Kemukakan tiga konsep pendidikan yang dimiliki Taman Siswa dan dikenal sampai saat ini Mas Dayat

You're Reading a Free Preview
Pages 9 to 16 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 23 to 25 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Page 30 is not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 40 to 52 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 59 to 61 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 74 to 109 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 116 to 134 are not shown in this preview.

Pada awal berdiri, Tamansiswa memiliki nama Nationaal Onderwijs Institut atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Terbentuknya perguruan ini adalah sebagai upaya perjuangan meraih kemerdekaan melalui kebudayaan dan pembangunan masyarakat dengan menggunakan pendidikan dalam arti luas. Melalui Tamansiswa Ki Hajar Dewantara membangun semangat para generasi muda untuk cinta terhadap tanah air.

Konsep pendidikan diusung berdasar pada garis hidup bangsa yang ditujukan untuk keperluan kehidupan dan mengangkat derajat hidup bangsa Indonesia.

Walaupun pada masanya banyak sekolah-sekolah Belanda bermunculan, namun Perguruan Tamansiswa bisa menunjukkan kemampuannya dan berhasil mencapai kejayaan. Selain itu, semangatnya untuk mendidik para generasi muda tidak pernah lelah.

Bukti dari keberhasilan itu adalah banyaknya pahlawan Indonesia lahir dari Tamansiswa membantu dalam Perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya itu saja, dari sini juga banyak kader-kader muda bermunculan. Keberhasilan Tamansiswa tidak sepenuhnya hasil kerja keras sang Pelopor. Besarnya kesadaran rakyat terhadap posisinya sebagai bangsa yang terjajah adalah motivasi besar bagi semua kalangan untuk bersatu dan mengalahkan para penjajah.

Hingga saat ini Perguruan Tamansiswa masih saja eksis. Mulai dari taman kanak-kanak, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Masing-masing tingkatan memiliki nama yang berbeda.

Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasarkan sistem Among, atau sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dengan sistem ini, peserta didik mendapat waktu selama 24 jam untuk mendapatkan layanan pendidikan. Sistem ini lebih dikenal dengan semboyan Tut Wuri Handayani.

Untuk mencapai tujuannya, Tamansiswa bekerja sama dengan lingkungan keguruan, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Jika diperhatikan lebih jauh, sistem pendidikan Tamansiswa memiliki ciri yakni memperhatikan kodrat alam, kebudayaan, kemerdekaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Tujuan utama dari pendidikan Tamansiswa adalah membangun adak didik menjadi manusia yang beriman yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Perguruan Tamansiswa yang utama berada di Jogja dan lebih dikenal dengan nama Pendopo Tamansiswa. Pendopo ini berdiri pada tahun 1938. Walaupun usianya yang sudah tua namun bangunan ini masih sangat gagah.

Dan ternyata hingga saat ini masih banyak siswa-siswi Tamansiswa yang menggunakan gedung ini untuk berlatih kegiatan menari, teater, dan drama. Gedung tersebut juga digunakan untuk pertemuan, diskusi tentang kebudayaan dan pendidikan oleh berbagai kalangan.

Tidak hanya para siswa siswi saja, tidak sedikit juga para wisatawan mampir ke Pendopo Tamansiswa ini untuk berwisata sambil belajar tentang sejarah pendidikan Indonesia atau hanya sekedar berfoto dengan patung Ki Hajar Dewantara yang berada didepan Pendopo Tamansiswa.

Jika kalian mau berkunjung kesini, Pendopo Tamansiswa berada di Kompleks Pendopo Agung Tamansiswa, Mergangsan, Yogyakarta.

Taman Siswa adalah organisasi pergerakan nasional dalam bidang pendidikan dengan tujuan “Mewujudkan Masyarakat Yang Tata Tentrem Tertib Damai” / “mengembangkan Edukasi Kebudayaan” yang merupakan senjata ampuh dalam menghadapi dominasi Pemerintah Kolonial Belanda.

Sekolah Taman Siswa dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan paham ideologi, yaitu nasionalisme kebudayaan, menyampaikan perkembangan politik, dan juga digunakan untuk mendidik calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang yang mempunyai wawasan kebangsaan luas. Dalam hal ini, sekolah merupakan alat untuk meninggikan derajat rakyat melalui pengajaran.

Ki hajar Dewantoro merumuskan asas-asas pengajaran nasional selama masa pembuangannya di Belanda (1913-1919). pendidikan / kepemimpinan yang dikembangkannya adalah “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” (Di depan dapat memberikan contoh, di tengah dapat mendorong dan bekerjasama, dan di belakang dapat mendorong untuk maju ke depan).

Sekolah-sekolah yang didirikan Taman Siswa adalah : 1. Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) 2. Taman Muda (Sekolah Dasar) 3. Taman Dewasa (Sekolah Menengah Pertama) 4. Taman Madya (Sekolah Menengah Atas) 5. Taman Karya Madya Teknik (Sekolah Menengah Kejuruan)

6. Taman Sarjana Wiyata (Universitas)

Tamansiswa berkembang dengan pesat karena sifatnya yang merakyat. Perkembangan yang pesat tersebut menyebabkan Pemerintah Kolonial Belanda khawatir sehingga pada tahun 1932 dikeluarkanlah UU Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie). Dengan undang-undang tersebut maka Tamansiswa harus bubar karena sekolah yang boleh berdiri sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Undang-undang tersebut menimbulkan perlawanan kaum pergerakan nasional karena dianggap sangat merugikan. Mereka lalu berdiri di belakang Tamansiswa. Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya mencabut undang-undang tersebut pada tahun 1932 karena membuat situasi Hindia Belanda / Indonesia tidak kondusif. Tamansiswa diijinkan terus berkiprah di bidangnya dan perguruan atau organisasi ini hingga sekarang masih eksis serta meneruskan perjuangan pendirinya Ki Hajar Dewantara. Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Pemerintah RI menetapkan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantoro, yaitu tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional sedangkan asas pendidikan Tut Wuri Handayani sebagai semboyan Departemen Pendidikan Nasional.

Artikel Ini dikutip Dari Kanal Jogja 

malahayati.ac.id via Tribun Kaltim

Ki Hajar Dewantara

Nationalgeographic.co.id - Hari Pendidikan Nasional berkaitan dengan salah satu pahlawan nasional, Ki Hajar Dewantara. Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hardiknas oleh pemerintah untuk memperingati jasa-jasa Ki Hajar Dewantara pada dunia pendidikan Indonesia. 

Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda.

Untuk mewujudkan agar rakyat Indonesia menjadi bangsa yang terpelajar, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa. Itu menjadi lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Baca Juga : Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari

Hingga saat ini Perguruan Taman Siswa masih berkembang dan berpusat di kota Yogyakarta. Ajaran Ki Hajar Dewantara bagi dunia pendidikan juga terus dilestarikan.

Ada tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara, yaitu:

  • Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.
  • Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan.
  • Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.

Jika disatukan, kalimat itu menjadi “Ing Ngarso Sun Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani.”

Baca Juga : Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku

Ketiganya merupakan peran pendidikan. Ketika berada di depan untuk mengajar, ia mampu memancarkan aura kepemimpinan yang member suri tauladan.

Membagikan keutamaan diri yang bersumber dari pengolahan dan refleksi terus menerus.

Pada saatnya berada di tengah-tengah orang lain, ia mesti mampu menggelorakan semangat demi perubahan yang lebih baik.

Ketika berada di belakang sebagai pengayom/penasehat, ia mampu menggerakkan orang-orang di depannya supaya kehendak tetap menggelora dan keteladanan tetap berjalan.

Artikel ini pernah tayang di intisari.grid.id dengan judul "3 Peninggalan Adiluhung Ki Hajar Dewantara Bagi Dunia Pendidikan Indonesia". Penulis: Ade Sulaeman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA