Contoh naskah percakapan wayang pandu

GALAMEDIA- Wayang kulit adalah salah satu seni tradisional Indonesia yang berkembang di Jawa.

Kata Wayang berasal dari "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya para penonton bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.

Baca Juga: Pejuang Diet, Ini 10 Makanan Enak Rendah Karbohidrat Pengganti Nasi

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut. Ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Sementara itu, daftar tokoh wayang yang menampilkan nama tokoh-tokoh juga muncul dalam wiracarita Ramayana dan Mahabharata yang sering dipentaskan dalam pertunjukan wayang.

Tokoh wayang sendiri memiliki kepribadian yang berbeda- beda, sebagai gambaran kehidupan manusia di alam nyata. Berikut daftar sejumlah tokoh wayang yang dilansir Galamedia dari berbagai sumber:

Baca Juga: Ditangkap Densus 88, Ahmad Zain Dinonaktifkan dari MUI, Miftachul Akhyar: Kedepankan Asas Praduga Tak Bersalah

1. Yudhistira

Dalam kisahnya Yudhistira merupakan Putra tertua Pandu Dewanata ini dan seorang raja dari kerajaan Hastinapura.

Ora suwe banjur Raja Basudewa dumugi kanti diderekake dening Padu lan Arya Prabu. Dewi Badraini kang ugo nembe mbobot tuwa banjur nglairake jabang bayi kang ayu lan diparing asma Sumbadra.

Ora suwe Bima teka ana ing Mandura kaliyan nggendong bayi lanang yaiku adhine dewe kanti kawalan Begawan Abyasa.

Banjur bayi iku dicaosake dening Prabu Pandu kang ora liya yaiku bapakne.

Banjur Pandu paweh asma dening bayi iku kanti jeneng Parmadi, semono uga Begawan Abyasa paweh jeneng Palguna dening anak Dewi Kunti, sawetara Bima dados kakange paweh jeneng Jlamprong dening bocah kui.

Baca Juga: CONTOH Pedaran Bahasa Sunda Pendek, Teks Contoh Materi Pedaran Basa Sunda Singkat Tradisi Jawa

Bocah iku sakmangkih dadi ksatria kang bagus lan kuat, kalebu ana ing bagian Pandawa Lima kanti julukan terkenal yaiku Arjuna.

Ona ing papan kui sakmenika awonten bayi loro kang gadah asma Parmadi lan Sumbadra, banjur Basudewa mangku keloro bocah kui, Parmadi ana ing pupu tengen lan Sumbadra ana ing pupu kiwane Basudewa.

Saka kunu keloro bocah kui dijodohake kawit bayi cenger lan Basudewa sabda yen saka keloro bocah iki sesok bakal anurunake keturunan kang dadi raja.

Baca Juga: CONTOH Soal dan Kunci Jawaban KSM Matematika MTs 2022 PDF Tingkat Kabupaten Terintegrasi, Download Disini

Demikian informasi terkait contoh cerita wayang Malin Kundang Bahasa Jawa singkat .***

Editor: Sugiharto

Tags

Terkini

BEBERAPA pria duduk mengitari sebuah meja berisi jajanan, wedhang dan camilan, di antara mereka ada pula yang sedang memainkan karawitan. Setelah sang dalang membuka pentas, beberapa pemain muncul dari balik layar putih yang terbentang di atas panggung.

Para pemeran itu merupakan calon pelamar Dewi Kunti Talibrata pada epos Mahabarata. Pada kisah diceritakan ulang oleh komunitas Teater Kiye BAE pada pagelaran Wayang Jemblung bertajuk “Dialog Gandari”, di Gedung Teater Taman Budaya Soetedja, Selasa (3/12) malam, para pria itu saling berebut. Akan tetapi, pemenang digambarkan sosok pangeran bernama Narasoma.

Lantaran para pelamar tidak terima, akhirnya mereka mendemo sang Dalang yang diperankan Syaikhul Irfan dan menggantikannya menarasikan cerita. Pun demikian dengan para pemusik yang awalnya menggunakan karawitan, mereka segera beralih menggunakan suara dari mulut maupun tepukan tangan.

Kisah berlanjut, Pandu Dewanata muncul merebut Dewi Kunti dari Narasoma. Mereka berdua akhirnya menikah. Di waktu yang sama, cerita tentang Dewi Gandari juga dikisahkan para pemain.

Gandari dalam epos Mahabharata, adalah ibu para Kurawa. Suaminya Destarata, lahir sebagai pangeran buta dan tak diberi kesempatan memegang tampuk kekuasaan. 100 anak-anaknya dikisahkan sebagai orang-orang dengki yang pada akhirnya tewas.

Tragedi yang dihadapi Dewi Gandari itu digambarkan secara apik dalam kolaborasi musik lagu, monolog dan tari kreasi. Bahkan, penonton dibuat terdiam 20 menit selama pertunjukkan berlangsung.

“Saya melihat seperti ada anti klimaks. Dari cerita yang segar penuh guyonan, tiba-tiba saja berubah dengan cerita tentang Gandari,” kata Nando (25) salah satu penonton.

Tafsir Ulang

Sutradara sekaligus dalang pementasan, Syaikhul Irfan mengatakan, naskah tersebut merupakan tafsir ulang dari puisi karya Goenawan Muhammad. Sedangkan pagelaran dikemas dengan adaptasi seni tradisi dalang jemblung.

“Kami berupaya menafsirkan tragedi yang dialami Gandari pada kisah Mahabarata. Sebagai seorang perempuan yang mengalami pergulatan dalam puisi Goenawan Muhammad yang menurut kami sangat menarik untuk diangkat,” ujarnya.

Sementara itu, seniman senior, Hadiwijaya mengaku melihat sebuah pementasan dalang jemblung yang bisa dinikmati oleh anak muda pada masa kini. Sebab, cerita mengalir dengan jenaka dan enak ditonton.

“20 tahun lalu, saya pernah membawakan dalang jemblung. Tapi saya khawatir, cerita itu tidak bisa dinikmati di masa kini. Tapi sekarang saya melihat pentas yang berbeda, seperti merevitalisasi seni tradisi ini” katanya. (Nugroho Pandhu Sukmono-37)

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA