Dibandingkan dengan kerajaan Ratu Balqis kerajaan Nabi Sulaiman lebih

Dhafi Jawab

Cari Jawaban dari Soal Pertanyaan mu, Dengan Mudah di jwb8.dhafi.link Dengan Sangat Akurat. >>



Klik Disini Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by ### on Wed, 03 Aug 2022 11:08:08 +0700 with category Sejarah

Jawaban:

Dibandingkan kerajaan Ratu Bilqis,

kerajaan Nabi Sulaiman as. lebih megah, indah dan besar

Penjelasan:

semoga membantu

Baca Juga: Sebutkan masing-masing tiga contoh karya dekoratif dua dimensi dan tiga dimensicepatin tadi ​


Apa itu jwb8.dhafi.link?

jwb8.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

Oleh Yunahar Ilyas

 Memindahkan Singgasana Ratu Balqis

Nabi Sulaiman AS menyuruh utusan Ratu Balqis untuk membawa kembali hadiah-hadiah yang mereka bawa dari Kerajaan Saba’. Pesan Sulaiman dalam suratnya jelas, Ratu Balqis dan para pembesarnya harus datang menemui beliau sebagai orang-orang yang berserah diri (wa âtûni muslimîn).

Apa sebenarnya yang diinginkan oleh Sulaiman dari Ratu Balqis. Apakah sekadar tunduk kepada beliau atau ingin agar Ratu Balqis dan para pembesarnya serta penduduk Saba’ tidak lagi menyembah matahari seperti yang dilaporkan oleh Hud-hud sebelumnya.

Dalam surat yang dikirimkan tersebut tidak ada perintah untuk menghentikan penyembahan matahari, juga tidak ada perintah untuk menyembah Allah SWT semata. Sulaiman hanya melarang Ratu Balqis dan para pembesarnya berlaku sombong kepadanya, dan memerintahkannya untuk datang beserah diri.

Sebagai seorang Nabi dan Raja tentu Sulaiman menginginkan kedua-duanya. Tetapi tentu beliau tidak boleh memaksa siapa pun untuk masuk Islam. Maka langkah srategis yang dilakukan Sulaiman adalah menundukkan Kerajaan Saba’ berada di bawah kekuasaannya, dengan demikian ada jalan untuk menghentikan penyembahan matahari. Itu sebab para mufassir tidak menafsirkan kalimat wa âtûni muslimîn sebagai datanglah kepadaku untuk masuk Islam, tapi datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.

Nabi Sulaiman sama sekali tidak tertarik dengan  persembahan rupa-rupa hadiah yang dikirimkan Ratu Balqis. Beliau menolaknya mentah-mentah. Bahkan mengancam akan mengerahkan pasukan menyerang Kerajaan Saba’. Jelas sudah misi utusan Ratu Balqis gagal.

Jika pasukan Sulaiman datang menyerang dengan kekuatan penuh, Ratu Balqis dan pasukannya tidak akan sanggup bertahan, apalagi mengalahkan balatentara Sulaiman yang perkasa itu.  Dengan demikikan, kerusakan besar akan terjadi. Ratu dan para pembesar kerajaan akan digiring ke Kerajaan Sulaiman sebagai tawanan yang hina.

Ratu kembali berunding dengan para pembesar kerajaan dan kemudian mengambil keputusan akan datang langsung menghadap Raja Sulaiman. Ratu akan diiringi oleh pembesar kerajaan dan dikawal oleh pasukan secukupnya. Keputusan itu segera dikabarkan kepada Sulaiman melalui utusan berikutnya.

Mendapat kabar bahwa Ratu Balqis akan datang, Nabi Sulaiman punya ide untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis dari istananya di Saba’ ke istana Sulaiman di Palestina. Sulaiman  menanyakan kepada para  pembesar kerajaannya,  siapa yang sanggup memindahkan singgasana itu secepatnya sebelum Ratu Balqis dan rombongan datang. Allah SWT berfirman:

قَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَيُّكُمۡ يَأۡتِينِي بِعَرۡشِهَا قَبۡلَ أَن يَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ٣٨ قَالَ عِفۡرِيتٞ مِّنَ ٱلۡجِنِّ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَۖ وَإِنِّي عَلَيۡهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٞ ٣٩  

“Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (Q.S. An-Naml 27: 38-39)

Menurut Muhammad ibn Ishaq, seperti dikutip Ibn Katsir dalam Kitab Tafsirnya (10:407), setelah para utusan kembali dan melaporkan penolakan dan ancaman Sulaiman, Ratu Balqis menyatakan: “Aku sudah tahu bahwa Sulaiman  itu bukan (hanya) seorang Raja. Kita tidak punya kemampuan untuk menghadapinya.” Kemudian Ratu mengirim utusan menyampaikan pesannya kepada Sulaiman: “Aku akan datang menemui engkau bersama para pembesar kaumku. Aku akan lihat apa titahmu, dan apa agama yang engkau ajak kami mengikutinya”.

Setelah itu Ratu melakukan persiapan perjalanan. Singgasananya yang terbuat dari emas berhiaskan batu-batu mulia yaqut, zabarjad dan lu’lu’ dia perintahkan untuk dimasukkan dalam sebuah peti besar dengan penutup tujuh lapis. Sepeninggal dia tidak seorang pun boleh membukanya apalagi duduk di atas singgasananya.

Setelah rombongan besar dari Yaman berangkat, Nabi Sulaiman memerintahkan pasukan jinnya untuk memantau siang dan malam perjalanan rombongan tersebut. Setelah dekat, Nabi Sulaiman menanyakan kepada para pembesar kerajaannya, siapa yang sanggup memindahkan singgasana Ratu Balqis ke Istana beliau, sebelum Ratu dan rombongannya sampai.

Yang pertama menyatakan kesanggupannya adalah Jin Ifrit. Dia sanggup memindahkan singgasana tersebut sebelum Baginda Sulaiman berdiri dari duduknya. Jika Nabi Sulaiman setuju, kemudian langsung berdiri, maka singgasana tersebut sudah berada di dalam istana beliau.

Menurut M. Quraish Shihab, Ifrit berarti yang sangat kuat lagi sangat cerdas dan tidak dapat dicederai, tidak juga dapat terkalahkan. Biasanya kata ini hanya menunjuk kepada makhlus halus,dan bila digunakan menyifati manusia, maka itu dalam konteks  mempersamakannya dengan makhluk halus itu” (Tafsir Al-Mishbah 10:224)

Belum lagi Nabi Sulaiman menjawab, muncul lagi tawaran yang lebih hebat dan lebih cepat. Kali ini datang bukan dari bangsa jin, tapi dari bangsa manusia. Allah SWT berfirman:

قَالَ ٱلَّذِي عِندَهُۥ عِلۡمٞ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَ

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”...  (Q.S. An-Naml 27: 40)

Kalau Jin Ifrit sanggup memindahkan singgasana itu sebelum Sulaiman berdiri dari duduknya, maka laki-laki yang punya ilmu al-Kitab ini sanggup melakukannya dalam sekejap mata. Tentu saja tidak ada  lagi yang akan bisa menandinginya. Al-Qur’an tidak menceritakan lagi jawaban Nabi Sulaiman. Begitu mata tapi Sulaiman berkedip secara refleks seperti umumnya manusia, maka tiba-tiba singgasana Ratu Balqis sudah ada di hadapan beliau.

Menyaksikan singgasana itu sudah ada di hadapan beliau, Sulaiman sangat bersyukur, dan menyatakan bahwa ini semua adalah karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada beliau, untuk mengaujinya, apakah di dapat bersyukur atau kufur. “Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. Allah SWT berfirman melanjutkan ayat 40 di atas:

فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيّٞ كَرِيمٞ ٤٠ 

“… Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.(Q.S. An-Naml 27: 40)

Siapakah laki-laki yang menguasai ilmu al-Kitab tersebut? (bersambung)

Siapakah orang  yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis ke istana Sulaiman dalam sekejap mata? Al-Qur’an tidak menyebut namanya, yang jelas dia bukan dari bangsa jin, tapi dari dari bangsa manusia,  seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab. Maksudnya kitab suci yang diturunkan sebelumnya yaitu Taurat dan Zabur. Siapakah dia? Ibn Katsir dalam Kitab Tafsirnya (10: 408) menyebutkan beberapa nama yang bersumber dari beberapa riwayat. Menurut Ibn Abbas, Qatadah dan ad-Dhahhak,  namanya Ashif ibn Burkhiya’, sekretaris Nabi Sulaiman  AS. Menurut Mujahid namanya Asthum. Menurut Zuhair ibn Muhammad namanya Zun Nur. Menurut Abdullah ibn Luhaiah laki-laki itu adalah Khidhir, tapi yang terakhir ini dikomentari oleh Ibn Katsir sebagai pendapat yang aneh sekali (gharîb jiddan).
Siapapun namanya tidak terlalu penting, yang jelas dia bukan bangsa jin tapi dari bangsa manusia. Hal ini penting kita garisbawahi bahwa bangsa manusia tetap lebih unggul dari bangsa jin. Yang perlu juga digarisbawahi adalah bahwa orang tersebut memiliki kemampuan itu karena ilmu yang dia pelajari dari al-Kitab. Artinya dia mendapatkan ilmu yang bersumber dari Allah SWT. Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pentingnya kecepatan dalam teknologi. Jin Ifrit punya kemampunan memindahkan singgasana Balqis dengan cepat, yaitu dari duduk menjadi berdiri. Laki-laki berilmu itu mampu memindahkannya dengan lebih cepat yaitu sekejab mata. Meminjam bahasa Ibn ‘Asyur sebagaimana dikutip oleh  Qurash Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah (10: 227), ini adalah simbol pertandingan antara cepat dan lebih cepat. Rekor kecepatan memindahkan benda dalam sekejap mata itu belum bisa dipecahkan oleh teknologi manusia sampai abad ini. Yang sudah bisa ditransfer dalam sekejap mata dengan teknologi komunikasi sekarang ini baru suara, tulisan, photo dan video atau film. Memindahkan barang, benda apalagi singgasana masih memerlukan waktu yang relatif lama.

Ratu Balqis datang ke Istana Sulaiman

Sebelum Ratu Balqis sampai di istana, Nabi Sulaiman perintahkan kepada anak buahnya untuk sedikit merobah penampilan singgasana Ratu Balqis, untuk menguji kecerdasan dan ketelitian Sang Ratu. Dia yang tiap hari bertahta di atas singgasana itu apakah benar-benar mengenal singgasananya dengan detail. Kalau dia teliti tentu dia akan tetap mengenalnya walaupun pada beberapa bagian sudah dirobah.

Baru saja Ratu Balqis sampai, tanpa menunggu istirahat terlebih dahulu, Sulaiman sudah menodongnya dengan pertanyaan, apakah seperti ini singgasana Anda? Pertanyaannya bukan apakah ini singgasana Anda, karena pertanyaan seperti ini tentu agak ganjil, karena jelas singgasana Ratu Balqis ada di istananya di Saba’, di negeri Yaman. Juga pertanyaan model kedua ini akan membuat Ratu Balqis curiga. Ratu Balqis datang dengan pengetahuan dan keyakinan bahwa singgasananya tersimpan aman dalam peti yang dikunci tujuh lapis dalam istananya di Saba’. Ditodong dengan pertanyaan seperti itu,  Ratu Balqis menjawab singkat “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.”

Rupanya Ratu Balqis tetap mengenali singgasananya walaupun sedikit sudah dirobah penampilannya. Jawaban ini menunjukkan kecerdasan dan ketelitian Ratu Balqis. Tentu dia mulai berpikir, bagaimana singgasananya bisa sampai di istana Sulaiman, padahal berada dalam jarak yang sangat jauh. Kejadian ini tambah meyakinkan Ratu akan kehebatan Raja Sulaiman yang pernah dia dengar sebelumnya, yang menjadi sebab Ratu mau datang memenuhi kehendak Sulaiman. Ratu tambah yakin Sulaiman bukanlah hanya seorang Raja yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya, tetapi juga seorang Nabi yang dapat mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: قَالَ نَكِّرُواْ لَهَا عَرۡشَهَا نَنظُرۡ أَتَهۡتَدِيٓ أَمۡ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهۡتَدُونَ ٤١ فَلَمَّا جَآءَتۡ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرۡشُكِۖ قَالَتۡ كَأَنَّهُۥ هُوَۚ وَأُوتِينَا ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهَا وَكُنَّا مُسۡلِمِينَ ٤٢

“Dia berkata: “Robahlah baginya singgasananya; Maka kita akan melihat Apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. An-Naml 27: 41-42)


Tentang ungkapan akhir dalam ayat di atas: “kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”, para mufasir berbeda pendapat memahaminya, apakah itu masih bagian dari ucapan Ratu Balqis seperti dalam terjemahan di atas, atau ucapan Nabi Sulaiman. Jika itu ungkapan dari Sulaiman, maka maksudnya adalah setelah Ratu Balqis kagum dengan kehebatan Sulaiman maka dia mengakui keesaan Allah SWT dan mengakui Sulaiman sebagai utusan-Nya lalu dia memeluk agama yang dianut oleh Nabi Sulaiman. Mengomentari hal itu Nabi Sulaiman mengatakan bahwa dia telah diberi ilmu sebelum Ratu Balqis diberi ilmu dan kami telah memeluk Islam sebelum mereka menyerahkan diri kepada Allah. Sepertinya lebih tepat kalau bagian akhir itu adalah ucapan Ratu Balqis yang mendapat konfirmasi akan kehebatan Raja Sulaiman seperti yang sudah dia dengar sebelumnya. Tidak salah kalau kemudian dia datang memenuhi keinginan Raja Sulaiman. Selama ini Ratu Balqis meyakini alamlah yang berkuasa, alamlah yang dianggapnya tuhan yang memberikan manfaat dan mudharat dalam kehidupannya, sehinga dia dan para pengikutnya menyembah matahari. Keyakinan inilah yang menghalanginya selama ini untuk menyembah Allah SWT. Sekarang dia yakin akan kekuasaan dan keesaan Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang  mencipta, mengatur dan menguasai alam seluruhnya. Allah SWT berfirman: وَصَدَّهَا مَا كَانَت تَّعۡبُدُ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ إِنَّهَا كَانَتۡ مِن قَوۡمٖ كَٰفِرِينَ ٤٣

“ Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.” (Q.S. An-Naml 27: 43)

Setelah diperlihatkan dan ditanya tentang singgasana itu, Ratu Balqis dipersilahkan memasuki ruang dalam dari istana Sulaiman. Ratu Balqis melihat lantai istana Sulaiman adalah kolam yang ada airnya, sehingga spontan dia mengangkat kainnya sehinga kelihatan kedua betisnya. Sebenarnya lantai istana Sulaiman terdiri dari kaca kuat yang sangat bening, di bawahnya ada kolam air dengan ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Lantai seperti itulah yang dikira kolam oleh Sang Ratu. Allah SWT berfirman: قِيلَ لَهَا ٱدۡخُلِي ٱلصَّرۡحَۖ فَلَمَّا رَأَتۡهُ حَسِبَتۡهُ لُجَّةٗ وَكَشَفَتۡ عَن سَاقَيۡهَاۚ قَالَ إِنَّهُۥ صَرۡحٞ مُّمَرَّدٞ مِّن قَوَارِيرَۗ قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي ظَلَمۡتُ نَفۡسِي وَأَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَيۡمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٤٤

“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. An-Naml 27: 44)


Ratu Balqis sangat malu dengan apa yang telah dilakukannya mengangkat kain sehingga terlihat kedua betisnya, tadinya dia benar-benar yakin itu adalah kolam yang penuh berisi air walaupun tidak dalam. Ratu menyadari betapa kecilnya dia di hadapan Sulaiman, apalagi dihadapan Allah SWT Tuhan semesta alam. Ratu dengan penuh kerendahan hati menyatakan: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (bersambung)  

Source:

//www.suaramuhammadiyah.id/2019/11/28/nabi-sulaiman-as-6/ 

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA