Di mana letak kali tempat hanyutnya cikerti dan gajah kyai dwipangga

Sungai Gajah Wong. ©YouTube/BBWS Serayu Opak

JATENG | 26 Februari 2022 13:22 Reporter : Shani Rasyid

Merdeka.com - Di tengah Kota Yogyakarta, ada sebuah sungai kecil yang mengalir dari lereng Gunung Merapi hingga akhirnya bermuara ke sungai yang lebih besar. Namanya Sungai Gajah Wong.

Dikutip dari Wikipedia.org, Sungai Gajah Wong sendiri merupakan ekosistem aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di sekitarnya. Berdasarkan keputusan pemerintah DIY, pemanfaatan aliran sungai ini dikategorikan ke dalam golongan B, yaitu sebagai sumber air minum yang harus diolah dahulu.

Walaupun termasuk sungai kecil, Sungai Gajah Wong memiliki kisah uniknya tersendiri, terutama seputar penamaannya. Lalu seperti apa kisah tersebut?

2 dari 4 halaman

©YouTube/BBWS Serayu Opak

Melansir dari laman Belajar Yuk, di masa Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung, hiduplah seorang pegawai kerajaan bernama Ki Sapa Wira. Sehari-hari, Ki Sapa Wira bertugas memandikan gajah milik Keraton Mataram. Nama gajah itu Kyai Dwipangga. Gajah itu didatangkan langsung dari Negeri Siam.

Dalam memberikan perawatan, Ki Sapa Wira memperlakukan gajah itu seperti anaknya sendiri. Kyai Dwipangga pun menjadi amat patuh padanya. Namun suatu hari, Ki Sapa Wira tidak bisa memandikan Kyai Dwipangga. Ada bisul besar di ketiaknya.

Badannya juga demam karena bisul itu. Karena itulah ia kemudian meminta tolong pada adik iparnya, Ki Kerto Pojok, untuk menggantikannya menggantikan Kyai Dwipangga.

3 dari 4 halaman

©YouTube/BBWS Serayu Opak

Pada hari itu juga, Ki Kerto Pojok menyanggupi dan menggantikan sang kakak ipar untuk memandikan Kyai Dwipangga. Pada awalnya ia dapat melaksanakan tugas itu dengan mudah. Digosoknya seluruh tubuh Kyai Dwipangga hingga mengkilap.

Di hari kedua, Ki Sapa Wira kembali meminta adik iparnya itu untuk memandikan gajah kesayangannya. Hari itu, hujan turun rintik-rintik. Namun ternyata air di sungai sedang surut. Maka Ki Kerto Pojok menuntun gajah itu ke arah hilir sungai.

Di suatu tempat, air tampak tinggi dan aliran cukup deras. Mengetahui keberadaan tempat itu Ki Sapa Wira heran kenapa Sultan Agung memerintahkan kakak iparnya untuk memandikan sang gajah di tempat sebelumnya kalau ternyata ada tempat yang aliran airnya lebih bagus.

4 dari 4 halaman

©YouTube/BBWS Serayu Opak

Saat Ki Kerto Pojok sibuk berbicara sendiri, tiba-tiba dari arah hulu datanglah banjir bandang. Banjir itu datang sangat cepat sehingga Ki Kerto Pojok tak sanggup menyelamatkan diri dan juga gajahnya. Mereka berteriak minta tolong tapi tak ada seorang pun mendengar. Akhirnya mereka hanyut hingga ke laut selatan.

Mengetahui peristiwa ini, Sultan Agung menyayangkan Ki Kerto Pojok tak tahu kalau ia selama ini memang melarang para abdinya memandikan gajah di hilir sungai. Untuk mengenang peristiwa itu, Sultan Agung menamakan sungai itu Kali “Gajah Wong” yang berarti gajah dan orang.

  (mdk/shr)

Baca juga:
Penyebab Runtuhnya Majapahit, Berikut Penjelasannya
Kini Telah Mati, Ini Kisah Nostalgia Stasiun Kereta Api Wonosobo
Prof Mochtar Kusumaatmadja Jadi Nama Baru Jalan Pasupati, Ini Sosoknya yang Mendunia
Menguak Fakta Situs Watu Gong, Dipercaya Jadi Tempat Berkumpulnya Raja-Raja Jawa
OPINI: Kejahatan Seks Serdadu Belanda dalam Catatan Sejarah

Kunci jawaban tema 8 kelas 4 SD/MI, simak gambar cerita berikut

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Adik-adik, pelajarilah pembahasan kunci jawaban tema 8 kelas 4 SD/MI Subtema 2 pembelajaran 3 halaman 87 sampai 94.

Berikut ini kunci jawaban Buku Tematik tema 8 kelas 4 SD tentang Daerah Tempat Tinggalku Subtema 2 berjudul Keunikan Daerah Tempat Tinggalku pada Pembelajaran 3 halaman 87, 88, 89, 90, 93, dan 94.

Metode pembelajaran kunci jawaban ini juga dalam rangka mengasah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.

Buku pembelajaran ini menggunakan buku tematik terpadu kurikulum 2013 edisi revisi 2017 yang Tribunnewsmaker kutip dari Tribun Pontianak, kunci jawaban tema 8 kelas 4 halaman 87 88 89 90 91 92 93 94 daerah tempat tinggalku pembelajaran 3.

Kunci jawaban hanya sebagai panduan belajar bagi orang tua dalam memandu proses belajar anak.

Selengkapnya kunci jawaban buku tematik Tema 8 Subtema 2 Pembelajaran 3.

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 4 SD/MI Subtema 3, Siapa Tokoh Utama dalam Cerita ‘Kendi Emas & Ular’?

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 7 Kelas 3 SD Subtema 4 Hal 169 Sampai 176, Berapa Keliling Bangun Datar Berikut?

Kunci jawaban Tema 8 kelas 4 SD/MI mengenai tari daerah (Buku Tematik SD kurikulum 2013 edisi revisi 2018)

=== Kunci Jawaban halaman 87 ===

Ayo Mengamati

Ingatkah kalian kegiatan ekonomi? Kegiatan ekonomi terdiri atas produksi, distribusi, dan konsumsi.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Apakah yang dimaksud produksi dan produsen?

Jawaban:

Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa.

Sedangkan produsen adalah orang yang melakukan kegiatan produksi.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Pontianak

Siapa sangka wisata Kali Gajah Wong begitu diminati sekarang. Terlebih setelah adanya renovasi yang mempercantik daerah tersebut. Para pengunjung yang datang bisa melihat ribuan ikan nila yang ada di saluran irigasinya.

Namun, tahukah kamu asal usul Kali Gajah Wong ini? Simak cerita berikut.

Kali Gajah Wong

Hari itu, Ki Sapa Wira bersiul riang. Seperti biasa, ia akan memandikan gajah milik junjungannya, Sultan Agung, raja Kerajaan Mataram. Dengan hati-hati, Ki Sapa Wira menuntun gajah yang dinamai Kyai Dwipangga itu.

Mereka berjalan ke sungai yang terletak di dekat Keraton Mataram. Mulailah ia memandikan gajah yang berasal dari negeri Siam itu.

“Nah, sekarang kau sudah bersih. Rambutmu sudah mengilap, sekarang ayo kembali ke kandangmu,” kata Ki Sapa Wira kepada Kyai Dwipangga. Ki Sapa Wira memang memperlakukan Kyai Dwipangga seperti anaknya sendiri. Tak heran, Kyai Dwipangga amat patuh padanya.

Suatu hari, Ki Sapa Wira tak bisa memandikan Kyai Dwipangga. Ada bisul besar di ketiaknya, rasanya ngilu sekali. Badannya juga demam karena bisul itu. Ia meminta tolong pada adik iparnya, Ki Kerti Pejok, untuk menggantikan memandikan Kyai Dwipangga. “Kerti, tolong aku ya. Aku benar-benar tak bisa bekerja hari ini,” kata Ki Sapa Wira.

“Tenang Kang, aku pasti akan membantumu. Tapi tolong beritahu, bagaimana caranya supaya gajah itu menurut padaku? Aku takut jika nanti ia marah dan menyerangku,” jawab Ki Kerti Pejok.

“Biasanya kalau ia mulai gelisah, pantatnya aku tepuk-tepuk, lalu aku tarik ekornya. Nanti ia akan kembali tenang dan berendam sendiri di sungai. Kau tinggal memandikannya,” jelas Ki Sapa Wira. Ki Kerti Pejok mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia lalu berangkat ke sungai untuk memandikan Kyai Dwipangga.

Sepanjang perjalanan Ki Kerti Pejok mengajak Kyai Dwipangga mengobrol. Ia juga membawa buah-buahan sebagai bekal dalam perjalanan. “Gajah gendut, kau mau makan kelapa?” tanyanya sambil melemparkan sebutir kelapa pada Kyai Dwipangga. Kyai Dwipangga menangkap kelapa itu dengan belalainya. Dengan mudah ia memecah kelapa itu dan memakannya.

“Sekarang kau sudah kenyang, kan? Ayo jalan lagi,” kata Ki Kerti Pejok sambil memukul pantat Kyai Dwipangga.

Sesampainya di sungai, Ki Kerti Pejok melaksanakan tugasnya dengan mudah. Digosoknya seluruh bagian tubuh Kyai Dwipangga sampai bersih dan berkilap. Setelah itu mereka pulang ke keraton Mataram. “Kang, hari ini aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik. Apa besok Kakang masih memerlukan bantuanku?” tanya Ki Kerti Pejok pada Ki Sapa Wira.

“Jika kau tak keberatan, maukah kau memandikannya sekali lagi? Aku masih demam, sedangkan gajah itu harus dimandikan setiap hari,” jawab Ki Sapa Wira.

“Baik Kang, aku tidak keberatan. Toh gajah itu sangat penurut. Jadi, aku tak kesulitan saat memandikannya,” kata Ki Kerti Pejok.

“Terima kasih Kerti, lusa aku pasti sudah sembuh. Kau akan bebas dari tugas ini,” kata Ki Sapa Wira.

Keesokan harinya, Ki Kerti Pejok menjemput Kyai Dwipangga. Pagi itu hujan turun rintik-rintik, tapi sepertinya tak akan bertambah deras. Di sungai Ki Kerti Pejok bimbang karena dilihatnya air sungai sedang surut.

“Wah, airnya dangkal sekali. Mana bisa gajah ini berendam? Aku sendiri saja tak bisa, apalagi gajah yang besar?” pikirnya dalam hati.

“Gajah gendut, kita cari sungai yang lain saja. Sungai ini dangkal, kau tak akan bisa berendam di sini.”

Ki Kerti Pejok menuntun Kyai Dwipangga ke hilir sungai. Di situ air tampak tinggi dan aliran juga cukup deras. “Nah, di sini sepertinya lebih asyik. Ayo, sana masuk, berendamlah. Aku akan menggosok punggungmu dengan daun kelapa ini,” kata Ki Kerti Pejok sambil memukul pantat Kyai Dwipangga. Sambil memandikan Kyai Dwipangga, Ki Kerti Pejok berpikir dalam hati.

“Sebaiknya aku beritahu Kakang untuk memandikan gajahnya di sini. Disini airnya lebih dalam, arusnya juga cukup deras. Aneh, kok selama ini Kanjeng Sultan Agung tak tahu keberadaan sungai ini, ya?”

Saat ia sibuk berbicara sendiri, tiba-tiba dari arah hulu datanglah banjir bandang yang sangat besar. Banjir itu datang dengan sangat cepat. Ki Kerti Pejok dan Kyai Dwipangga bahkan tak menyadarinya.

Dalam sekejap, mereka terhempas dan terbawa arus. “Tolong… tolonggg…,” teriak Ki Kerti Pejok. Tapi tak ada yang mendengar. Sungguh menyedihkan nasib Ki Kerti Pejok dan Kyai Dwipangga. Mereka terseret arus dan hanyut sampai ke Laut Selatan.

Sungguh sangat disayangkan, mereka binasa dalam keganasan banjir bandang itu. Ki Kerti Pejok tak tahu bahwa selama ini Sultan Agung memang melarang para abdinya memandikan gajah di hilir sungai. Karena ia tahu bahaya bisa datang sewaktu-waktu di sana. Ki Sapa Wira berduka. Ia sangat sedih karena kehilangan adik ipar dan gajah kesayangannya.

Untuk mengenang kejadian itu, Sultan Agung menamakan sungai itu Kali Gajah Wong. Kali berarti sungai, gajah wong berarti gajah dan orang. Kali Gajah Wong ini terletak di sebelah timur Kota Yogyakarta.

BACA JUGA:

Tokoh Protagonis dan Antagonis

Setelah membaca cerita rakyat Kali Gajah Wong, sekarang coba tebak siapa tokoh protagonis dan antogonisnya.

Sebelumnya, apakah kamu masih ingat apa yang dimaksud dengan tokoh protagonis dan antagonis? Berikut adalah pengertiannya.

  • Tokoh protagonis: tokoh yang memiliki sifat baik hati.
  • Tokoh antagonis: tokoh yang memiliki sifat jahat.

Perlu kamu ketahui tokoh-tokoh pada cerita ”Kali Gajah Wong” adalah Ki Sapa Wira, Kyai Dwipangga, Ki Kerti Pejok, dan Sultan Agung.

Tokoh-tokoh dalam cerita yang merupakan tokoh protagonis adalah Ki Sapa Wira, Kyai Dwipangga, Ki Kerti Pejok, dan Sultan Agung.

Semua tokoh tersebut tidak menunjukkan sifat buruk. Jadi, dalam cerita tersebut tidak terdapat tokoh antagonis.

Bagaimana menurutmu?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA