Ketika bermain kucing-KUCINGAN pemain yang tidak berhasil menendang bola akan mendapat hukuman

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Permainan Kucing-Kucingan

Cara Bermain bola kucing-kucingan:

1.Permainan ini dipermainkan secara berkelompok.

2.Salah satu siswa menjadi kucing dan teman yang lain menjadi tikus

3.Bola dipegang oleh siswa menjadi tikus dan siswa yang menjadi kucing mengambil bola itu ke siswa yang menjadi tikus

4.Apabila siswa yang menjadi kucing bisa mengambil bola dari temannya menjadi tikus maka temannya akan menjadi kucing dan seterusnya.

5.Selama permaian guru mengawasi aturan permainan.

[caption id="attachment_104982" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Goal.com"][/caption]

1.Pertama buat formasi melingkar ….

2.Dibagian tengah masukan pemain dengan skill passing paling bagus semakin banyak semakin bagus tapi 3 sudah cukup. Pemain tengah harus mampu passing keseluruh pemain lain dengan sempurna, baik pemain belakang maupun depan.

3.Pemain no.2 dan no.22 mempunyai kuantitas Guard yang tinggi namun juga mampu menggebrak maju kedepan.

4.Pemain No.3 dan No.5 adalah Back yang mampu menjaga kiri dan kanannya (Both Side Guard) agar tidak ada keslahan saat No.2 dan No.22 maju.

5.Masukanlah pemain Hybrid Humanoid Product beri nomor punggung 10. Yang mana mampu mengakselerasi passing dan gol dengan sangat baik.

6.Terakhir masukan Striker yang tidak individualis. Seperta kita ketahui banyak striker yang bersifat individualis akan sangat sulit unutk mengisi posisi ini.

Effek yang diberikan pada permainan ini adalah pemain lawan akan Frustasi stress dan memaki-memaki karena setiap ingin merebut bola, maka tim kucing-kucingan akan mengoper bolanya…

Disaat pemain lawan bosan dan melambat maka pemain dari tim kucing akan menggulirkan bolanya ke depan, dan seandainya ada hal yang tidak diinginkan, bola digulir kembali ketengah, kemudian kebelakang.

Untuk sementara ini belum ada yang mampu mengalahkan teknik ini, selain dengan teknik kungfu (mencederai).

Buat teman-teman yang ada ide untuk mengancurkan trik ini mohon sarannya…..

27 sendiri. Pengelompokan jenis permainan yang bersifat games ada yang single, satu lawan satu, ada yang satu lawan kelompok, ada yang kelompok lawan kelompok, ada yang per-orangan dalam satu kelompok ada pula yang dilakukan bersama dalam satu kelompok. Jika diamati dari kegiatan yang dilakukan anak permainan tradisional mengandung keterampilan dan kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, ketajaman penglihatan, kecerdasan pikiran, keluwesan gerak tubuh, menirukan alam lingkungan, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan gerakannya.

6. Permainan Tradisional Kucing-kucingan

Permainan tradisional di setiap daerah terdapat berbagai macam. Salah satu permainan tradisional yang perkembangannya berada di Jawa terutama Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu permainan kucing- kucingan. Sukirman Dharmamulyo 2008: 94 berpendapat bahwa permainan kucing- kucingan adalah permainan menirukan gerakan kucing yang sedang saling berebut suatu benda. Selain itu pada tahap terakhir permainan ini diakhiri dengan menyanyikan lagu dengan syair „Dha nggu wang kucing gering‟ mari kita membuang kucing sakit. Di tempat lain permainan ini dikenal dengan nama Kus- kusan atau Alih Lintang. Permainan kucing-kucingan dapat dilakukan kapan saja asal tidak mengganggu pekerjaan atau sekolah anak-anak. Permainan ini merupakan tempat pertemuan dan pergaulan anak-anak sebaya. 28 Permainan ini disebut kucing-kucingan karena melihat dari kata pertama, kucing adalah binatang piaraan Depdikbud, 1983: 150. “Ngucing” berarti sifat yang kurang baik yaitu nafsu suka memiliki terhadap sesuatu. Kucing-kucingan yaitu permainan yang menyerupai sifat seekor kucing. Di sini berarti permainan dengan peragaan yang di dalamnya berisi gerakan saling berebutan untuk dapat memiliki sesuatu tempat Permainan kucing-kucingan ini membutuhkan lima orang pemain. Pemain biasannya laki-laki saja atau perempuan saja. Permainan ini dapat dilakukan oleh segala lapisan masyarakat baik kota maupun desa. Tidak terdapat lagu pengiring dalam permainan ini. Hanya menjumpai sebaris kalimat yang diucapkan secara berirama pada akhir permainan yaitu: ‟Dha mbuwang kucing gering‟ Mari bersama-sama membuang kucing sakit.

7. Langkah-langkah Permainan Tradisional Kucing-kucingan

Sukirman Dharmamulyo 2008: 95-98 menjelaskan bahwa permainan kucing-kucingan berawal dari suatu perkumpulan misalnya lima orang anak berkumpul membentuk sebuah kelompok A, B, D dan E. Kelima orang anak tadi mengadakan undian untuk menentukan siapa yang dadi jadi dengan cara hompimpah atau sut. Teryata yang dadi pemain kalah adalah E, dan yang mentas menang adalah A, B,C, dan D. Sebelum bermain mereka membicarakan dan menyepakati peraturan yang telah biasa berlaku, yaitu: 1 apabila pemain mentas meninggalkan tempatnya dan berhasil ditempati oleh pemain dadi, maka matilah pemain mentas tadi; 2 apabila pemain dadi lebih cepat menempati tempat yang kosong, amka matilah peserta mentas; 3 apabila pemain mentas telah lima kali 29 berpindah atau bergantian tempat maka dilakukanlah mbuwang kucing gering. Ini berarti pemain dadi diiringi oleh pemain mentas menuju ke suatu tempat dan kemudian dilepaskan, kemudian para pemain mentas tadi saling berlomba adu cepat berebut mencari tempat. Sewaktu membuang kucing semua harus ikut, tetap berkelompok sampai batas yang telah ditentukan. Setelah ditentukan siapa yang dadi maka para pemain mentas membuat dua garis masing-masing sepanjang 2,5 meter saling bersilangan tegak lurus. Pada keempat ujung garis tadi dibuatlah lingkaran yang dibuat dengan jalan memutar telapak kaki. Caranya tumit kanan ditekan ke tanah kemudian jempol kaki diangkat sedikit dan diputar ke kanan. Maka di ujung ke empat garis tadi terbentuklah empat lingkaran kecil sesuai dengan ukuran kaki masing-masing pemain. Gambar 1. Anak membuat lingkaran menggunakan tumit. Keempat anak tadi A, B,C, dan D kemudian berdiri menempati lingkaran yang anak buat sendiri, sedangkan anak yang dadi E berdiri tepat dititik persilangan kedua garis. 30 Gambar 2. Anak yang dadi kalah berdiri di posisi tengah Dengan diam-diam setiap peserta yang mentas berusaha saling berganti tempat dari lingkaran satu ke lingkaran lainnya, baik sebelah kiri maupaun sebelah kanannya. Jadi A dapat bertukar tempat dengan B maupun dengan D, B dapat bertukar tempat dengan A atau C, C dapat bertukar tenmpat dengan B atau D, sedangkan D dapat bertukar tempat dengan A atau C. Cara bertukar tempat dilakukan dengan cara salah satu tangan masing-masing pemain diulurkan hingga dapat memegang satu sama lain. Kemudian apabila sudah berpegangan baru anak berpindah tempat. Gambar 3. Anak mengulurkan tangan saat akan berpindah posisi. Apabila perpindahan tempat tidak diketahui E sebagai pemain dadi, maka selamatlah keduannya. Namun misalnya, saat C dan D ingin saling bertukar tempat, tetapi karena kurang cekatan maka E dapat menduduki tempat D. 31 Konsekuensinya adalah D menjadi pemain dadi dan berdiri di titik persilangan kedua garis. Gambar 4. Saat anak akan berpindah diketahui pemain lain. Sekarang yang jadi adalah D, yang mentas A, B,C, dan E. Pada kali ini perpindahan pemain yang mentas selalu berlansung selamat, atau dengan kata lain D selalu gagal menduduki salah satu lingkaran kecil tersebut. Hal ini terjadi berulang sampai lima kali, sehingga terjadilah apa yang dinamakan „mbuwang kucing gering‟. Peserta yang mentas A, B, C, dan E kemudian meninggalkan tempatnya lalu menggiring D menuju ke tempat yang telah ditentukan sambil menyanyikan syair „Dha mbuwang kucing gering‟ berulang kali. Setelah sampai ditempat tersebut maka semua pemain A, B, C, D dan E berlomba adu cepat kembali ke tempat semula untuk menduduki lingkaran- lingkaran kecil di ujung garis. Barang siapa tidak memperoleh lingkaran tersebut maka menjadi pemain dadi, dan harus berdiri di titik persilangan garis. Selanjutnya permainan dimulai dari awal lagi. Anak-anak saling berpindah di bawah incaran pemain dadi. 32 Gambar 5. Anak melakukan “mbuwang kucing gering”

8. Manfaat Permainan Tradisional Kucing-kucingan

Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 2 SD Halaman 33, 34 dan 35 Subtema 1 Pembelajaran 5. Pengamalan sila kedua Pancasila.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban tema 3 kelas 2 SD halaman 33, 34 dan 35 subtema 1 pembelajaran 5.

Buku tematik tema 3 kelas 2 SD berjudul Tugasku Sehari-hari.

Subtema 1 pada Buku Tematik ini berjudul Tugasku Sehari-hari di Rumah.

Sebelum melihat kunci jawaban Buku Tematik, siswa dapat terlebih dahulu memahami soal kemudian menjawabnya sendiri.

Kunci jawaban pada artikel ini digunakan sebagai panduan dan pembanding oleh orang tua untuk mengoreksi pekerjaan anak.

Baca juga: Kunci Jawaban Buku Tematik Tema 3 Kelas 2 SD Subtema 1 Halaman 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 28

Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 2 SD Halaman 33, 34 dan 35 Subtema 1 Pembelajaran 5.

Pembelajaran 5

Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 2 SD Halaman 33, 34 dan 35 Subtema 1 Pembelajaran 5.

Bermain Kucing-kucingan

Pada hari Minggu, Ali bersama teman-temannya bermain bersama.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA