174 PRANADJI ET AL. Jur. Ilm. Kel. & Kons.
mendapatkan pembagian LPG dari pemerin-
tah melalui program konversi minyak tanah
ke LPG. Sebagian besar (78,7%) keluarga
contoh yang menggunakan LPG sebagai
bahan bakar memiliki tabung LPG sebanyak
satu buah.
Pembelian LPG biasanya dilakukan di
berbagai tempat yaitu warung, supermarket,
agen atau pun pom bensin. Seluruh ibu
rumah tangga (100%) membeli LPG di
warung sekitar rumah. Lebih dari tiga
perempat ibu rumah tangga (82,1%) akan
mencari LPG ke tempat lain jika persediaan
LPG di warung langganan tidak ada. Hal ini
dilakukan karena akses memperoleh LPG
sudah mudah, karena banyak warung yang
menjual LPG. Beberapa responden (11,5%)
menyatakan akan tetap menunggu persedia-
an LPG di tempat pembelian, karena tempat
pembelian biasanya/langganan selama ini
belum pernah mengalami kehabisan
persediaan LPG. Sebagian kecil responden
(6,4%) memilih menggunakan bahan bakar
lain ketika tidak tersedia LPG di tempat
pembelian. Ibu rumah tangga yang
menggunakan minyak tanah sebagai bahan
bakar membelinya di warung yang memiliki
persediaan minyak. Sementara itu, ibu
rumah tangga yang menggunakan kayu
bakar memperolehnya dari kayu yang
tersedia di lingkungan sekitar rumah.
Frekuensi Penggunaan Bahan Bakar
Rumah Tangga. Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa responden sering menggunakan
LPG untuk memasak air (77,5%), nasi
(38,7%), sayur (91,2%), dan lauk (92,5%).
Lebih dari separuh responden (53,7%)
menggunakan peralatan rumah tangga
berbentuk elektronik untuk memasak nasi.
Hal ini diduga karena untuk memasak nasi
dianggap lebih praktis menggunakan alat
elektronik (rice cooker atau magic jar).
Jumlah Penggunaan Tabung LPG 3
Kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keluarga contoh yang menggunakan LPG
memiliki waktu habis penggunaan satu
tabung LPG 3 kg yang cukup bervariasi.
Rata-rata tabung LPG 3 kg digunakan oleh
keluarga contoh selama 11,6 hari. Persen-
tase terbesar keluarga contoh (41,2%) dalam
menggunakan tabung LPG 3 kg habis dalam
waktu kurang atau sama dengan 7 hari. Hal
ini sesuai dengan hasil uji coba program
konversi di Kelurahan Cempaka baru bahwa
88% responden menggunakan LPG 3 kg
diatas 7 hari (asumsi awal 1 tabung LPG 3
kg=5 hari) (Anonim 2007).
Pada keluarga contoh yang mengguna-
kan LPG, banyaknya LPG yang digunakan
cukup bervariasi, mulai dari 1 hingga 15
tabung LPG 3 kg per bulan dengan rata-rata
pemakaian 3,8 tabung per bulan. Persentase
penggunaan LPG terbanyak ialah kurang
atau sama dengan 4 tabung per bulan.
Dilihat dari jumlah anggota keluarga,
sebagian besar keluarga contoh yang
menggunakan LPG termasuk kedalam
keluarga kecil sehingga penggunaan LPG
setiap bulan dapat 1-4 tabung. Jumlah
tabung yang digunakan oleh keluarga
tergantung pada jumlah anggota keluarga
dan kebiasaan penggunaan yaitu digunakan
seperlunya saja.
Pengeluaran untuk Bahan Bakar
Rumah Tangga. Pengeluaran yang dilaku-
kan keluarga contoh untuk bahan bakar
rumah tangga berkisar antara Rp 15.000,00 -
Rp 225.000,00 per bulan dengan rata-rata
Rp 54.781,00 per bulan. Proporsi terbesar
keluarga contoh (43,7%) berada pada
kisaran ≤ Rp 30.000,00. Sementara itu, pada
kelompok pengguna LPG dan bahan bakar
lain proporsi terbesar (35%) mengeluarkan
pengeluaran untuk bahan bakar/bulan
sebesar Rp 31.000,00 - Rp 60.000,00. Rata-
rata pengeluaran yang dikeluarkan keluarga
contoh pengguna LPG (Rp 52.867,19) lebih
sedikit dibandingkan dengan pengguna LPG
dan bahan bakar lain (Rp 61.266,67).
Keluarga contoh yang tidak menggunakan
LPG memiliki pengeluaran untuk bahan
bakar antara Rp 61.000,00 - Rp 90.000,00
bagi pengguna minyak tanah, sedangkan
pengguna kayu bakar menge-luarkan
pengeluaran ≤ Rp 30.000,00.
Keluarga contoh yang menggunakan
LPG menyatakan bahwa alasan mengguna-
kan LPG karena memiliki keunggulan
diantaranya yaitu hemat, praktis, bersih,
efisien, cepat, murah, tidak bau, tidak ada
asap sehingga aman untuk kesehatan, dan
mudah dalam penggunaan dan perawatan.
Selain itu penggunaan LPG dilakukan karena
tidak ada minyak tanah bersubsidi dipasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lebih dari tiga perempat ibu rumah tangga
(80%) akan berpindah ke bahan bakar lain
jika ada bahan bakar yang dirasa lebih
aman. Ibu rumah tangga yang tetap bertahan
pada bahan bakar yang digunakan walaupun
ada bahan bakar yang dirasa lebih aman
memiliki alasan bahwa memerlukan waktu
untuk beradaptasi kembali dengan yang
baru. Berbeda dengan aspek keamanan,
hanya 47,5% ibu rumah tangga akan
Artikel ini bukan mengenai Gas alam cair. Gas minyak cair (bahasa Inggris: Liquefied petroleum gas, disingkat LPG atau LP gas) atau sering disebut Elpiji adalah campuran mudah terbakar yang terdiri dari gas hidrokarbon, paling sering propana, butana, dan propilena. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Gas minyak cair juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Dalam kondisi atmosfer, gas minyak cair akan berbentuk gas. Volume gas minyak cair dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu gas minyak cair dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung gas minyak cair tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1.
Tekanan ketika gas minyak cair berbentuk cair, dinamakan tekanan uap, juga beragam tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2,2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F).
Sifat gas minyak cair terutama adalah sebagai berikut:[1][2]
- Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar
- Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat
- Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
- Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
- Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.
Penggunaan gas minyak cair adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, gas minyak cair juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (motor yang sudah dimodifikasi).
Salah satu risiko penggunaan gas minyak cair adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas gas minyak cair tidak berbau, tetapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan gas minyak cair cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran gas minyak cair akan membentuk gas secara cepat dan mengubah volumenya menjadi lebih besar.
- ^ Pertiwi. Yayasan Gema Pratasa. 1992.
- ^ Gatra. Era Media Informasi. 2006.
- WLPGA World LP Gas Association
- PERC Propane Education & Research Council
- NPGA Diarsipkan 2016-09-01 di Wayback Machine. National Propane Gas Association, USA
- Propane 101 Explaining propane and LP Gas fundamentals
- NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards Centers for Disease Control and Prevention
Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_minyak_cair&oldid=20477091"