Kematangan dan keutuhan pribadi kematangan dan keutuhan Akal budi fisik jasmani dan rohani disebut

Berbicara mengenai perkembangan mungkin tidak akan pernah ada habisnya, karena setiap yang hidup pasti mengalami perkembangan. Perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan selalu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.

Dari beberapa tahap-tahap perkembangan akan menghasilkan suatu “kematangan” baik itu kematangan jasmani maupun kematangan mental. Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, yang merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya, serta turut mengatur tingkah laku individu. Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan. Misalnya: Balita bisa berjalan apabila pertumbuhan fisiknya telah siap dan perkembangan mentalnya juga telah siap. Maka akan terjadi kematangan untuk berjalan.

Sedangkan “Belajar” menurut Elizabeth B. Horluck yaitu: “Learning is development that comes from exercise and effot; through learning children acquire competence in using their hereditary resources”. Jadi belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang diperoleh si anak itu terjadi karena belajar, tanpa belajar anak tidak mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.

Adapun kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite atau keuntungan untuk perkembangan, misalnya perkembangan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat bicara. Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan. Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manusia tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsur kematangan dan belajar.

Dalam beberapa toeri-teori yang mempengaruhi perkembangan juga dijelaskan,dalam Teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya kematangan seseorang. Sementara itu, Teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak itu berada dan tumbuh – kembang, termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak. Contoh: perkembangan bakat atau kemampuan seorang anak yang berbakat di bidang musik tidak akan optimal apabila tidak mendapat kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak yang sudah ada atau dibawa sejak lahir akan berkembang optimal apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu diantaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsur kematangan tersebut perkembangan sulit untuk di wujudkan. Dan adanya kematangan juga diperoleh dari belajar, karena dengan belajar seseorang akan lebih matang dalam bidang yang digelutinya. Kematangan dan belajar merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam proses perkembangan manusia. Seperti salah satu isi dari prinsip-prinsip perkembangan, yang menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. *Semoga bermanfaat*

Sumber:

Desmita, 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhibbinsyah, 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Santrock, J. W. 2012. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid I, Jakarta: Erlangga


Lihat Edukasi Selengkapnya

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Kasiram, pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan mengandung makna adanya pemunculan hal yang baru. Pada peristiwa pertumbuhan, dalam pandangan Kasiram, tampak adanya perubahan jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, sedangkan pada peristiwa perkembangan, tampak adanya sifat-sifat yang baru yang berbeda dari sebelumnya. Bisa disimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju arah yang lebih maju dan sempurna.

Pertumbuhan berarti proses perubahan yang berhubungan dengan jasmaniah individu ; sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan yang berhubungan dengan hidup kejiwaan individuyang perubahan-perubahan tersebut biasanya melahirkan tingkaqh laku yang dapat diamati, walaupun tidak bisa diukir seperti yang terjadi pada perubahan jasmani.

Karena itu berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya ; sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampaimanusia mencapai kematangan fisik. Artinya, individu tidak akan bertambah tinggi atau besar, jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai kematangan.

1.1 Perkembangan Perseptual

Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat-alat indera yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke otak.

Dari observasi di lakukan di SD terhadap perkembangan perseptual siswa kelas 6, dapat diketahui bahwa perkembangan perseptual anak mencapai puncak ketajamannya pada saat anak berada di kelas 6. Perkembangan perseptual tidak bias lepas dari persepsi visual atau penglihatan dan persepsi pendengaran. Perkembangan persepsi visual atau penglihatan dan persepsi pendengaran siswa kelas 6 telah mengalami proses penyempurnaan, berikut penjelasan mengenai perkembangan persepsi visual dan pendengaran pada siswa kelas 6 :

1.1.1Persepsi Visual

Persepsi visual adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan. Persepsi ini sangat mengutamakan peran indera penglihatan (mata) dalam proses perseptualnya.

Dalam hal persepsi visual, Siswa kelas 6 telah mampu merekam objek atau benda yang pernah dilihatnya lalu menuangkan kembali dalam bentuk gambar. Siswa juga telah mampu mempersepsikan ukuran, latar dan jarak objek yang digambarnya. Hal ini terlihat saat siswa mendapat tugas membuat poster pada pelajaran seni, siswa telah bisa menggambar sebuah pohon yang berada dikejauhan dengan bentuk kecil dan mempersepsikan pohon itu tetap sebagai pohon yang besar tetapi kelihatan kecil karena jaraknya yang jauh.

1.1.2Persepsi Pendengaran

Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian terhadap suara yang diterima oleh telinga. Pada siswa kelas 6, perkembangan persepsi pendengaran mereka telah berkembang dengan sempurna. Siswa telah mampu merekam kalimat-kalimat yang sering mereka dengar. Seperti saat pelajaran Ilmu pengetahuan sosial, saat guru menyuruh siswa untuk menyebutkan slogan kampanye pasangan capres pada pemilu 2009 maka siswa mampu menjawabnya dengan tepat karena mereka telah sering mendengarnya dari televiss dan kemudian merekamnya dalam ingatan mereka.

Siswa juga telah dapat mempersepsikan perbedaan suara huruf atau kalimat yang mirip dalam hal nada, kekerasan atau cara pengucapan.

Meskipun perkembangan perseptual siswa kelas 6 telah mengalami penajaman dan penghalusan, tetapi permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi dalam perkembangan perseptual sangat mungkin berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya.

1.2Perkembangan Fisik

Secara fisik, anak pada usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri yang perlu dipelajari dan dipahami oleh para guru karena dalam aktivitas-aktivitas anak termasuk aktivitas belajar dan aktivitas mental lainnya, akan banyak dipengaruhi oleh kondisi fisik.

Perkembangan fisik siswa kelas 6 SD Negeri Lidah Wetan IV kondisinya cukup baik, meskipun ada beberapa siswa yang perkembangan fisiknya dibawah rata-rata. Berikut pembahasan tentang aspek perkembangan fisik pada anak:

1.2.1Tinggi dan Berat Badan

Pada siswa kelas 6 terdapat kecenderungan anak perempuan memiliki tinggi badan lebih tinggi dan badan yang lebih besar dibanding dengan anak laki-laki. Hal semacam ini wajar karena anak perempuan mengalami masa pubertas yang lebih cepat dari pada anak laki-laki. Setelah memasuki masa pubertas pertumbuhan anak usia SD cenderung lebih cepat sedangkan sebelum pubertas cenderung lebih lambat.

Selain itu, selama usia SD ini massa dan kekuatan otot anak secara bertahap terus meningkat sehingga kekuatan fisik anak lazimnya meningkat 2 kali lipat. Pelajaran olahraga menjadi sangat penting pada masa ini karena dapat memacu perkembangan fisik yang lebih cepat pada anak. Namun siswa kelas 6 SD Negeri Lidah Wetan IV belum ada siswa yang terlalu menonjol dalam bidang olahraga.

1.2.2Proporsi dan Bentuk Tubuh

Proporsi tubuh anak kelas 6 terlihat telah mendekati keseimbangan, bahkan beberapa anak telah terlihat proporsi tubuhnya seimbang. Dapat dilihat bahwa pada anak kelas 6 bagian tubuh kepala, badan, dan kaki telah mendekati proporsional. Badan anak telah mulai menjadi semakin kekar dan berisi terutama pada anak perempuan yang telah masuk pada masa pubertas.

2. Fase dan Tugas Perkembangan

Satu hal yang pasti, setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Dalam hal ini, kegiatan belajar tidak berarti kegiatan belajar yang bersifat ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal yang idealnya berlaku secara otomatis seperti kegiatan terampil melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal. Selain itu, hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas perkembangan adalah :

1.Adanya kematangan fisik tertentu pada fase tertentu

2.Adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang bsedang berkembang itu sendiri

3.Adanya tuntutan kultural masyarakat

Lima fase perkembangan menurut dari Buhler empat tahapan perkembangan dari Hurlock digunakan sebagai kerangka perkembangan sekaligus sebagai pembanding. Sementara delapan tahapan tahapan menurut Erikson serta enam tahap perkembangan dari Harvigurst bisa dijadikan pedoman, bukan sebagai sesuatu yang mutlak pasti.

Saya akan sedikit memberikan uraian mengenai fase dan tugas perkembangan.

a. Pranatal (sebelum lahir)

Pranatal ini mulai konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.

b. Masa Natal

1) Infancy atau neonatus (dari lahir sampai 14 hari)

Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada masa ini

bayi mengalami masa tenang dan tidak banyak terjadi perubahan.

2) Masa bayi (antara 2 minggu sampai 2 tahun)

Masa ini dimulai pada anak sangat bergantung pada lingkungan dankemudian, karena perkembangan, anak mulai berusaha menjadi lebih independen, hal ini dimungkinkan karena tubuhnya menjadi lebih kuat.

3) Masa Anak (2-10/11 tahun)

Anak berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sehingga ia merasa bagian dari lingkungan yang ada. Penyesuaian sosial dilaksanakan dengan pergaulan dan berbagai pertanyaan.

c. Masa Remaja(11/12-20/21 tahun)

Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju

dewasa.

Masa remaja terbagi lagi dalam masa berikut ini.

1)Praremaja (11/12-13/14)

Masa ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanyasatu tahun. Untuk wanita, 11/12-12/13 tahun; untuk laki-laki12/13-13-14 tahun.

2)Remaja Awal (13/14-17 tahun)

Perubahan fisik terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya.

Pada masa ini anak melakukan pencarian jati diri.

3)Remaja Lanjut (17-20/21)

Pada masa ini remaja biasanya ingin menonjolkan dirinya. Diamempunyai cita-cita yang tinggi, bersemangat, dan mempunyai energi yang besar.

d. Dewasa

Fase dewasa ini terbagi sebagai berikut :

1)Dewasa awal (21-40 tahun)

Tahap ini adalah penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, dan harapan mengembangkan sifat-sifat. Ia diharapkan menikah, mempunyai anak, mengurus keluarga, membuka karir, dan mencapai prestasi.

2)Dewasa menengah (40-60 tahun)

Tahap ini merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali. Masa ini adalah masa mendekati tua. Masa ini adalah masa yang ditakuti oleh sebagian orang. Wanita kehilangan masa reproduksinya pada tahap ini.

Jadi pada setiap individu mempunyai fase dan tugas perkembangan. Pada setiap fase ini memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri, yang membedakan fase satu dengan yang lainnya.

3. Prinsip Perkembangan

Setiap fase atau periode perkembangan saling berkaitan satu sama lain. Dengan tujuan yang terkandung di dalamnya adalh “menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri”.

Bila kita mengamati dua anak pastilah kita akan menemukan perbedaan dalam perkembangan anak-anak itu. Walaupun kita menemukan perbedaan perkembangan yang bersifat individual, kita tetap dapat melihat adanya “hukum” atau cara tertentu bagi perkembangan individu sejenis. Istilah hukum dalam psikologi sebenarnya merupakan kecenderungan atau tendensi (Kartono, 1979)

Dalam ilmu psikologi pada dasarnya menghindari istilah hukum karena berbagai gejala psikis tidak menunjukkan ulangan peristiwa yang mantap dan identik sama dengan peristiwa yang mendahului, melainkan hanya menampakkan adanya kecanderungan. Oleh sebab itu, dalam psikologi lebih sering menggunakan istilah patokan, kaidah aturan, atau prinsip.

Secara spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Bisa pula dikatakan, prinsip perkembangan adalah “patokan generalisasi mengenai sebab akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia”

Secara garis besar, peristiwa perkembangan mempunyai atau mengikuti prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut. Prinsip perkembangan yang pertama adalah perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh besar, namun mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur, koheren dan bekesinambungan. Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi. Proses integrasi artinya ada prinsip totalitas pada anak merupakan prinsip perkembangan yang kedua. Prinsip perkembangan yang ketiga adalah perkembangan dimulai dari respons-respons yang sifatnya umum menuju yang khusus. Prinsip perkembangan yang keempat adalah setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai. Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri merupakan prinsip perkembangan yang kelima. Prinsip perkembangan yang keenam adalah adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan, artinya perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun. Prinsip perkembangan yang ketujuh adalah setiap anak memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak nyaman, kematian dan seterusnya. Prinsip perkembangan yang kedelapan adalah dalam perkembangan terdapat masa peka. Prinsip perkembangan yang terakhiradalah tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir tetapi juga oleh lingkungan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Sudah sejak lama para ilmuwan dan para pemikir memperhatikan tentang seluk beluk kehidupan anak, khususnya dari sudut perkembangannya, untuk mempengaruhi berbagai proses perkembangan.

Menurut John Locke (Alex Sobur, 2009:146) mengemuakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian anak. Pengalaman merupakan proses belajar yang paling baik.

Dengan pengalaman individu dapat mengenal lingkungannya dengan lebih baik. Pengalaman memberikan pelajaran yang berharga, pengalaman lebih dapat dipahami dan dicerna. Pengalaman ini lebih tertanam dalam pikiran individu itu sendiri. Bisa juga menjadi koreksi saat individu itu terjatuh, sebagai rambu-rambu pemikiran yang mengena dan dapat memberikan ketahanan dalam memecahkan masalah secara seksama.

Faktor selanjutnya adalah pendidikan. Pendidikan disini merupakan lembaga formal yang dapat membantu perkembangan anak dengan baik. Pada lembaga ini anak dikembangkan dengan cara yang tersusun rapi dan terkonsep. Pada saat ini lembaga pendidikan menjadi lembaga yang vital bagi masyarakat pada umumnya.

Jadi faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan disini adalah pengalaman dan pendidikan. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan individu.

5. Berbagai Aliran Psikologi dan Implikasinya dalam Pembelajaran


  1. Aliran Nativisme atau Aliran Pembawaan

Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788 – 1860). Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang dilahirkan demikian Para ahli psikologi perkembangan yang menekankan unsur kematangan atau paembawaan mengklaim warisan biologis sebagai unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak. Pada dasarnya individu berkembang dalam cara yang terpola secara genetik, kecuali kalau terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak. Manakala pembawaan itu baik maka baik pula, baik pula pembawaan itu kelak. Begitu pula sebaliknya, apabila anak itu pembawaannya buruk, buruk pula pada masa dewasanya. Oleh sebab itu, menurut aliran ini pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.


  1. Aliran Empirisme atau Aliran Lingkungan

Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran nativisme dengan tokoh utama John Locke. Nama asli aliran ini “The Shcool of British Empirism” (aliran empirisme Inggris)Para ahli yang mengutamakan unsur pengalaman atau lingkungan. Pada intinya aliran empirisme menguraikan bahwa perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya. Dasar pikiran yang digunakan adalah bahwa pada aktu dilahirkan, anak dalam keadaan putih bersih, seperti kertas putih yang belum ditulis, sehingga bisa ditulis menurut kehendak penulisnya.


  1. Aliran Konvergensi atau Aliran Persesuaian

Tokoh aliran ini yaitu Louis William Stern (1871 – 1938). Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan manusia. Dengan pengertian di atas dapat ditemukan hubungan antara faktor lingkungan dan faktor keturunan (konstitusi). Faktor lingkungan dan faktor keturunan menjadi sumber munculnya tingkah laku sehingga kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Aliran psikologi ini didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Aliran ini sangat menekankan pada lingkungan sebagai aspek yang sangat berpengaruh dalam perkembangan manusia.

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ; pertama perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan. Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga merupakan implikasi yang kedua. Implikasi yang ketiga, metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu. Implikasi yang keempat, tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial. Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. Implikasi yang ketujuh adalah mengefektifkan belajar, dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan. Yang terakhir kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci.

Pada aliran ini perkembangan kognitif ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif yang anak dengan lingkungan. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, Memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide menggunakan pola-pola berfikir formal. Untuk mempermudah penerapanya kita dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut. Pertama adalah Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Yang kedua tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan. Yang ketiga, bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator. Yang terakhir, mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-pengetahuanterpadu. Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanan.

6. Humanisme

Aliran Humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangankualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik. Kedua, motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui.Ketiga, metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial. Keempat, tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain. Kelima, bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu. Keenam, untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik. Yang terakhir, kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan

7. Gestalt

Aliran ini didirikan oleh Max Wertheimerpada tahun 1912 dan kemudian dikembangakan oleh Kurt Koffka dan Wolgang Kohler ini mengkritik teori-teori psikologi yang berlaku di Jermansebelumnya, terutama teori srukturalisme dari Wilhem Wundt karena terlalu mengutamakan elemen. Menurut teori ini persepsi manusia terjadi secara menyeluruh, sekaligus dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong-sepotong.

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Kedua, pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. Ketiga, perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. Keempat, prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Yang terahir, transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

8. Kontruvisme

Aliran psikologi ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks. Siswa harus berusaha memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan menggunakan ide-ide.

Implikasinya dalam pembelajaran adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa tetapi juga mendorong siswa agar dapat menerapkan ide-idenya sendiri. Semakin baik cara memotifasi guru terhadap siswanya maka akan semakin bersemangatlah siswa mengembangkan ide-idenya sendiri. Setelah itu diharapkan siswa dapat lebih kreatif dalam mencari informasi yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan cara pemecahan masalah akan lebih variatif karena satu siswa dengan siswa lainnya.

9. Asosiasi

Aliran asosiasi merupakan pengembangan dari empirisme pada masa Renaisans yang menguatkan studi tentang manusia. Aliran asosiasi merupakan bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah ‘asosiasi ide.’ Aliran ini masih merupakan pendapat-pendapat beberapa tokoh mengenai manusia dan jiwa manusia. Awal mula munculnya aliran asosiasi yaitu berawal dari pemikiran tentang hukum-hukum asosiasi misalnya contiguity dan similarity (John Locke, George Berkeley, David Hume) dan cause-effect (David Hume) oleh penganut paham empirisme.

Awal mula berkembangnya aliran asosiasi yaitu dipelopori oleh James Mill yang pendapatnya disetujui oleh John Locke. James Mill berpendapat jiwa manusia diibaratkan sebagai mental chemistry. Uraiannya yang terkenal dalam hubungan ini adalah mengenai ide (idea) dikatakannya bahwa unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia (human mind) ialah simple idea. James Mill berpendapat bahwa simple idea bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh. Sebab apabila simple idea yang satu bergabung dengan simple idea yang lain akan terbentuk apa yang disebut complex idea. Kemudian, apabila complex idea yang satu bergabung dengan complex idea yang lain akan terbentuk apa yang disebutnya compound idea (gabungan ide). Tergabungnya simple idea yang satu dengan simple idea yang lain hanya mungkin terjadi oleh adanya asosiasi.


Lihat Edukasi Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA