Hukum nun mati tanwin yang terdapat pada ayat berikut ini adalah wa arsala alaihim thairan abaabiil


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by ### on Thu, 04 Aug 2022 09:05:15 +0700 with category B. Arab

Alasan surah Al fiil disebut surah makkiyyah adalah karena surah al fil Alllah turunkan kepada nabi muhammad sebelum nabi muhammad hijrah ke madinah.  

Pembahasan

Berdasarkan waktu turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad, surah Al qur'an terbagi menjadi dua bagian :

  1. Surah Makkiyyah : Surah makkiyyah adalah Surah makkiyyah adalah surah yang Allah turunkan kepada nabi muhammad S.W.A sebelum nabi muhammad hijrah ke madinah
  2. Surah madaniyyah : Surah Madaniyyah adalah surah yang Allah turunkan kepada nabi muhammad S.W.A setelah nabi muhammad hijrah ke madinah

Berikut 20 nama-nama surah makkiyyah berdasarkan urutan turunnya

  1. Surah Al-‘Alaq
  2. Surah Al-Qalam
  3. Surah Al-Muzzammil
  4. Surah Al-Muddatstsir
  5. Surah Al-Faatihah
  6. Surah Al-lahab
  7. Surah At-Takwiir
  8. Surah Al-A’laa
  9. Surah Al-Lail
  10. Surah  Al-Fajr
  11. Surah Adh-Duhaa
  12. Surah Al-insyirah
  13. Surah Al-‘Ashr
  14. Surah Al-‘Aadiyaat
  15. Surah Al-Kautsar
  16. Surah At Takaatsur
  17. Surah Al Maa'uun
  18. Surah Al Kaafiruun
  19. Surah Al Fiil
  20. Surah Al Falaq

Surah Al fil terdiri dari 5 ayat.  Surah Al fil adalah salah satu surah makkiyyah ( surah al qur'an yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad S.A.W. sebelum nabi muhammad hijrah ke madinah). Surah Al fil terletak pada urutan ke 104 dalm mushaf Al qur'an. . Berikut penjelasan lafadz ayat, terjemahan ayat, latin ayat dan hukum tajwid pada surah Al fil

  • Ayat ke 1 : اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ

Latin ayat

a lam tara kaifa fa'ala rabbuka bi`ash haabil fiill

Terjemahan ayat

Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?

Hukum tajwid ayat

  1. Pada  اَلَمْ تَرَ terdapat dua hukum tajwid yaitu idzhar syafawi dan ra tafhim
  2. Pada كَيْفَ terdapat hukum tajwid mad layyin
  3. Pada رَبُّكَ terdapat hukum tajwid ra tafhim
  4. Pada بِاَصْحٰبِ terdapat hukum tajwid mad asli
  5. Pada الْفِيْلِۗ terdapat hukum tajwid yaitu alif lam syamsyiah dan mad 'aridlisukun

  • Ayat ke 2 : اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ

Latin ayat

a lam yaj'al kaidahum fii tadhliil

Terjemahan ayat

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?

Hukum  tajwid

  1. Pada اَلَمْ يَجْعَلْ terdapat dua hukum tajwid yaitu idzhar syafawi dan qalqalah sughra
  2. Pada كَيْدَهُمْ فِيْ terdapat dua hukum tajwid yaitu  mad layyin, idzhar syafawi dan mad asli
  3. Pada  تَضْلِيْلٍۙ terdapat hukum tajwid mad 'aridlisukun

  • Ayat ke 3 : وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ

Latin ayat

wa arsala 'alaihim thairan abaabiil

Terjemahan ayat

dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,

Hukum  tajwid

  1. Pada وَّاَرْسَلَ terdapat hukum tajwid ra tafhim
  2. Pada عَلَيْهِمْ طَيْرًا terdapat dua hukum tajwid yaitu  dua hukum mad layyin dan idzhar syafawi
  3. Pada طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ terdapat hukum tajwid yaitu  idzhar halqi , mad asli dan mad 'aridlisukun

  • Ayat ke 4 : تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ

Latin ayat

tarmiihim bihijaaratim min sijjiil

Terjemahan ayat

yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,

Hukum  tajwid

  1. Pada تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ terdapat lima hukum tajwid yaitu ra tafhim, mad asli, idzhar syafawi, mad asli dan ra tafhim
  2. Pada بِحِجَارَةٍ مِّنْ terdapat hukum tajwid idgham bi ghunna
  3. Pada  مِّنْ سِجِّيْلٍۙ terdapat dua hukum tajwid yaitu ikhfa dan mad 'aridlisukun

  • Ayat ke 5 : فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ

Latin ayat

fa ja'alahum ka'ashfim ma`kuul

Terjemahan ayat

sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Hukum  tajwid

  1. Pada جَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ terdapat hukum tajwid idzhar syafawi
  2. Pada كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ terdapat dua hukum tajwid yaitu idgham bi ghunnah dan mad 'aridlisukun

Pelajari lebih lanjut

  1. Materi tentang urutan turun surah al fiil, di link brainly.co.id/tugas/5422028
  2. Materi tentang jumlah ayat dan asbabun nujul surah Al fil , di link brainly.co.id/tugas/21179466
  3. Materi tentang penjelasan  hukum nun mati atau tanwin pada surah Al fiil, di link brainly.co.id/tugas/21115950
  4. Materi tentang hukum tajwid surah Ali imran ayat 185, di link brainly.co.id/tugas/21180573
  5. Materi tentang hukum tajwid surah Al fiil, di link brainly.co.id/tugas/21113646

=====================================================

Detail jawaban

Kelas : IV

Mata pelajara : Agama islam

Bab :   Al-Qur'an Surah Pendek   

Kode soal : 4.14.6

Kata kunci : Surah Al Fil , hukum tajwid, ilmu tajwid, terjemahan ayat,  Latin ayat,  urutan turunn surah, makkiyyah, madaniyyah

jwb17.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

Ilustrasi buraung dalam Surat Al Fil. Foto: freepik.com/gelpi

Sebagai umat Muslim, pasti sudah tidak asing lagi dengan Surat Al Fil. Surat yang terdiri dari 5 ayat ini sering di baca saat shalat. Salah satu ayat yang cukup terkenal adalah wa arsala alaihim thoiron ababil. Lantas bagaimanakah tafsir ayat tersebut?

Dikutip dari buku Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 karya Dr. ‘Abdhullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh (2004), tafsir Surat Al Fil ayat 3 yaitu:

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

Wa arsala 'alaihim ṭairan abābīl

Artinya, “Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong”

Surat ini merupakan anugrah dari Allah SWT kepada kaum Quraisy dari serangan tantara gajah yang semula bertekat akan merobohkan Kakbah dan meratakannya dengan tanah hingga tidak ada bekas-bekasnya lagi.

Kisah ini berasal dari Raja Abrahah yang menginstruksikan Asyram agar memalingkan peziarah dari kalangan orang-orang Arab untuk mengunjunginya sebagaimana Kakbah di Makkah dikunjungi mereka. Namun orang Arab keturunan Adnan dan Qahtah tidak suka dengan hal tersebut dan orang-orang Quraysy sangat marah akan hal tersebut. Hingga sebagian dari mereka ada yang bertakat membuat kerusuhan.

Kemudian ada pelayannya melaporkan kepada raja Abrahah dan mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya yang melakukan peristiwa tersebut tidak lain dan tidak bukan kaki tangan orang-orang Quraysy. Akibatnya Raja Abrahah marah dan bersumpah untuk menuju benar-benar akan menuju Kakbah di Makkah dan akan meratakannya.

Raja Abraham dan tentaranya yang berjumlah sangat besar membawa gajah yang besarnya tak terpikirkan yang diberi nama Mahmud. Gajah tersebut dijadikan sebagai sarana merobohkan Kakbah dalam waktu singkat.

Ketika dalam perjalalan, raja Abrahah sampai di daerah Al-Magmas (suatu tempat yang terletak tidak jauh dari Makkah), ia turun beristirahat. Sedangkan bala tentaranya merampas semua ternak penduduk Makkah dan sekitarnya atas perintah Abrahah sendiri.

Di antaranya adalah unta sebanyak 200 ekor milik Abdul Muttalib. Dan tersebutlah orang yang diserahi oleh Abrahah untuk memimpin perampasan ternak itu adalah komandan pasukan terdepannya yang dikenal dengan nama Al-Aswad ibnu Maqsud, lalu ia dikecam oleh sebagian bangsa Arab melalui bait-bait syairnya.

Abrahah mengirimkan Hannatah Al-Himyari ke Mekah dan memerintahkan kepadanya supaya kembali membawa orang Quraisy yang paling terhormat. Dan Abrahah menyampaikan kepadanya bahwa “dia datang bukan untuk memerangi kamu, terkecuali jika kamu menghalang-halanginya dari Baitullah”. Maka datanglah Hannatah ke Mekah, lalu ditunjukkan kepadanya rumah Abdul Muttalib ibnu Hasyim.

Ilustrasi burung yang menyerang pasukan gajah dalam Surat Al FIl. Foto: freepik.com/wirestock

Hannatah mengajak Abdul Muttalib untuk menemui raja Abrahah. Ketika Abrahah melihat Abdul Muttalib, ia terkejut melihat penampilan Abdul Muttalib yang tinggi lagi berwibawa dan tampan. Maka ia menghormatinya, dan ia turun dari singgasananya, lalu duduk bersama Abdul Muttalib di hamparan permadani.

Abdul Muttalib bersama dengan segolongan orang-orang terhormat dari kalangan orang-orang Arab menawarkan kepada Abrahah sepertiga dari harta Tihamah dengan syarat Abrahah mengurungkan niatnya dari menghancurkan Ka'bah. Tetapi Abrahah menolak tawaran mereka dan mengembalikan kepada Abdul Muttalib dua ratus ekor untanya.

Abdul Muttalib kembali ke Mekah dan menemui orang-orang Quraisy, lalu memerintahkan kepada mereka agar keluar dari Mekah dan berlindung di atas puncak-puncak bukitnya karena takut akan serangan bala tentara Abrahah.

Pada pagi harinya Abrahah bersiap-siap untuk memasuki kota Makkah, lalu menyiapkan gajahnya yang diberi nama Mahmud dan ia menyiapkan pula bala tentaranya. Setelah semuanya siap, maka mereka mengarahkan gajahnya menuju ke arah Mekah, tetapi sebelum itu Nufail ibnu Habib datang dan berdiri di dekat gajah, lalu berkata, "Hai Mahmud, duduklah kamu dan kembalilah dengan penuh kesadaran menuju ke tempat asal kedatanganmu, karena sesungguhnya engkau berada di negeri Allah yang disucikan," setelah itu melepaskan telinga gajah Mahmud, yang dipeganginya saat ia membisikinya.

Maka gajah itu duduk, dan Nufail lari dengan kencangnya menuju ke daerah perbukitan dan berlindung di puncaknya. Mereka memukuli gajah itu supaya berdiri, akan tetapi gajah itu membangkang dan tidak mau berdiri, bahkan dengan berbagai cara. Kemudian mereka mengarahkannya ke negeri Yaman, dan ternyata tanpa sulit gajah itu bangkit dengan sendirinya, lalu berlari kecil menuju ke arah itu. Kemudian mereka mencoba untuk mengarahkannya ke negeri Syam, dan gajah itu menuruti perintahnya; mereka coba mengarahkannya ke timur, maka gajah itu mengikuti perintah. Tetapi bila diarahkan ke Makkah, gajah itu diam dan duduk.

Dan Allah mengirimkan kepada mereka burung ababil (jumlah besar) dari arah laut yang bentuknya seperti burung walet dan burung balsan. Tiap-tiap ekor membawa tiga buah batu. Satu diparuhnya dan yang dua dipegang oleh masing-masing dari kedua kakinya. Batu itu sebesar kacang humsh dan kacang 'adas. Tiada seorang pun dari mereka yang terkena batu itu melainkan pasti binasa, tetapi tidak seluruhnya terkena batu itu.

Itulah tafsir Surat Al Fil ayat 3 wa arsala alaihim thoiron ababil. Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan Anda tantang sejarah agama Islam. (MZM)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA