Buku history of java dibuat pada masa pemerintahan

Buku karangan Thomas Stamford Raffles, disusun saat ia menjabat sebagai letnan gubernur jenderal di Hindia Belanda. Dalam buku ini diuraikan berbagai aspek sejarah dan budaya Pulau Jawa pada umumnya, dan secara singkat tentang Kota Batavia yang dikatakannya mendapat julukan The Queen of The East (Ratu dari Timur) tidak sesuai dengan keadaannya. Meskipun menerapkan landrente, Raffles sangat menaruh perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan minatnya terhadap penduduk, bahasa dan kebudayaan Indonesia sangat besar. Karena minat Raffles yang begitu besar terhadap llmu Pengetahuan maka Lembaga Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wettenschappen) yang didirikan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Reiner de Klerk (1778-1780) pada tahun 1778, menjadi semakin maju berkat dorongan dan bantuan Raffles. Dia pulalah yang mempelopori berdirinya Museum dan Perpustakaan di Batavia, di Gedung Harmonie yang dibangun oleh Daendels.

History of Java, pertama kali terbit tahun 1817 di London, terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama dan kedua berupa teks, sedang jilid ketiga berisi gambar-gambar. Namun edisi 1965 dan 1978 hanya terdiri dari dua jilid, karena gambar-gambarnya sudah disatukan dengan jilid satu dan dua. Menurut Peter Boomgaard dalam buku Aangeraakt door Insulinde, buku History of Java merupakan suatu penemuan, suatu yang tak terduga. Di dalamnya menyajikan lebih banyak daripada sekedar sejarah. Pada kenyataannya buku tersebut merupakan suatu ensiklopedi. Dalam pengantarnya untuk edisi 1978, John Bastian mengatakan bahwa Raffles mengutarakan niatnya untuk menulis buku mengenai Jawa sejak tahun 1813 dalam suratnya kepada Elton Hammond, kemenakannya. Namun ia sadar bahwa sempitnya waktu untuk dapat melaksanakan hal itu, karena beban-beban tugasnya sebagai pemimpin pemerintahan. Kepada William Marsden (penulis buku History of Sumatra), Raffles mengungkapkan rencana isi bukunya melalui surat yang dikirimkannya dari Cisama pada tanggal 18 September 1815.

Raffles dianggap memiliki pola kepemimpinan yang berbeda dengan pemimpin asing sebelumnya, ia juga seorang ilmuwan. Raffles juga sangat memerhatikan bahasa dan adat istiadat masyarakat di Jawa sehingga ia akhirnya menulis buku History of Java. Untuk merealisasikan buku itu, Raffles dibantu oleh juru bahasa, antara lain Raden Ario Notodiningrat. History of Java adalah buku yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1817. Buku ini mengandung unsur sejarah dengan bukti-bukti yang ada sebagai berikut: mulai dari asal mula penduduk asli tanah Jawa yang telah mengenal berbagai macam jenis logam hingga masuknya Islam di tanah Jawa yang juga telah membawa dampak yang sangat berpengaruh di tanah Jawa. Dalam buku ini, Raffles yang memerintah sebagai Gubernur Jendral di Hindia Belanda dari tahun 1811-1816 menuliskan mengenai keadaan penduduk di pulau Jawa, adat-istiadat, keadaan geografi, sistem pertanian, sistem perdagangan, bahasa dan agama yang ada di pulau Jawa pada waktu itu. Dengan bantuan berbagai pihak, Raffles menerjemahkan beragam sumber, seperti naskah Bharatayuda dan Babad Tanah Jawa. Raffles memulai proyek penulisan History of Java di kawasan sejuk Cisarua, Bogor.

Buku "History of Java" pertama kali diterbitkan pada tahun 1817. Buku tersebut merupakan karya dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Secara garis besar, buku "History of Java" menuliskan tentang keadaan geografis Jawa, situasi dan kondisi penduduk Jawa, sistem pertanian, sistem perdagangan, adat istiadat dan kebudayaan, kepercayaan dan upacara keagamaan, hingga politik masyarakat Jawa.

Dengan demikian, penulis buku "History of Java" adalah Thomas Stamford Raffles. 

Judul: The History of Java
Penulis: Thomas Stamford Raffles
Penerbit: Narasi
Tebal: 918 halaman (hard cover)

Tak diragukan lagi, –dalam literasi dunia Barat– buku “The History of Java” telah menjadi salah satu sumber sejarah paling penting untuk mengetahui kehidupan masyarakat Jawa di masa lalu. Buku ini ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang administratur kelahiran Inggris, yang sangat terobsesi untuk merekam eksotisme dunia Jawa yang penuh dengan keragaman serta keunikan geografis dan budaya. The History of Java diterbitkan pertama kali pada tahun 1817 dalam dua volume. Volume Pertama berisi tentang inti buku itu sendiri secara lengkap, sedangkan Volume Dua berisi informasi tambahan dan lampiran. Isinya antara lain mencakup keadaan geografis, informasi mengenai penduduk asli Jawa, keadaan pertanian, kepercayaan dan upacara keagamaan, bahasa, serta beberapa hal-hal menarik lainnya. Kerja keras dan ketekunan Raffles telah menghasilkan sebuah masterpiece yang sangat berharga bagi masyarakat Indonesia. Orang Inggris dan Singapura menyebutnya dengan panggilan terhormat, Sir. Padahal, sosok yang paling banyak meninggalkan nama ilmiah pada kekayaan flora dan fauna di Hindia Belanda ini tidak lahir dari lingkungan istana. Dia bukan bangsawan atau kaum feodal yang berhak menyandang gelar “Tuan”. Thomas Raffles lahir nun jauh di lepas pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781. Thomas Raffles baru mencantumkan nama “Stamford” di tengah namanya di kemudian hari, yakni ketika sosok berkarakter penuh warna ini berkembang menjadi pribadi yang sangat dihormati di kawasan Laut Cina Selatan. Sejarah hidupnya dimulai, ketika anak seorang pelaut ini dikirim ke Pulau Penang, Malaysia (1804). Karier awal Raffles (1781-1826) sebagai juru tulis sebuah perusahaan Hindia-Timur (1795) memberikan latar belakang ketekunannya sebagai penulis. Di samping itu, menurut sebuah biografi, Raffles dikenal sebagai seorang yang tekun, rajin belajar, ulet, dan berkemauan keras. Tanpa itu semua mustahil mahakarya “The History of Java” akan selesai dikerjakannya. -Raffles mempunyai semua syarat sebagai penghasil sebuah mahakarya. Raffles berada di Jawa pada 1811-1816, pertama kali sebagai Lieutenant Governor of Java yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal Inggris di India yaitu Lord Minto (Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmond). Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816. Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah menggagas dan mengerjakan proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra (Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan suatu perjanjian tak diserahkan ke tangan Belanda. Hati Raffles sebenarnya telah tertambat dengan Jawa dan ia benci Belanda kembali berkuasa di Jawa. Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan di  Pulau Singapura dalam kerja sama dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan koloni di Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura dari Belanda dan Bugis. Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru yang meskipun kecil, namun akan jauh lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai Belanda. Sumpah Raffles terwujud. Singapura menjadi pusat perdagangan paling penting di wilayah Hindia Timur, sampai kini. Karena situasi politik, tahun 1823 Raffles meninggalkan Indonesia (Bengkulu) dan tiga tahun kemudian meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45. Meskipun ia meninggal dalam usia yang masih tergolong muda, telah banyak jejak yang ditinggalkan Raffles terutama dalam karya-karya ilmu pengetahuan alam dan sejarah Jawa dan Sumatra. Adalah Raffles yang menggagas pendirian Kebun Raya Bogor dan membantu botanist Prof. Reindwardt (Belanda) dengan ahli2 dari Inggris untuk menyelesaikannya dan meresmikannya pada tahun 1817. Kebun Raya dan kebun binatang di Singapura yang terkenal itu juga didirikan oleh Raffles. Adalah atas prakarsa Raffles juga warisan budaya Jawa digali dan ditemukan : Candi Borobudur (1814), Candi Panataran (1815), Candi Prambanan (1815). Begitu besar perhatiannya pada sastra dan budaya setempat membuat Raffles mendirikan Museum Etnografi Batavia. Raffles pun sebagai administrator pemerintahan di Jawa dan Bengkulu banyak  meninggalkan sistem-sistem pemerintahan seperti pembagian karesidenan, sistem pajak, dsb. Thomas Stamford Raffles secara khusus membahas karakter orang Jawa dalam satu bab penuh buku The History of Java. Dia menggambarkan orang Jawa—yang sangat dipujinya—sebagai “orang pribumi yang tenang, sedikit berpetualang, cenderung tidak melakukan usaha ke luar daerahnya, dan tidak mudah terpancing untuk melakukan kekerasan atau pertumpahan darah.” Raffles juga berupaya membedakan persepsi Inggris dan Belanda terhadap masyarakat Jawa, dengan mengutip seorang Belanda yang bermukim di Jawa. Ia mengatakan bahwa sifat utama orang Jawa adalah “pendendam, bengis, tidak taat pada atasan, meremehkan dan despotik terhadap orang di bawahnya, …cenderung merampok dan membunuh ketimbang bekerja, serta licik dalam melakukan perbuatan tak terpuji.” Penggambaran yang buruk terhadap karakter orang Jawa ini menurut Raffles, menyiratkan bahwa Belanda telah menganggap hal-hal seram terhadap orang Jawa, sedangkan Inggris melihat sebaliknya. Raffles memiliki asumsi sendiri untuk menggambarkan orang Jawa sebagai orang yang tidak akan menimbulkan kesulitan besar bagi penguasa kolonial yang baru, Inggris. Dengan pencitraan seperti ini, Raffles tampak lebih simpatik bagi orang Jawa ketimbang Belanda yang telah “menimbulkan begitu banyak penderitaan dan perusakan pada masyarakat Jawa”. Lebih lanjut Raffles menyatakan bahwa orang Jawa tidak memiliki sifat “amuk” (chaos). Adapun kekerasan yang terjadi adalah akibat dari “kehidupan di bawah pemerintahan, di mana keadilan jarang ditegakkan dengan sebenarnya dan tanpa pandang bulu”. Dalam masterpiece-nya, Thomas Stamford Raffles mengakui bahwa “amuk” memang terjadi di Jawa, tetapi “hal itu hanya dilakukan secara terbatas dan sporadis oleh kelas budak”. Dia menulis, “This phrenzy, as a crime against society, seems, if not to have originated under the Dutch, certainly at least to have been increased during their administration by the great severity of their punishments. For the slightest fault, a slave was punished with a severity which he dreaded as much as death. He often prefered to rush on death and vengeance.” (The History of Java, vol. I; London: Oxford University Press, 1965; p.250) Buku The History of Java diterbitkan pertama kali pada 1817 dalam dua jilid besar (jilid I: 479 halaman, dan jilid II: 291 halaman), yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar berwarna yang cukup mewah dan menarik pada masanya. Pada 1965, buku karya Thomas Stamford Raffles ini telah dicetak ulang oleh Oxford University Press, London (Inggris). Buku ini merupakan referensi utama tentang Tanah Jawa yang eksotik dan bersifat komprehensif. John Bastin dan Bea Brommer dalam Nineteenth Century Prints and Illustrated Books of Indonesia (Antwerp: Het Spectrum Utrecht, 1979; p.6-7), memuji The History of Java sebagai sebuah mahakarya. “Penggambaran kostum dan topografi Jawa di dalamnya menjadikan buku ini benar-benar penting… Kombinasi antara teks yang secara ilmiah begitu orisinal dengan sejumlah ilustrasi yang indah, karya seniman aquatint berbakat menghasilkan buku tentang Indonesia yang berkualitas tinggi; sebuah mahakarya”. “Karya yang sangat berharga karena dihasilkan oleh pengamatan langsung penulisnya terhadap tradisi dan lingkungan Jawa ketika memerintah sebagai Gubernur Jenderal selama pendudukan Inggris di Hindia Belanda (1811-1815)”. (Kaffe von Hünersdorff, 1213). Secara garis besar, Raffles membagi bukunya ke dalam 11 Bab, sebagai berikut: Bab 1 : Kondisi Geografis Pulau Jawa (termasuk di dalamnya keterangan geologi) Bab 2 : Asal Mula Penduduk Asli-Jawa Bab 3 : Pertanian di Jawa Bab 4 : Manufaktur  (Industri) di Jawa Bab 5 : Perdagangan di Jawa Bab 6 : Karakter Penduduk di Jawa Bab 7 : Adat Istiadat Penduduk di Jawa Bab 8 : Bahasa dan Sastra Bab 9 : Agama Bab 10 : Sejarah dari Awal-Munculnya Islam Bab 11 : Sejarah dari Munculnya Islam-Kedatangan Inggris Lampiran-lampirannya ada 12 (Lampiran A-M), sebagai berikut : Lampiran A : Kemunduran Batavia Lampiran B : Perdagangan dengan Jepang Lampiran C : Terjemahan versi moderen Suria Alem (sebuah karya sastra) Lampiran D : Hukum pada Pengadilan Propinsi di Jawa Lampiran E : Perbandingan kosakata bahasa-bahasa suku di Jawa dan sekitarnya Lampiran F : Cerita Pulau Sulawesi dan perbandingan kosakata bahasa-bahasa suku Lampiran G : Angka-angka Candra Sengkala Lampiran H : Terjemahan Manik Maya Lampiran I : Terjemahan huruf prasasti Jawa dan Kawi Kuno Lampiran J : Pulau Bali Lampiran K : Instruksi Pajak Lampiran M : Memorandum tentang berat, ukuran, dll. Dapat dilihat bahwa cakupan pembahasan Raffles komprehensif. Keterangan-keterangan dalam teks-nya dilengkapi dengan catatan-catatan kaki yang detail. Referensi berhubungan pada zamannya digunakannnya untuk memperkaya keterangan. Raffles juga membahas tentang rembesan-rembesan gas dan minyak (jauh lebih awal daripada pemetaan sistematik pertama rembesan minyak dan gas oleh Belanda pada tahun 1850), tentang mineral dan bahan tambang. Saat Raffles memerintah di Jawa terjadilah letusan gunungapi dengan energi terbesar di dunia dalam masa sejarah manusia : Tambora 1815 di Sumbawa. Dan, Raffles sangat detail menggambarkan peristiwa letusannya sampai efek-efek kerusakannya. Orang harus mengacu kepada buku Raffles untuk mengetahui saat-saat letusan Tambora 1815. Sampai sekarang, meski ditulis 195 tahun yang lalu, selalu ada hal-hal yang berharga yang bisa dipelajari daripadanya untuk kepentingan masa kini. Saat meninggalkan Jawa dan Sumatra, Raffles menangis meratapi alam dan penduduk yang dicintainya, yang dihentikannya dari perbudakan, yang digambarkannya sebagai ”orang pribumi yang tenang, sedikit berpetualang, tidak mudah terpancing melakukan kekerasan atau pertumpahan darah”.

”I believe there is no one possessed of more information respecting Java than myself.” (Thomas Stamford Raffles, 1817).

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA