Jelaskan perjuangan para pemuda dalam mendorong kebangkitan Nasional 1908

Sejarah () 20 Mei 2016 09:46:05 WIB

Kebangkitan Nasional adalah Masa di mana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-Tokoh

Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu :

dan Lain-Lain

Asal usul Kebangkitan Nasional

Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Pada tahun itu juga Haji Samanhudimendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.

Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.

Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda danBangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

Saat ini, tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Peranan pemuda dalam pergerakan nasional Indonesia pada thun 1908-1928 merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan oleh pemuda dalam organisasi-organisasi gerakan pemuda pada masa pergerakan nasional dengan tujuan untuk memperbaiki dan mensejahterakan kehidupan bangsa Indonesia. Aktivitas yang dilakukan adalah mendidik dan memimpin untuk menciptakan serta membangkitkan kesadaran nasionalisme Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan dalam penelitian ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Manfaat dari penelitian ini adalah bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam proses penelitian ini, bagi mahasiswa calon guru sejarah, dapat menambah pengetahuan dan penguasaan materi sejarah nasional yang berkaitan dengan peranan pemuda dalam pergerakan nasional Indonesia tahun 1908-1928, bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan wawasan tentang peranan pemuda dalam pergerakan nasional Indonesia dan dapat meneladani nilai – nilai perjuangan para pemuda dalam melawan kolonialisme, serta bagi FKIP Universitas Jember, dapat memberikan informasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan sebagai wujud nyata dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan tinggi.Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah dengan pendekatan sejarah psikology, teori funsionalisme struktural dan teori nasionalisme, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap Heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika pergerakan pemuda diawali dengan latar belakang lahirnya pergerakan pemuda dipandang dari aspek pendidikan, politik, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Organisasi-organisasi gerakan pemuda yang berbasis sosial budaya dan dilanjutkan oleh organisasi-organisasi pemuda lainnya yang bersifat kedaerahan dengan tujuan untuk mempererat dan meningkatkan hubungan antara sesama pelajar-pelajar yang berasal dari daerah masing-masing. Tokoh-tokoh pemuda memberikan peranannya dalam gerakan pemuda khususnya pada masa pergerakan nasional dibawah pemerintahan kolonial Belanda tahun 1908-1928. Kesimpulan yang dapat diambil secara garis besar dalam penelitian ini adalah Pergerakan pemuda lahir dan berkembang karena terpengaruh adanya aktivitas dari organisasi-organisasi sosial yang sudah berdiri sebelumnya. Pemuda membentuk suatu organisasi berawal dari ruang lingkup kedaerahan dan aktivitasnya yang masih terbatas pada kegiatan-kegiatan bersifat kelompok belajar. Dinamika pergerakan pemuda selama masa pergerakan nasional dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang aspek pendidikan, politik, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Berdasakan hasil penelitian ini, maka saran yang penulis kemukakan yaitu: bagi pembaca, sebagai bangsa yang besar harus menghargai jasa para pahlawan sebaiknya nilai-nilai perjuangan dapat kita ambil sebagai suri tauladan. Selain itu kita dapat melestarikan sejarah lokal di Indonesia sehingga semakin memperkaya khasanah perjuangan di daerah sendiri dan menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia; bagi mahasiswa calon guru, diharapkan dapat dijadikan sumber belajar yang memberikan keterangan lengkap mengenai peran pemuda dalam pergerakan nasional; bagi pemuda, diharapkan dapat mencontoh sikap, kegigihan, semangat kebangsaan dari pemuda-pemuda pada masa pergerakan nasional dan dapat melestarikan kebudayaan milik bangsa Indonesia.

Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara [kini Indonesia], ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia".[1] Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Budi Utomo [20 Mei 1908] dan ikrar Sumpah Pemuda [28 Oktober 1928].[2]

Untuk mengejar keuntungan ekonomi dan menguasai administrasi wilayah, Belanda menerapkan sistem pemerintahan kolonial pada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kesamaan identitas politik. Pada awal abad ke-20, Belanda menetapkan batas-batas teritorial di Hindia Belanda, yang menjadi cikal bakal Indonesia modern.

Pada paruh pertama abad ke-20, muncul sejumlah organisasi kepemimpinan yang baru. Melalui kebijakan Politik Etis, Belanda membantu menciptakan sekelompok orang Indonesia yang terpelajar. Perubahan yang mendalam pada orang-orang Indonesia ini sering disebut sebagai "Kebangkitan Nasional Indonesia". Peristiwa ini bersamaan dengan peningkatan aktivitas politik hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.[1]

Kebangkitan nasional juga disebabkan oleh masuknya perkembangan pikiran dari kaum muda.

Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni [1] penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan; [2] kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit; dan [3] munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan. Sedangkan faktor eksternalnya yakni [1] timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme; [2] munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme; dan [3] kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.[3]

Pendidikan

Siswa sekolah pertanian di Tegalgondo, Jawa Tengah, sekitar tahun 1900–1940.

Pada awal abad ke-20, orang Indonesia yang mengenyam pendidikan tingkat menengah hampir tidak ada dan sejak saat itu, Politik Etis memungkinkan perluasan kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk asli Indonesia.[4] Pada tahun 1925, fokus pemerintah kolonial bergeser ke penyediaan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun.

Pada tahun 1940, lebih dari 2 juta siswa telah bersekolah sehingga tingkat melek huruf meningkat menjadi 6,3 persen yang tercatat dalam sensus tahun 1930. Pendidikan menengah Belanda membuka cakrawala dan peluang baru, dan sangat diminati oleh orang-orang Indonesia.[4]

Pada tahun 1940, antara 65.000 hingga 80.000 siswa Indonesia bersekolah di sekolah dasar Belanda atau sekolah dasar yang didukung Belanda, atau setara dengan 1 persen dari kelompok usia yang sesuai. Di sekitar waktu yang sama, ada 7.000 siswa Indonesia di sekolah menengah menengah Belanda. Sebagian besar siswa sekolah menengah bersekolah di MULO.[4]

Meskipun jumlah siswa yang terdaftar relatif sedikit dibandingkan dengan total kelompok usia sekolah, pendidikan menengah Belanda memiliki kualitas tinggi dan sejak tahun 1920-an mulai menghasilkan elit Indonesia terdidik yang baru.

Lihat pula: Sumpah Pemuda

Delegasi yang hadir pada Sumpah Pemuda, yang menyepakati kerangka kerja Indonesia, terutama bahasa nasional yang sama. Anggota Partai Nasional Indonesia, salah satu organisasi utama yang pro-kemerdekaan.

Penerapan Politik Etis pada bidang pendidikan tidak memberikan kesempatan pendidikan yang luas kepada penduduk Hindia Belanda, tetapi hanya memberikan pendidikan Belanda untuk anak-anak elit pribumi. Sebagian besar pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan tenaga kerja klerikal untuk birokrasi kolonial yang sedang tumbuh. Meskipun demikian, pendidikan Barat membawa serta ide-ide politik Barat tentang kebebasan dan demokrasi. Selama dekade 1920-an dan 30-an, kelompok elit hasil pendidikan ini mulai menyuarakan kebangkitan anti-kolonialisme dan kesadaran nasional.

Pada periode ini, partai politik Indonesia mulai bermunculan. Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dinilai sebagai awal gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun, penetapan waktu tersebut masih mengundang diskusi yang menimbulkan polemik.[5][6] Dasar pemilihan Budi Utomo sebagai pelopor kebangkitan nasional dipertanyakan lantaran keanggotaan Budi Utomo masih sebatas etnis dan teritorial Jawa. Kebangkitan nasional dianggap lebih terwakili oleh Sarekat Islam, yang mempunyai anggota di seluruh Hindia Belanda.[7][8]

Pada tahun 1912, Ernest Douwes Dekker bersama Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan Indische Partij [Partai Hindia].[9] Pada tahun itu juga, Sarekat Dagang Islam yang didirikan Haji Samanhudi bertransformasi dari koperasi pedagang batik menjadi organisasi politik.[10] Selain itu, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, organisasi yang bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.[11]

Pada November 1913, Suwardi Suryaningrat membentuk Komite Boemi Poetera. Komite tersebut melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjahan Prancis, tetapi dengan pesta perayaan yang biayanya berasal dari negeri jajahannya. Ia pun menulis "Als ik eens Nederlander was" ["Seandainya aku seorang Belanda"] yang dimuat dalam surat kabar de Expresm milik Douwes Dekker. Karena tulisan inilah Suwardi Suryaningrat dihukum buang oleh pemerintah kolonial Belanda.[12]

Sementara itu, Partai Komunis Indonesia [PKI], yang dibentuk pada tahun 1920, adalah partai yang memperjuangkan kemerdekaan yang sepenuhnya diinspirasi oleh politik Eropa. Pada tahun 1926, PKI mencoba melakukan revolusi melalui pemberontakan yang membuat panik Belanda, yang kemudian menangkap dan mengasingkan ribuan kaum komunis sehingga secara efektif menetralkan PKI selama sisa masa pendudukan Belanda.

Pada 4 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclub memprakarsai berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia sebagai partai politik baru. Pada Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partai Nasional Indonesia. Menurut sejarawan M.C. Ricklefs, ini merupakan partai politik penting pertama yang beranggotakan etnis Indonesia, semata-mata mencita-citakan kemerdekaan politik.[13]

Pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda mendeklarasikan Sumpah Pemuda, yang menetapkan tujuan nasionalis: "satu tumpah darah — Indonesia, satu bangsa — Indonesia, dan satu bahasa — Indonesia".

Kebebasan politik di bawah Belanda cukup dibatasi. Walaupun tujuan Belanda untuk "membudayakan" dan "memodernisasi" masyarakat Hindia Belanda terkadang memberi toleransi terhadap organisasi dan publikasi media dari orang Indonesia asli, Belanda juga sangat membatasi konten dari aktivitas-aktivitas ini.

Seperti terhadap banyak pemimpin sebelumnya, pemerintah Belanda menangkap Sukarno pada tahun 1929[14] serta melarang PNI. Pemerintah kolonial Belanda menekan banyak organisasi berbasis nasionalisme dan memenjarakan sejumlah pemimpin politik. Meskipun Belanda tidak dapat sepenuhnya membungkam suara-suara lokal yang menuntut perubahan, mereka berhasil mencegah agitasi secara luas. Walaupun sentimen nasionalisme tetap tinggi pada tahun 1930-an, gerakan-gerakan nyata untuk memperjuangkan kemerdekaan tetap tertahan. Pada akhirnya, Perang Dunia II membuat berbagai perubahan dramatis pada kekuatan politik dunia yang juga memengaruhi Hindia Belanda.

Seiring dengan Perang Dunia II, nasib politik Hindia Belanda menjadi tidak jelas. Sebagai penguasa, Belanda mendapati negara mereka diduduki oleh Jerman Nazi pada Mei 1940. Dengan didudukinya negara mereka oleh pihak asing, Belanda berada dalam posisi yang lemah untuk mempertahankan kekuasaan mereka di Hindia Belanda. Namun, pemerintah kolonial bertekad untuk melanjutkan kekuasaannya atas Nusantara.

Pada awal 1942, Kekaisaran Jepang menginvasi Hindia Belanda. Belanda hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mempertahankan koloninya dari tentara Kekaisaran Jepang dan pasukan Belanda dikalahkan dalam waktu sebulan—yang mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda di Nusantara. Masa pendudukan Jepang di Nusantara selama tiga tahun berikutnya membawa begitu banyak perubahan sehingga Revolusi Nasional Indonesia dimungkinkan.[15]

Setelah Jepang menyerah kepada Blok Sekutu pada tahun 1945, Belanda berusaha untuk melanjutkan kendali kolonial mereka atas Hindia Belanda. Untuk tujuan ini, Belanda memperoleh dukungan militer dari Inggris sehingga terjadi pertempuran berdarah di Jawa untuk memulihkan kekuasaan Belanda. Meskipun mengalami kerugian besar, kaum nasionalis Indonesia tidak bisa dihalangi. Pada tahun 1945, gagasan tentang "Indonesia" tampaknya tidak dapat ditolak.

Peringatan 20 Tahun Hari Kebangkitan Nasional di Yogyakarta, 20 Mei 1948
Wikisource memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:

Pembaharuan Keputusan Presiden Indonesia No. 316 tahun 1959

Sejak 1959, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, disingkat Harkitnas, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

  • Monumen Kebangkitan Nasional di Solo

  • Logo Kebangkitan Nasional Ke 100 Tahun

  • Prangko peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional

  • Prangko peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional

  1. ^ a b Ricklefs [1991], hlm. 163-164.
  2. ^ Hannigan 2015, hlm. 176.
  3. ^ "Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional". Kompas. 11 Februari 2020.  Parameter |acces date= yang tidak diketahui mengabaikan [|tanggal-akses= yang disarankan] [bantuan]
  4. ^ a b c Reid [1974], hlm. 2-3.
  5. ^ Akira Nagazumi [1989]. Bangkitnya nasionalisme Indonesia: Budi Utomo, 1908-1918. Grafitipers. hlm. v. ISBN 978-979-444-066-7.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  6. ^ "Kebangkitan Nasional". Republika Online. 2015-05-20. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  7. ^ Wildan Sena Utama. "110 Tahun Boedi Oetomo: Bukan Satu-Satunya Pelopor Kebangkitan". tirto.id. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  8. ^ Valina Singka Subekti [2014]. Partai Syarikat Islam Indonesia: Konstestasi Politik hingga Konflik Kekuasaan Elite. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 1–2. ISBN 978-979-461-859-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  9. ^ "Indo yang Jadi Menteri". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  10. ^ M. Fuad Nasar [2017]. Islam dan Muslim di Negara Pancasila. Gre Publishing. hlm. 2–3. ISBN 978-602-7677-24-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  11. ^ M. Nasruddin Anshoriy Ch [2010]. Matahari pembaruan: rekam jejak K.H. Ahmad Dahlan. Galangpress Group. hlm. 56–57. ISBN 978-602-97032-1-4.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  12. ^ Anshoriy,Ch, HM Nasruddin [2008-01-01]. Rekam Jejak ; Dokter Pejuang & Pelopor Kebangkitan Nasional. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-1283-61-8. 
  13. ^ Merle Calvin Ricklefs [2008]. Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Penerbit Serambi. hlm. 392–393. ISBN 978-979-024-115-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  14. ^ Ricklefs [1991], hlm. 185.
  15. ^ Ricklefs [1991], hlm. 199.

  • Hannigan, Tim [2015]. A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation. Tokyo; Vermont: Singapore: TUTTLE Publishing. ISBN 9781462917167.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  • Ricklefs, M.C. [1991]. A Modern History of Indonesia, 2nd edition. MacMillan. chapters 14–15. ISBN 0-333-57690-X. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebangkitan_Nasional_Indonesia&oldid=21251929"

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA