menghasilkan gas methan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga. Sumber energi dapat terpenuhi hanya dari kotoran tiga ekor sapi.

Adapun teknologi yang dikembangkan DTPB FTP dan Konservasi DAS UGM ini merupakan rangkaian kegiatan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat Education for Sustainable Development (EfSD) oleh PSBA UGM yang beranggotakan Dr Hatma Suryatmojo dan M Chrisna Satriagasa MSc (dosen Fakultas Kehutanan), Dr Joko Nugroho WK serta dirinya sendiri.

"Kerja sama dengan PSBA ini juga merekomendasi pemilihan jenis tabung biogas fiber. Hal ini didasarkan pada karakter wilayah yang bertopografi. Sebab, digester tipe bangunan tetap semen sangat potensi rusak akibat pergerakan tanah yang cenderung mudah longsor," tambahnya.

Sekretaris Desa Leksana, Indra mengatakan, pengenalan teknologi biodigester warga ini sangat berguna bagi warga. Kotoran sapi yang selama ini hanya dipahami sebagai pupuk alam, ternyata memiliki manfaat lain yaitu sebagai bahan bakar biogas.

"Ibu-ibu pada senang apabila teknologi ini bisa terpasang di semua rumah tangga. Ini karena biodigester membantu menghemat anggaran rumah tangga," katanya.

Indra berharap, penggunaan teknologi biodigester ini dapat mengurangi penggunaan kayu bakar, sehingga kelestarian hutan serta pepohonan dapat terjaga.

Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang karena kandungan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dibutuhkan oleh tanaman dan kesuburan tanah. Salah satu kotoran ternak yang dapat digunakan untuk pupuk kandang adalah kotoran kambing. Kotoran kambing digunakan sebagai pupuk kandang didasari oleh alasan bahwa kotoran kambing memiliki kandungan unsur hara relatif lebih seimbang dibanding pupuk alam lainnya dan kotoran kambing bercampur dengan air seninya (urine) yang juga mengandung unsur hara.

         Kotoran kambing yang masih segar bersifat panas karena kandungan amoniaknya terbilang cukup tinggi. Itu sebabnya kotoran kambing tidak bisa langsung digunakan sebagai pupuk karena dapat membakar tanaman. Kotoran tersebut baru bisa digunakan sebagai pupuk setelah melalui proses fermentasi.

Proses fermentasi berguna untuk mengurai bahan-bahan organik yang ada di dalam kotoran menjadi unsur hara yang stabil dan mudah diserap oleh tanaman. Fermentasi juga berguna untuk membunuh bakteri jahat dan pathogen yang berada di dalam kotoran. Kedua mikroorganisme tersebut dapat menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Kotoran yang masih mentah juga mengandung biji-biji gulma atau rumput yang memungkinkan untuk tumbuh kembali apabila kotoran yang masih segar langsung digunakan sebagai pupuk. Kotoran yang sudah disortir langsung dihamparkan secara merata menjadi lapisan yang agak tipis agar memudahkan proses selanjutnya. Siapkan 5 liter air dan EM4 agar proses fermentasi pupuk kandang berjalan lebih cepat. Di dalam EM4 terdapat bakteri menguntungkan yang masih tertidur atau dorman. Bakteri tersebut dapat diaktifkan dengan cara dikocok terlebih dahulu, kemudian dicampurkan dengan air bersih.

Untuk 100 kg kotoran kambing dibutuhkan 2 tutup botol cairan EM4 dan dicampurkan dengan 5 liter air. Tambahkan molasses, tetes tebu, gula pasir, atau gula merah sebanyak 100 gram sebagai sumber nutrisi bagi bakteri-bakteri tersebut. Aduk hingga semua bahan tercampur merata dan diamkan hingga bakteri di dalam EM4 mulai aktif. Setelah itu, masukkan larutan ke sprayer agar mudah diaplikasikan.

MANFAAT KOTORAN KAMBING

Berikut Manfaat Pupuk Kotoran Kambing antara lain :

  1. Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.
  2. Penambahan kompos kotoran domba akan meningkatkan rasio organik pada tanah yang mana dapat membantu tanah menyimpan air dan membantu proses aerasi serta memasok mikroorganisme yang dibutuhkan oleh tanaman.
  3. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah
  4. Menggemburkan dan menyuburkan tanah
  5. Meningkatkan produktivitas tanaman
  6. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
  7. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun

CARA PENGOLAHAN KOTORAN KAMBING

        Sebelum dijadikan pupuk, kotoran kambing perlu disortir terlebih dahulu untuk memisahkan antara kotoran dan benda-benda asing yang kemungkinan tercampur ke dalamnya, seperti plastik, kayu, batu, dan lain-lain. Penyortiran dapat dilakukan bersamaan dengan penggemburan kotoran kambing sehingga proses penguraian berjalan lebih cepat. Larutan EM4 disemprotkan pada hamparan kotoran kambing secara merata. Kotoran perlu dibalik dan disemprotkan kembali larutan EM4 ke seluruh bagian. Setelah benar-benar merata dan kotoran kambing agak lembap dengan tingkat kebasahan sekitar 30—40 persen, kemudian masukkan kotoran ke karung, tetapi jangan terlalu penuh. Ikat karung tersebut dengan tali dan letakkan di tempat teduh.

Pupuk tersebut perlu dipantau setiap 2 minggu sekali. Jika kondisi kotoran terlalu kering, siram atau semprot kembali dengan larutan EM4. Karung perlu dibolak-balik agar sirkulasi udara di dalam karung menurun. Pupuk organik kotoran kambing baru jadi atau matang setelah proses fermentasi berlangsung selama 2 bulan.

Sumber: //cybex.pertanian.go.id/artikel/99915/fermentasi–kotoran-kambing/

Artikel YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 21 Januari 2016 19:43:22 WIB

CARA MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakin meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut. Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas.

Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan.

Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatif dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru.

PRINSIP PEMBUATAN BIOGAS
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55°C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat dibawah ini:

Komposisi biogas : kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian
Jenis gas: Biogas, Campuran kotoran + sisa pertanian: Metan (CH4), Karbon dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon monoksida (CO), Oksigen (O2), Propena (C3H8), Hidrogen sulfida(H2S), sedikit Nilai kalor (kkal/m2).

MEMBANGUN INSTALASI BIOGAS
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.

Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA