Jelaskan tahap deskriptif dalam melakukan kritik karya seni musik

Setelah kamu memiliki pemahaman tentang langkah-langkah dan penulisan kritik musik maka muncul pertanyaan selanjutnya: bagaimana kritik musik itu dikomunikasikan? Ya! Kritik musik tersebut dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Secara tertulis, kritik musik sebaiknya memiliki sistematika penulisan yang mencakup: Pendahuluan – Deskripsi – Analisis – Interpretasi – dan, Evaluasi sebagai bahan Kesimpulan. Bagaimana kamu melakukan tahapan-tahapan itu dalam tulisan? Mari awali dengan mengunjungi suatu pertunjukan atau konser musik. Perlu diingat bahwa musik yang akan dimainkan dalam pertunjukan atau konser tersebut harus benar-benar kamu pahami dengan baik. Kemudian, buatlah catatan-catatan tentang pertunjukan musik itu yang kamu pandang penting. Setelah itu, buatlah laporan tulisan yang terdiri dari:

1.Pendahuluan 

Pada bagian pedahuluan ini kemukakan latar belakang kritik yang berhubungan dengan pengalaman yang kamu peroleh setelah menyaksikan suatu konser musik. Dalam konser musik itu, kamu berperan sebagai pendengar, bukan pemain. Genre musik dalam konser itu sebaiknya merupakan genre musik yang kamu pahami dengan baik.

2.Deskripsi

Pada bagian deskripsi ini tuliskan seluruh informasi tentang penyelenggaraan pertunjukan atau konser musik itu. Misalnya, tuliskan tanggal, waktu, dan lokasi pertunjukan, siapa pemain musiknya, apa yang kamu saksikan dalam pertunjukan itu, jenis atau genre musik apa yang dimainkan, kondisi akustik ruang pertunjukan, tata panggung, dan sebagainya yang dapat kamu amati secara konkrit.


3.Analisis Pada bagian Analisis fokuskan pada musik yang dimainkan. Kamu amati bagaimana cara pemain musik memainkan karya-karya musik atau lagu mereka, seperti kemampuan musikal masing-masing pemain dalam memainkan musik, mengekspresikan musik, menginterpretasikan musik, keharmonisan dan keseimbangan permainan musik, pengkalimatan (phrasing) lagu, intonasi, dan lain-lain.

4.Interpretasi

Pada bagian Interpretasi kamu harus dapat memaknai musik atau lagu yang dimainkan dalam pertunjukan musik tersebut. Pemaknaan musik yang dimainkan dalam pertunjukan yang kamu saksikan tidak dapat terjadi apabila kamu tidak memiliki pemahaman yang cukup dalam tentang musik, pencipta, nilai-nilai estetik, dan pemahaman budaya yang terjadi ketika karya musik dihasilkan. Dalam bagian ini, kamu dituntut untuk memiliki beragam referensi yang diperoleh dari beragam sumber untuk melengkapi pengetahuan yang kamu miliki sebagai upaya untuk mengungkapkan makna dari musik yang dimainkan.

5.Evaluasi

Pada bagian Evaluasi kamu baru dapat memberi penilaian terhadap pertunjukan atau konser musik yang kamu saksikan. Namun, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, penilaian yang kamu tuliskan pada bagian ini bukan berupa penilaian-penilaian pribadi atau subjektif, tetapi dilandaskan pada analisis dan interpretasi yang telah kamu lakukan dalam tahap sebelumnya. Pahami kelima cara mengkomunikasikan kritik musik melalui tulisan di atas. Kemudian, buatlah suatu laporan kritik musik yang mencakup kelima cara tersebut. Sumber : Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

Page 2

Setelah sebelumnya MaoliOka menuliskan tentang Kritik Musik Pedagogik, kali ini Maolioka ingin berbagi kembali tentang bagaimana langkah - langkah dan peulisan kritik musik supaya bisa membangun musik menjadi lebih maju dan maju lagi. Sebagai gambaran awal bahwa kritik itu dapat terungkap lewat cara-cara, seperti berikut: 1. Kritik hendaknya disusun dengan kata-kata yang sopan dan terarah.2. Kritik hendaknya tidak disusun secara emosional.3. Kritik yang baik adalah memberikan jalan keluar mengatasi kekurangan dan kelemahan karya seni memuju perbaikan dan kepuasan.4. Ungkapan kritik hendaknya menjadi dasar analisis suatu karya seni.5. Dan bagaimana kritik pedagogik dilakukan dalam pembelajaran musik di tempat belajar musik? Pada hakikatnya, aktivitas kritik seni berhubungan dengan aktivitas musik yang dilakukan secara konkrit. Berdasarkan teori kritik yang dikemukakan oleh Feldman (1967), sebagaimana dikutip oleh Bangun (2001), dalam teori kritik seni dikenal empat tahap kegiatan, yaitu: deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi atau penilaian. Untuk dapat mengemukakan kritik berdasarkan keempat tahap atau langkah itu, terlebih dahulu kita bahas dulu masing-masing pengertiannya.


Tahap deskripsi, mengacu pada suatu proses pengumpulan data yang secara langsung diperoleh oleh kritikus. Dalam tahap ini, kritikus hanya mengemukakan hasil pengamatannya terhadap suatu objek, yaitu musik atau pertunjukan musik. Penilaian ‘bagus’ atau ‘tidak bagus’; ‘benar’ atau ‘salah’ tidak masuk dalam tahap ini. Misalnya, mengemukakan pengamatan kritikus terhadap permainan musik pemusik baru yang sama - sama sedang belajar dan mengemukakan bagaimana cara mengekspresikan musik yang ia mainkan. Dalam tahap ini orang yang baru beajar musik yang memberi kritik tidak mengatakan bahwa permainan musik tidak ekspresif atau kurang bagus. Perhatikan contoh kritik musik dalam tahap deskripsi berikut ini.

"Kriteria utama musik pop adalah mudah dipahami sehingga harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kebanyakan masyarakat. Musik pop ini harus mampu menawarkan aspek identifikasi para penggemar dengan idolanya sehingga faktor non musikal tidak kalah penting, malah lebih penting (kasus terbaik adalah Madonna, sebab musiknya sendiri sangat polos dan tanpa makna apa pun, kemampuan vokal amat terbatas tetapi cara penampilan cara mempresentasikan diri sangat profesional dan menutup segala yang lain).

 Pada sisi instrumentasinya semula menggunakan gitar, bas, drum set, vokal. Kemudian diperluas dengan keyboards, dan sebagainya. Akhirnya, tidak ada instrumentasi yang khas pada musik pop. Bisa saja penyanyi pop diiringi oleh orkes simfoni. Itu hanya aspek kuantitatif, bukan kualitatif.
 


Bahkan zaman sekarang ini kebanyakan permainan alat musik diganti dan diprogram dengan computer karena lebih murah dan lebih mudah untuk prinsip standarisasi.
 
Yang masih perlu ditambahkan di sini adalah liriknya. Teks suatu lagu pop hampir 100% berkaitan dengan cinta dalam segala aspek. Dengan demikian, kenyataan ini cenderung memenuhi pemikiran, mimpi, khayalan kebanyakan remaja yang menganutnya" Tahap analisis formal, mengacu pada suatu proses analisis yang dilakukan oleh pemusik baru yang memberi kritik atau kritikus terhadap musik yang dimainkan. Dalam tahap ini, kritikus mengemukakan hasil analisisnya tentang bunyi yang dihasilkan, baik nada, ritme, harmonisasi akor, dinamika, atau warna suara dari musik atau lagu yang dimainkan. Dengan kata lain, tahap analisis formal ini lebih menekankan pada elemen-elemen musik yang dimainkan.
Perhatikan contoh kritik musik dalam tahap analisis formal:

Nyak Ina Raseuki (Ubiet): Remember Maninjau
 


Dampak dari pengembangan tersebut tidak menghilangkan gaya pop pada lagu tersebut karena Ubiet tidak melakukan perubahan atau pengembangan secara utuh pada melodi dasar, tetapi hanya mengimprovisasi bagian awal, tengah, dan akhir lagu. 

Bagian untuk improvisasi yang dilakukan Ubiet sepertinya telah dipersiapkan sebelumnya oleh Dotty Nugroho sebagai pencipta lagu. Sebagai penyanyi atau pesuara, Ubiet menginterpretasikan rancangan Dotty tersebut dengan gaya nyanyi berornamennya yang menyebabkan lagu ini terdengar seperti perpaduan gaya pop dan etnik Minang.
 


Improvisasi yang dilakukan Ubiet menyebabkan lagu tersebut berbentuk: improvisasi 1 – A – improvisasi 2 – B – improvisasi 3 – A’ – improvisasi 4 – B’ – Coda. Ubiet tidak sekedar melakukan perubahanperubahan pada lagu yang akan direproduksi, tetapi mendiskusikan terlebih dahulu dengan pengiring musiknya. Fenomena ini memperlihatkan pengetahuannya yang diperoleh melalui model analitik. Pada bagian improvisasi, yaitu bar 1 – 14 (sampai hitungan ke-2), bar 30 – 34, bar 51 – 59 (sampai hitungan ke-2), dan bar 74 (pada hitungan ke-3) – 80, Ubiet seolah-olah mengimitasi bunyi instrumen tradisional Minangkabau, saluang. 

Dalam suatu artikel dituliskan tentang gaya Ubiet dalam menyanyikan lagu tersebut bahwa, “lagu ini tidak hanya mengingatkan pendengar pada “ranah Minang”, tetapi juga suara saluang”. Namun dalam artikel itu pula Ubiet menegaskan bahwa ia tidak meniru suara saluang, tetapi mengolah atau memanipulasi bunyi saluang secara kreatif. 

Ubiet menjelaskan tentang hal tersebut, “..., kalau hanya meniru tanpa memanipulasinya secara kreatif, kita sebenarnya tidak melakukan apaapa”.
 


Sumber: Susi Gustina, 2012 Tahap interpretasi, mengacu pada suatu proses ketika kritikus memaknai musik berdasarkan pemahaman dan analisis yang telah dilakukannya dengan teliti. Menurut Bangun (2011), tahap ini juga tidak bertujuan untuk menilai musik yang diamati. Perhatikan contoh tahap interpretasi dalam kritik musik:

Realitas Pop yang ArtifisialHugh Mackay, pada bab Introduction, dalam bukunya tentang kajian gaya hidup dan budaya pop yang cukup berpengaruh (berjudul Consumption and Everyday Life), menjelaskan setidaknya ada tiga hal yang bisa kita jadikan sebagai ciri atau penanda bagi redefinisi budaya pop dan maknanya dalam kehidupan sehari-hari, yakni: waste/use up (apa yang masih ngetren atau apa yang sudah nggak musim), pleasure (sejauh mana lagu pop cukup asyik dinikmati), everyday practice (kaitan dengan pengalaman hidup seharihari. Misalnya lirik lagu SMS-nya Trio Macan yang akrab dengan gejala SMS-mania di kalangan anak muda) dan faktor lain yang cukup terkait, yakni related to our identity (warna musik atau makna lirik yang dianggap mewakili citra dan hasrat seseorang secara personal).


Karena itu eksistensi musik pop tak bisa dipisahkan dari gaya hidup dan fashion, sebagai ‘habitat alami’nya. Bahkan keberadaan dua unsur lain itu, gaya hidup dan fashion, akhirnya menjadi satu bagian tak terpisahkan (istilah ngepopnya satu paket) sebagai sebuah produk kultur modernisme, dengan segenap bentuk komodifikasinya, yang di era cybernetrik ini justru semakin menjadi-jadi.
Sumber: Heru Emka, 2006 Tahap evaluasi, mengacu pada suatu proses ketika kritikus menyatakan pandangan atau kritiknya terhadap musik yang dimainkan. Pada tahap ini lah kritikus memberi penilaian. Namun, penilaian yang diberikan oleh seorang kritikus bukan penilaian subjektif yang tidak berdasar, tetapi penilaian yang dilatarbelakangi oleh pemahaman mendalam terhadap musik, kemampuan menganalisis musik, dan kemampuan memaknai musik yang dimainkan. Inti dalam tahap ini adalah ‘baik’ atau ‘buruk’, ‘benar’ atau ‘salah’, atau ‘berhasil’ atau ‘gagal’. Penilaian terhadap ‘baik’, ‘benar’, atau ‘berhasil’ berhubungan dengan penilaian-penilaian positif yang ditemukan kritikus, sedangkan penilaian terhadap ‘buruk’, ‘salah’, atau ‘gagal’ berhubungan dengan penilaianpenilaian negatif. Apa pun bentuk penilaian itu, positif atau negatif, memiliki tujuan yang baik dalam pembelajaran musik di sekolah, yaitu memotivasi serta mendukung potensi dan pengetahuan siswa dalam bidang musik. Perhatikan kritik musik dalam tahap evaluasi berikut:

Bahwa gamelan itu asosiasinya Indonesia, sekalipun Thailand dan Filipina juga mempunyainya, tidak demikian halnya dengan karya-karya yang diilhami Indonesia tapi dengan instrumentasi nongamelan. Debussy, Britten, de Leeuw, Poulenc, Schaat, dll, pada karya-karyanya tertentu sering membingungkan mereka yang suka mengkais-kais mencari sumbernya. 

Karena itu sikap tegas Jurrien Sligter dalam memilih karyakarya yang disuguhkannya, sangat penting artinya bagi festival ini: bahwa Indonesia lebih ke masalah batin ketimbang sekadar wujud.
Sumber: Slamet A. Sjukur, 2006

Demikian tentang langkah - langkah dan Penulisan Kritik Musik, semoga bermanfaat.

Simak juga tentang Tips Cara Pembuatan Pertunjukan Musik.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA